Desclaimer : Masashi Kishimito

Fandom : Naruto

Rate : T

Pair : Sasuke x Naruto

Genre : Romance, Hurt/comfort

Warning : Sho-ai/BL/yaoi,No Lime/Lemon, Bertele-tele, Alur kelamaan, Alternative Universe, Out Of Character,Typo, EYD abal, dll

Yang gk suka Yaoi, harap menjauh dari fic ini..!


Tubuhnya basah kuyup karena hujan yang sangat deras. Surai pirangnya menjatuhkan bulir-bulir air. Ia terlihat sangat kedinginan. Sudah bermenit-menit Ia menunggu bus di halte bus yang sudah tak memiliki atap. Pemuda ini baru pulang dari tempat les pianonya. Namun, Ia malah terjebak hujan deras disini. Orang ini bernama Namikaze Naruto, pemuda bersurai pirang dengan warna kulit coklat karamel dan bermata sebiru batu sapphire.

Saat Ia berfikir untuk pulang dengan jalan kaki saja, tiba-tiba seorang pemuda yang seumuran dengannya memberinya payung. Naruto agak ragu untuk mengambil payung itu. Kenapa? Karena Naruto melihat pemuda itu hanya punya satu payung. Jadi jika Ia menerimanya, lantas pemuda itu akan kehujanan bukan?

"Ti-tidak perlu. Kau pakai sendiri saja." ucap Naruto seraya terseyum manis.

"Hn." jawab pemuda itu dengan singkat. Lalu pemuda berambut raven dengan mata yang berwarna hitam kelam itu merapatkan tubuhnya ke Naruto. Dan memakai payung itu untuk digunakan bersama. Satu payung berisikan dua orang anak manusia.

"Arigatou. Umm–"

"Uchiha Sasuke." potong Sasuke cepat. Naruto hanya mengeluarkan cengirannya saat mendengar perkataan Sasuke.

"Aku Namikaze Naruto. Dozo yoroshiku" kata Naruto.

"Hn"

Mereka pun terdiam dalam keheningan. Naruto yang tadinya akan pulang dengan berjalan kaki dari pada menunggu bus pun mengurungkan niatnya. Entah mengapa Ia merasa hangat berada didekat pemuda dingin itu. Aneh. Tak terasa mereka sudah menunggu bus selama setengah jam dan akhirnya bus pun berhenti di hadapan mereka.

Jika hujan berhenti di hari itu..

Aku mungkin pasti berjalan melewatimu..

Jika bus tiba lebih awal dari biasanya..

Aku mungkin tidak bertemu denganmu..

Kriiiing...kriiing...kriiing

Tangan berkulit tan yang berbalut piyama itu mencoba meraba-raba meja untuk mematikan alarm yang berbunyi. Namun,,,

BRUK

Pemilik tangan tadi malah terjatuh dan sukses mencium lantai. Hanya erangan sakit yang Ia keluarkan dari mulutnya. Agak lama Ia merenung diatas lantai yang didudukinya. Kembali memikirkan pemuda yang kemarin meminjamakan payungnya. Ia kira itu hanya mimpi tapi ternyata bukan. Dalam lubuk hatinya Ia ingin bertemu kembali dengan pemuda itu. Perasaannya sangat tenang dan menghangat saat berada dekatnya. Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran aneh itu.

Bocah Namikaze ini pun bangkit, lalu menengok jam. Ternyata sudah jam 07.05 dan bel masuk sekolahnya dimulai jam 07.30 . Ia malas sekali untuk bangun pagi ini. Belum lagi, kemarin hujan tidak berhenti sampai malam yang membuat tidurnya sangat nyenyak. Padahal ini hari pertamanya masuk SMA. Masih ada 25 menit untuk bersiap-siap.

Ia segara masuk ke kamar mandi untuk memberihkan diri. Tak sampai 10 menit, dia pun keluar dari kamar mandi dan segera memakai baju seragamnya. Di lengan kana seragamnya tertulis Konoha International High School (KIHS) sekolah yang hanya dihuni oleh anak-anak dari kalangan atas saja dan di dada kanannya tertulis Namikaze Naruto, namanya.

Setelah siap dengan penampilannya, Ia pun mengambil tasnya dan langsung menuju ruang makan untuk sarapan. Diruangan ini tidak ada siapa-siapa, kecuali dirinya dan pelayan pribadi rumahnya. Ia hanya tinggal sendiri –pelayannya akan pulang jika malam tiba– dirumahnya yang cukup luas ini.

Ibu Naruto a.k.a Namikaze Kushina sudah lama meninggal dunia karena melahirkan Naruto. Sedangkan ayahnya a.k.a Namikaze Minato jarang pulang kerumah karena urusan bisnis perusahaannya. Naruto memang bukan anak tunggal, Ia punya seorang kakak lelaki yang sedang kuliah di Ame. Kakaknya bernama Namikaze Deidara. Kakaknya tak pernah sekali pun bersikap lembut padanya. Ia tahu jika kakaknya sangat membencinya karena telah menghilngkan nyawa ibunya.

Minato melengkapi semua kebutuhan Naruto, tapi Naruto sama sekali tak merasa bahagia dengan itu. Ia hanya ingin sekedar berbincang dengan keluarganya. Namun itu hanya sebuah harapan. Ia tak pernah berkumpul dengan kedua orang yang disayanginya. Tak pernah tertawa bersama seperti keluarga-keluarga orang lain.

Tapi, Ia tak pernah memperlihatkan betapa kecewa hatinya. Hanya dengan tersenyum dan bertingkah laku lah yang bisa mengurangi kesedihan, kekecewaan, dan kesepiannya.

"Iruka-san, aku sudah agak terlambat. Jaa ne." Seru Naruto yang sudah keluar dari dapur dengan sebuah roti dimulutnya. Naruto yang termasuk golongan orang tingkat atas ini malah memilih berjalan kaki menuju sekolah elitnya. Padahal dia bisa menggunakan mobil atau motor yang sudah lama terparkir di garasi rumahnya.

"Hah.. anak itu.." gumam Iruka a.k.a pelayan Naruto.

#####

Kagum. Itulah yang ada dipikirannya sekarang saat melihat gedung sekolahnya dari dean gerbang. Sekolahnya ini terdiri 4 gedung. Gedung A-C memiliki 3 lantai dan gedung D hanya 1 A terdiri dari ruangan kelas 3, gedung B untuk ruangan kelas 2, gedung C untuk ruangan kelas 1, dan gedung D merupakan kantor guru, ruang OSIS,dan ruang club ekstrakurikuler. Di setiap gedung sudah pasti ada kantin, UKS, dan toilet. Di sekolah ini ada juga lapangan futsal disetiap gedung –kecuali gedung D– dilantai teratas.

"Sugoii" gumam Naruto tanpa sadar.

Gedung ini memang terlihat sangat indah. Lapangannya pun sangat luas dan ada taman bunga di sebelah timur lapangan.

"Diharapkan pada seluruh siswa kelas 1 untuk berkumpul di lapangan untuk pembagian kelas."

Setelah mendengar itu, tanpa menunggu lebih lama lagi pun Ia sudah beranjak menuju lapangan sekolahnya. Kemudian, satu per satu siswa kelas 1 dipanggil sesuai kelas mana yang akan ditempatinya. Sedangkan Naruto, Ia menempati kelas 1-b.

Naruto sudah mendapat banyak teman dikelasnya karena sifatnya yang ceria. Teman sebangkunya bernama Inuzuka Kiba yang memiliki ciri-ciri berambut coklat jabrik dan mempunyai tato berbentuk segitiga terbalik dimasing-masing pipinya. Bangku Naruto terletak dibarisan ujung dekat jendela, bangku kedua dari belakang.

"Ohayou minna-san" ucap pria berambut perak yang mencuat keatas, Ia memakai masker yang menutupi sebgian wajahnya.

Seketika itu juga semua kelas yang ramai seperti pasar menjadi sepi senyap. Murid dikelas ini menduga bahwa pria bermasker itu adalah seorang guru disekolah ini.

"Hajimemashite, Aku adalah wali kelas kalian. Namaku Hatake Kakashi. Yoroshiku." kata pria bermasker itu lagi.

Ternyata dugaan murid-murid dikelas ini benar. Pria itu kini adalah wali kelas mereka. Hari ini memang tidak belajar. Namun, hanya perkenalan diri masing-masing siswa. Setelah memperkanalkan diri, seluruh murid kelas 10 diperbolehkan melihat-lihat sekolah sepuasnya. Walaupun begitu, siswa-siswi disini belum diperbolehkan pulang sebelum jam pulang.

-Skip time-

"Jangan lupa bawa PR ku besok.."

"Ku tunggu dirumah"

"Aku tak bisa menerima tawaranmu"

"Kau akan masuk ekskul apa?"

Kira-kira itulah yang Naruto dengar ditelinganya saat pulang sekolah hari ini. Ia pulang bersama dengan Kiba karena ternyata rumah mereka satu arah. Selain Naruto dan Kiba, ternyata masih ada 1 pemuda disamping mereka.

Pemuda bermata seperti kuaci dan rambut yang diikat seperti nanas ini tidak bisa berhenti menguap. Wajahnya terlihat sangat ngantuk sekali. Tampangnya ini membuat pemuda bersurai coklat –Kiba– memandangnya kesal.

"Hei Shika, bisakah kau hentikan tampang malasmu itu? Aku risih melihatmu." seru Kiba pada pemuda yang diketahui bernama Shikamaru.

"Tak usah melihatku kalau begitu. Merepotkan diri sendiri saja. Hoaaamm.." jawabnya sambil menguap.

"Ck, tak bisa jika tak melihatmu." ucap Kiba sebal dengan muka yang sudah merah karena malu. Shikamaru hanya menyeringai jahil.

Naruto hanya tertawa kecil saat melihat sepasang kekasih itu adu mulut. Kiba dan Shikamaru adalah sepasang kekasih sejak mereka kelas 3 SMP. Naruto tahu karena Kiba yang memberitahunya. Di Negara Hi ini memang hubungan sesama jenis bukan hal yang aneh. Pemerintah sudah lama melegalkan hubungan sesama jenis.

Karena tak mau mengganggu sepasang kekasih yang sedang ber'romantis' ria, Ia pun meminta izin untuk pulang duluan.

"Aku harus pulang cepat, ada hal yang harus ku kerjakan. Jaa ne" Naruto pun berlari meninggalkan dua insan itu.

"Kenapa dia?" tanya Kiba.

"Dia tak ingin mengganggu acara 'romantis' kita." Jawab Shikamaru santai. Tapi hal ini membuat wajah Kiba memanas.

"Apanya yang 'romantis'? Dasar rusa pemalas." Kiba pun berjalan mendahului Shikamaru yang hanya tersenyum melihat tingkah childis dari kekasihnya.

#####

Naruto langsung merebahkan dirinya dikasur King size miliknya dan melihat ke arah jam dinding dikamarnya. Pukul 13.45 . Ia merasa lelah hari ini. Biasanya Ia akan turun dulu untuk makan siang, namun sekarang ini Ia ingin tidur dulu. Jam 3 nanti seperti biasa Ia akan les piano. Ia sangat suka bermain piano sejak kecil. Kata ayahnya –Minato–, ibu Naruto adalah seorang pianis yang sangat hebat. Ayahnya lah yang mengajarinya bermain piano. Dulu, mereka berdua selalu bermain piano bersama. Walau Naruto tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, tapi setidaknya dia merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi... itu dulu sekali.

Semenjak ayahnya jadi sibuk dengan urusan perusahaan 3 tahun yang lalu, Ia sudah tak pernah bermain piano bersama dengan ayahnya lagi. Setiap ayahnya pulang, pasti Naruto akan mengajak ayahnya untuk bermain piano bersama. Tapi, ayahnya selalu menjawab, "Lain kali ya, Naruto. Tou-san masih lelah". Ayahnya selalu bilang 'lain kali', 'lain kali', dan 'lain kali'. Kata 'lain kali' itu tak pernah berubah menjadi kata 'baiklah ayo', 'Oke', atau kata setuju lainnya. Ia lelah menunggu ayahnya untuk bermain piano lagi bersamanya. Sedangkan kakaknya, sangat tidak suka jika Ia bermain piano.

Pikiran-pikiran tentang ayah dan kakaknya membuat Ia menjatuhkan air mata. Betapa inginnya Ia mendapat kasih sayang yang lengkap sekarang. Ia masih punya keluarga, tapi Ia merasa seperti anak yatim piatu yang tak punya orang tua.

"Aku ini cengeng sekali. Sasuke, apakah kita bisa bertemu lagi? Rasanya sangat nyaman saat didekatmu. Seperti sudah lama aku mengenalmu." gumamnya sambil menghapus jejak air mata dipipinya. Lalu, mata sebiru langit miliknya pun tertutup karena rasa kantuk menyerangnya.

Jika ada permintaan yang akan terkabul untukku..

Aku akan meminta agar bisa bertemu denganmu..

Walau itu hanya dalam mimpi..

Setelah bangun dari tidur siangnya. Ia langsung turun menuju dapur untuk makan siang yang sempat terlambat gara-gara tidur. Usai makan Ia pamit pada Iruka untuk pergi les piano. Padahal Naruto sudah handal bermain piano. Ia pun punya pianonya sendiri diruang musik keluarganya. Les piano adalah keinginannya sendiri semenjak ayahnya disibukan dengan pekerjaan. Hanya dengan les piano Ia menghabiskan waktu sorenya. Tidak seperti keluarga lain, yang menghabiskan waktu dengan bercanda gurau dengan orang tua atau saudara mereka.

Tempat lesnya lumayan jauh dari rumahnya. Ia akan naik bus dari halte dekat rumahnya sampai halte tempat Ia bertemu dengan pemuda bermata hitam kelam itu. Tidak sampai 1 menit Ia menunggu, bus pun sudah menghampirinya. Perjalanannya hanya membutuhkan waktu 10-15 menit jika menggunakan bus.

Pemuda bersurai pirang turun dari bus tepat dihalte yang bertuliskan Naruto berharap Ia akan bertemu pemuda yang kemarin dihalte bus tersebut. Tapi sayangnya Ia tak menemukan siapapun. 'Mungkin nanti sepulang les' batinnya. Ia pun melangkah pergi menuju bangunan bercat hijau, tempat lesnya.

Sampailah Ia di depan gerbang bangunan sederhana itu. Ia masuk kedalam dan membuka pintu rumah tersebut. Memang saat membuka pintu utama, ruang yang Ia temui pasti sepi. Ia pun berjalan menaiki tangga dan memasuki ruangan yang dipintunya tertulis "Sabaku Gaara". Itu adalah nama guru lesnya yang baru semenjak 2 bulan yang lalu.

Di tempat les ini, satu guru musik hanya mempunyai 5 murid dan murid-murid itu belajar diruangan guru masing-masing. Masing-masing murid mempunyai jam belajar berbeda. Dan sekarang jam belajar Naruto untuk menemui guru lesnya.

Naruto mengetuk pintu dengan perlahan. Setelah terdengar jawaban, Ia pun masuk ke dalam. Terlihat seorang pemuda bersurai merah dengan tato kanji 'Ai' didahi sebelah kirinya dan bola mata jade dengan eyeliner disekeliling kelopak matanya sedang duduk disofa ruangan itu. Ia tampak sangat muda jika dijadikan guru. Asal kalian tahu, umur guru lesnya dengan Naruto ini hanya berbeda 2 tahun saja. Jadi, sebenarnya Ia masih SMA kelas 3. Terlampau muda memang.

"Konbawa, Sabaku-san." kata Naruto seraya membungkukan badannya.

"Konbawa. Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu, Naruto. Panggil aku dengan namaku saja." jawab guru lesnya.

"Ha'i. he he" ucap Naruto seraya menunjukan cengiran khasnya.

"Hahh.. Bisa kita mulai, Naruto?"

"Tentu"

Mereka pun beranjak menuju piano berwarna hitam mengkilat yang ada disudut ruangan. Sebenarnya Gaara sudah tak perlu mengajarkan apapun, karena Gaara tahu bahwa Naruto sudah lihai bermain piano.

"Naruto, bagaimana kalau kita bermain bersama saja? Kau sudah pintar, jadi tak perlu belajar lagi." ajak Gaara. Naruto hanya tersenyum manis lalu mengangguk.

Naruto sudah duduk lebih dulu didepan piano dan disusul dengan Gaara. Mereka mulai menekan tuts-tuts piano itu sambil memejamkan mata. Instrumen yang mereka bawa adalah milik Yiruma yang berjudul Spring Time terdengar sangat merdu dan menenangkan diri. Walau sebenarnya saat ini masih musim hujan dan bukan musim semi.

Beberapa menit kemudian mereka menyelesaikan alunan musik indah tersebut. Lalu, dengan bersamaan mereka bertatapan. Jade bertemu Sapphire. Kegiatan saling tatap mereka tak berlangsung lama dan diakhiri suara tawa dari Naruto. Gaara hanya bisa menaikkan sebelah alis saat melihat tingkah aneh Naruto.

"Kau... kenapa kau tertawa?" tanya Gaara.

"Eh?... Apakah Gaara-senpai tak menyadari ada nada yang salah dalam permainan kita tadi?" kata Naruto yang sudah menghentikan tawanya.

"Benarkah?" tanya Gaara tidak percaya, dibalas anggukan mantap dari Naruto. Padahal tadi seingatnya, permainannya sangat indah. Apakah pendengarannya yang salah?

Gaara tidak mau ambil pusing dengan nada yang salah barusan. Ia mengajak Naruto untuk berbincang ringan disofa sambil menunggu jam untuk muridnya yang lain.

"Bagaimana hari pertamamu diSMA?" Gaara membuka pembicaraan.

"Tidak ada yang istimewa. Hanya mendapat guru yang selalu membawa buku mesum sepanjang pelajaran dan teman-teman yang baik. Itu saja." jawab Naruto seraya tersenyum. Entah senyum palsu atau bukan, tapi dimata Gaara itu adalah senyum palsu.

"Begitu ya."gumam Gaara.

"Oh iya, Gaara-senpai juga baru memasuki SMA kelas 3 kan? Senpai sekolah dimana memangnya?"

"Ah, iya. Aku sekolah di Konoha International High School. Kau sendiri?"

"Wah.. Kita satu sekolah rupanya." seru Naruto dengan mata berbinar.

"Kau serius? Kebetulan sekali ya." ucap Gaara.

"Umm.." Naruto mengangguk.

Tidak terasa sudah 1 jam mereka berbincang-bincang hingga mulut mereka mengering.

"Senpai, aku pulang dulu. Sudah sore." pamit Naruto.

"Baiklah, hati-hati dijalan.!"

"Jaa ne"

"Satu sekolah denganku ya? Dengan begini, maka akan jadi lebih mudah." gumam Gaara saat Naruto sudah keluar dari ruangannya

つづく


Gaje? Aneh?

Maaf kalau Sasukenya cuma muncul diawal aja.. Tunggu chapter selanjutnya ya! ^0^/

review?