Tittle : PABOYA
Cast : Yunjae and other
Genre : Romance/NC (Warning 21+) and GS
Ini hanya sebuah cerita fiktif, tidak ada unsur menghina atau semacamnya, penulis hanya meminjam nama sebagai tokoh. Jadi, untuk yang tidak suka bias langsung ganti link.
Don't like don't read ok
Chapter1~
"Umma dan Appa akan kembali sekitar 2 bulan lagi, kalian berdua, Umma harap bisa menjaga si nakal itu" celoteh Mrs. Kim kepada anak dan menantunya.
"Umma tidak perlu berlebihan, aku bisa menjaga diriku sendiri" jawab seorang gadis yang tengah memainkan gadgetnya.
"Ya, tidak usah banyak gaya, kau itu masih kecil" bantah sang Appa a.k.a Mr. Kim.
"Aku sudah 22 tahun Appa, dan aku sudah dewasa, tanpa Chulie Eonni dan Hangeng Oppa aku bisa di rumah sendiri" jawab gadis itu lagi dengan nada kesal.
"Mati lampu saja kau berteriak minta tolong, bagaimana bisa kau jaga dirimu, huh?" jawab sang kaka perempuan yang merupakan kakak kandungnya.
"Sudah-sudah. Umma dan Appa berangkat, kalian jaga diri baik-baik" ucap sang Appa seraya menarik koper besar kedalam mobil diiringi oleh sang istri dibelakangnya.
"Nah Joongie, sekarang kau-" ucapan Heechul terhenti ketika kepalanya menengok ke arah dimana Jaejoong semula berdiri kini telah hilang. "Hah anak itu benar-benar"
"Sudah biarkan saja, kau harus mengerti kondisinya saat ini masih labil setelah putus dari kekasihnya, biarkan saja dia dulu" ucap Hangeng untuk membela adik iparnya.
"Kau ini, terlalu memanjakannya" jawab Heechul kesal dan langsung masuk kedalam rumah.
.
Jam kini sudah menunjuk pada angka lebih dari 12 malam. Jaejoong masih asik dengan komik di tangannya, tak lupa sebuah headfree menyumpal di telinganya. Tangan lainnya tengah asik memasukan berbagai macam camilan kedalam mulutnya, namun ketika tenggorokannya terasa kering, dirinya berniat untuk mengambil segelas air di dapur, Jaejoong langsung melepas headfreenya. Tapi…
"Akh!... Faster baby!" sayup-sayup terdengar pekikan dari luarkamar membuat jaejoong penasaran.
"Suara siapa itu?" Tanya Jaejoong dalam hati.
Dengan hati-hati Jaejoong beranjak dari ranjangnya dan berjalan kea rah pintu guna memastikan suara siapa yang ada di luar sana. Karna ini kali pertama dia mendengarsuara rintihan semacam ini. Dengan perlahan dibukanya daun pintu sedikit demi sedikit. Mata Jaejoong terbelalak kala melihat adegan yang tidak seharusnya dia lihat tepat di sebuah sofa ruang tengah yang langsung menghubungkan dengan pintu kamar Jaejoong. Samar-samar Jaejoong melihat karna kurangnya cahaya, namun itu sangat JELAS.
"Akh! Baby, yah disitu….." pekik Heechul tanpa menyadari Jaejoong mengintip dari pintu kamarnya.
"Inih.. Ah.. Sempith.." begitu juga Dengan Hangeng yang tidak menyadari kehadiran Jaejoong.
"Astaga! Apa yang kulakukan" pekik Jaejoong dengan suara sangat pelan, dan perlahan kembali menutup pintu kamarnya, mengurungkan niat awalnya.
Dengan cepat Jaejoong naik ke atas ranjangnya. Menutup kepalanya dengan bantal, namun suara itu masih terdengar. Dengan sedikit kasar, Jaejoong menyumpal kembali kedua telinganya dan mengatur volume lebih keras dari sebelumnya. Dengan cara ini setidaknya dapat meredam suara yang bagi Jaejoong menggelikan itu. Tapi tidak dengan otaknya, apa yang dilihatnya tadi, terus berputar bagaikan video porno yang terus di replay, sepintas namun itu terus terbayang-bayang diotaknya, membuatnya sedikit frustasi. Tubuhnya bergerak kesana kemari diatas ranjang karna merasa gelisah, dan dengan sangat terpaksa, ini adalah malam yang cukup panjang bagi Jaejoong.
.
Pagi hari, Jaejoong keluar dari kamarnya ketika siap untuk pergi ke kampusnya, tanpa berkata apapun Jaejoong berjalan melewati Heechul yang tengah duduk menikmati sarapannya di sofa semalam.
"Ya, kemari kau, temani aku sarapan lalu berangkat ke kampus" ucap Heechul dengan nada sedikit kesal.
"Aku sudah terlambat, aku pergi dulu" jawab Jaejoong tanpa menoleh ke arah Heechul.
"Hish benar-benar" celetuk Heechul.
Jaejoong yang langsung berjalan keluar rumah itupun terlihat seperti sedang berdumal ria, seraya menghampiri motor sportnya.
"Yang benar saja, dia mengajakku sarapan bersamanya, di sofa itu? Itu justru membuatku tidak selera, Ukh" dumal Jaejoong dengan tubuh yang sedikit bergidik di luar rumah dan tidak akan sampai ke telinga Heechul.
Jaejoong langsung berjalan menuju halte terdekat untuk berangkat menuju kampusnya. Penampilan Jaejoong yang saat ini bisa menggambarkan dengan jelas kalau Jaejoong merupakan gadis perawakan tomboy, tidak seperti gadis feminim lainnya. Bagi Jaejoong berdandan seperti yeoja centil itu merepotkan, dan selalu membuat mata keranjang namja di luar sana terus memandang ke arahnya.
.
"Ya, kenapa wajahmu lusuh sepeti itu? Apa kau tidak tidur semalam?" tanya seorangteman sebayanya yang duduk tepat di sebelah Jaejoong.
"Yah, seperti yang kau lihat, Suie. Aku memang tidak bisa tidur" jawab Jaejoong apa adanya.
"Apa karna komik itu?" tanya Suie lagi a.k.a Junsu lagi, tanpa menunggu Jaejoong menjawab Junsu kembali berbicara. "Sudah kubilang 'kan kalau komik itu akan membawamu hanyut dalam ceritanya, coba kau dengarkan aku dari kemarin untuk membelinya, pasti kau akan-"
"Ya, bicara dengan siapa kau?" tepuk seseorang dari belakang Junsu. Dan ketika itu Junsu menyadari Jaejoong sudah beranjak dari kursinya. "Ya! Jaejoong-ie!" teriak Junsu namun Jaejoong tak mengindahkannya.
Di luar ruangan Jaejoong berjalan sendiri sepanjang koridor. Tangannya merogoh saku celana yang dikenakannya. Jaejoong langsung mengeluarkan mp3nya dan seperti biasa, Jaejoong menyumpalkan sebuah headfree di sebelah telinganya tanpa memperhatikan jalan di depannya.
DUK! TAK!
Jaejoong yang menyadari baru saja bahunya menabrak lengan seseorang langsung menoleh ke arah bawah melihat sebuah handphone sudah tergeletak indah disana. Kemudian seorang namja berjongkok dan mengambil handphone tersebut. Mungkin itu miliknya pikir Jaejoong. Namja itu berdiri dan kemudian menghadap ke arah Jaejoong. Matanya tajam, mungkin dia akan marah, apa handphonenya rusak dan akan meminta ganti rugi. Terlihat wajah Jaejoong sedikit takut.
"Mianhae.."
Ucap namja itu singkat, membuat Jaejoong terdiam memandang wajah itu. Tidak disangka, orang yang pada awalnya dikira akan memarahinya, lantas mengapa meminta maafpadanya?
"Lain kali, cobalah perhatikan jalanmu. Supaya hal serupa tidak terjadi" tambah namja itu dan berlalu begitu saja meninggalkan Jaejoong yang masih terdiam memperhatikan punggung namja tersebut.
Asing. Satu kata yang terlintas di otak Jaejoong, belum pernah Jaejoong melihatnya di kampus ini, apa dia salah satu mahasiswa baru? Masih sangat muda, terlihat seperti seusia dengannya, namun dengan penampilan yang tidak seperti anak muda biasanya. Begitu rapi dengan kemeja yang bagian lengannya digulung ke atas. Tidak mau terlalu peduli, Jaejoong kembali berjalan menujur lokernya, dengan cepat Jaejoong langsung membuka lokernya dan mengambil sebuah buku dan langsung menutup kembali pintu lokernya.
"Joongie-ah"
"Oh Astaga!" pekik Jaejoong kaget ketika menutup pintu loker muncul seorang namja dengan senyuman menyebalkannya. "Apa maumu, huh?" tanya Jaejoong kesal dan dengan nada yang sangat tidak suka.
"Aku hanya menyapamu saja, tidak bolehkah?" tanya namja itu dengan santai.
"Enyahlah dari hadapanku" ketus Jaejoong dan langsung membalikan badannya.
"Ya, kau mau kemana" saat Jaejoong hendak pergi namja tersebut langsung menahan tangan Jaejoong dan dengan kasar ditepis oleh Jaejoong.
"Dengar, Kang Dongjun. Kita sudah tidak ada urusan lagi, jadi, bisakah biarkan aku pergi? Atau kau enyah dari hadapanku?" tanya Jaejoong ketus.
"Aku kemari hanya ingin berbicara denganmu, aku ingin meminta maaf padamu" jawabnya dengan nada memelas.
"Dengan cara seperti itu? Heh, aku tidak ada waktu untuk berurusan denganmu lagi, dan tidak akan pernah. Kau ingat itu baik-baik" setelah mengatakan hal demikian, Jaejoong langsung melenggang pergi begitu saja.
Meninggalkan namja yang dia sebut dengan Kang Dongjun tadi yang notabennya adalah mantan kekasihnya dan resmi putus seminggu belakangan ini. Sebenarnya dalam hati kecil Jaejoong masih menyimpan rasa, tapi itu semua kalah oleh perasaan marahnya ketika melihat dan mengingat kembali beberpa waktu yang lalu Kang Dongjun tengan berkencan dengan Yeoja lain yang sepertinya berasal dari luar kampus. Entahlah, Jaejoong tidak mau mengingat itu lagi, dengan langkah cepat Jaejoong langsung melenggang masuk kedalam ruang kelasnya dan kembali duduk ke sebelah Junsu.
"Ya, kau lihat dosen baru kita? Dia tampan bukan?" bisik Junsu.
Mendengar perkataan itu, Jaejoong sedikit penasaran. Bukankah hari ini pelajaran Matematika, tapi mengapa ada dosen lain yang masuk kedalam kelasnya. Jaejoong menolehkan kepalanya kearah dimana dosen itu tengah mempersiapkan materi yang akan dibawakannya.
"Astaga!" pekik Jaejoong pelan dan langsung menyembunyikan wajahnya dibalik buku yang dibawanya tadi.
"Ya, kau kenapa?" tanya Junsu heran.
"Sssssttt diam" jawab Jaejoong singkat.
"Perkenalkan aku..Jung Yunho, aku adalah dosen pengganti selama Soo Seosangnim sedang cuti hamil. Aku akan menggantikannya sampai dia kembali, kuharap kalian bisa menerimaku sebagai dosen kalian" ujar sang dosen baru membuat Jaejoong semakin tertunduk meyembunyikan wajahnya.
"Aku tadi tidak sengaja menabraknya dan membuat handphonenya jatuh, tapi malah dia yang meminta maaf padaku" bisik Jaejoong pada Junsu.
"Yang benar? Wah, bisa jadi kalaudia mengingatmu, kau akan di tandai dan nilaimu bisa jelek Joongie" jawab Junsu guna menakut-nakuti Jaejoong.
"Kuharap dia tidak mengenaliku" jawab Jaejoong penuh harap.
"Kalian yang disana? Apa yang sedang kalian lakukan? Aku akan memulai materi lanjutan" tanya sang dosen membuat Jaejoong dan Junsu langsung bersikap biasa.
.
Pelajaran berjalan seperti biasanya, tidak ada yang berbeda meskipun Soo seosangnim tengah digantikan. Terlihat semua mahasiswa tengah mengerjakan contoh soal yang baru saja di berikan oleh dosen baru tersebut setelah menyampaikan beberapa materi. Terlihat juga sang dosen baru tersebut tengah berkeliling untuk memeriksa mahasiswa di dalam kelasnya mengerjakan contoh soal tersebut dengan benar atau tidak. Sampai pada akhirnya dosen itu berdiri disebelah Jaejoong tanpa Jaejoong sadari,
"Kau.." panggil dosen tersebut pada Jaejoong dengan menyentuhkan sebuah spidol pada Jaejoong.
"Ah ne?" tanya Jaejoong bingung jantungnya mendadak berdetak sedikit lebih cepat.
"Bisa kau jawab soal itu di depan?" tanya Yunho dengan santai.
"Tapi aku belum selesai menghitung, Seo-"
"Kau bisa sekalian menghitungnya di depan" jawab Yunho tanpa memberikan Jaejoong bicara. "Kajja" titah Yunho seraya meletakan spidol di hadapan Jaejoong. Kemudian Yunho berjalan menuju mejanya.
"Nah.. Nah kau di incar.. hati-hati siapa tahu dosen ini galak" ledek Junsu dengan nada berbisik.
"Berisik kau" balas Jaejoong dengan suara pelan namun tatapan tajam. Sedangkan Junsu hanya memberikan tanda peace di tangannya pada Jaejoong.
Dengan perlahan Jaejoong membawa buku dan spidol menuju ke depan. Sampai pada Jaejoong berdiri dihadapan sebuah white board. Jaejoong sedikit membuang napas, ketika Jaejoong berpikir bahwa dosen barunya ini tengah mengerjainya. Jaejoong kini mulai menulis sampai pada…
"Coba kau taruh buku itu disini" ucap Yunho.
"Ta tapi.. ini hasil hitunganku sendiri dan belum selesai, jadi aku akan menyalinnya di papan tulis dan akan melanjutkan hitungannya disini" jawab Jaejoong dengan sedikit terbata.
"Tapi aku ingin melihatmumenghitung dari awal" jawab Yunho dengan mutlak dan tidak bisa dibantah.
Dengan berat hati Jaejoong meletakan bukunya diatas meja Yunho dan mulai menghitung dari awal di papan tulis. Ya, pikirannya semakin mengatakan jika dosen ini benar-benar mengerjainya. Namun, Jaejoong terus menghitung sampai beberapa menit kini hitungannya telah selesai.
"Ini sudah selesai" ucap Jaejoong yang langsung menghadapkan wajahnya pada Yunho. "Seosangnim?" ucap Jaejoong lagi seraya menggibaskan tangannya guna menyadarkan lamunan Yunho yang sejak tadi melihat ke arahnya.
"Oh kau sudah selesai?" baiklah kau bisa kembali ke tempatmu. Dan aku akan periksa ini" jawab Yunho berusaha tenang.
Jaejoong langsung menaruh spidol di atas meja Yunho dan mengambil bukunya kembali kemudian kembali ke tempat duduknya.
"Dasar dosen aneh" ucap Jaejoong dalam hati.
"Baiklah ini sudah benar, kalian bisa samakan jawaban kalian dengan jawaban milik…." Yunho terhenti, dia lupa menanyakan siapa nama Jaejoong. "Kau, siapa namamu tadi?" tanya Yunho. Bukannya menjawab Jaejoong justru sibuk mengacak-acak isi tasnya untuk mengambil sesuatu dank arena memang tidak merasa di panggil.
"ya, kau ditanya oleh Jung Seosangnim" ucap Junsu dengan menyenggol lengan Jaejoong.
"Ah ye?" tanya Jaejoong dengan ekspresi bingung.
"Siapa namamu" tanya Yunho lagi.
"Ak.. aku.. Kim Jaejoong"
"Baiklah, kalian bisa samakan jawaban milik kalian dengan jawaban Jaejoong" ucap Yunho akhirnya dan kembali kekursinya.
.
Pelajaran berakhir, Jaejoong langsungmerapikan barangnya dan bergegas untuk keluar kelas. Rasanya hari ini Jaejoong ingin pulang cepat. Pikirannya penat, Jaejoong berjalan gontai menuju lobby utama. Namun langkahnya terhenti ketika dirinya berpapasan dengan Yunho yang muncul dari arah lain. Dengan sedikit canggung, Jaejoong langsung membungkukkan sedikit badannya dan di angguki oleh Yunho. Jaejoong heran, mengapa tampang dosennya begitu dingin, tidak seperti tadi.
"Kenapa dengan orang itu?" tanya Jaejoong pelan pada dirinya sendiri. "Oh?" dengan cepat Jaejoong langsung mengambil handphonenya yang bergetar di dalam tas dan mendapati sebuah pesan masuk dari sang Umma.
"Siang ini aka nada yang menjemputmu, dia anak dari teman Umma, dank au sudah mengenalnya. Dulu saat kau masih kecil. Kau tunggu saja dia pasti akan menghubungimu"
"Mengenal? Saat aku masih kecil? Siapa?" tanya Jaejoong pada dirinya sendiri. "Oh! Oppa! Ah sudah lama sekali, bagaimana kabarnya? Dia tampan? Atau justru…." Jaejoong lemas ketika hendak menyebutkan kata-kata sebaliknya.
Jaejoong duduk di sebuah kursi di lobby. Menunggu orang yang dimaksud menghubunginya. Antara siap tidak siap. Jaejoong memang merindukan sosok yang sudah dianggapnya sepertiseorang kakak laki-laki. Tapi itu sudah 17 tahun yang lalu, sebelum pada akhirnya keluarga itu pindah ke Jepang. Dan sejak saat itu, Jaejoong tidak pernah bertemu dengan namja kecil yang usinya berbeda sekitar 5 tahun dengannya.
"Ya, Joongie.." panggil seorang namja tinggi yang muncul dan langsusung duduk sedikit menabrak tubuh kecil Jaejoong.
"Hng.." jawab Jaejoong malas.
"Temani aku makan? Kau mau?" tanya namja itu lagi.
"Aku tidak ingin makan sekarang" jawab Jaejoong lagi.
"Aku yang traktir kali ini, ayolaaahhhh" bujuk namja itu lagi.
"Shirreo.. Changmin-ah bisa kau menyingkir sedikit? Seperti tidak ada space saja di sebelahmu" cerocos Jaejoong karna kelakuan temannya yang satu ini memang sering sekali mengganggunya.
"Aku lapar dan Junsu malah pergi bersama Yoochun" keluh Changmin.
"Kau bisa ajak Kyuhyun kan"
"Tapi dia tidak masuk kuliah hari ini" jawab Changmin lemas.
"Tapi aku sedang menunggu seseorang" jawab Jaejoong dengan nada antusias.
"Nugu?" tanya Changmin penasaran. "Dongjun?" tanya Changmin dengan nada meledek.
"Hish, seperti tidak ada namja lain saja" jawab Jaejoong kesal.
Ketika handphonenya kembali bergetar, Jaejoong langsung melihatnya dan mendapati pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal. "Apa ini dia?" tanya Jaejoong dalam hati dan langsung membuka pesan tersebut. Changmin yang penasaran mencoba untuk mengintip sedikit demi sedikit isi pesan yangdi terima Jaejoong.
"Aaaa! Ini dia!" teriak Jaejoong dengan senang membuat Changmin yang berada disebelahnya sedikit kaget.
"Ya! Bisa tidak kalau tidak berlebihan seperti itu?!" cerocos Changmin.
"Dia sudah menungguku di luar, aku pergi dulu, bye tiang…" pamit Jaejoong setelah mencubit pipi Changmin kemudian pergi berlari.
"Yeoja itu…" ucap Changmin pelan sambil mengusap pipinya.
Jaejoong berjalan keluar gedung kampus dan melihat-lihat sekelilingnya, disana terlihat seseorang yang bersandar pada motornya. Tubuhnya yang terbalut jaket berdiri membelakangi Jaejoong. Dengan perlahan Jaejoong mendekati namja tinggi tersebut. Tidak salah lagi, ini dia orangnya. Jaejoong berjalan dengan perlahan mendekati nemja tinggi itu.
"Dari belakang sepertinya terlihat menarik, tapi belum tentu ketika menghadap ke arahku dia akan terlihat tampan kan" ujar Jaejoong harap-harap cemas dalam hatinya.
Namja tersebut terlihat sedang mengoprasikan handphonenya, kemudian terlihat sedang menghubungi seseorang. Tapi tiba-tiba Jaejoong merasakan handphone kembali bergetar. Jaejoong mengira-ngira bahwa yang menelfonnya adalah namja di depannya ini. Dengan rasa penasaran Jaejoong menghentikan langkahnya dan mengangkat panggilan telfon tersebut.
"Yeoboseyo?" sapa Jaejoong lembut.
"Kau dimana? Aku sudah-"
"Aku sudah berdiri dibelakangmu, Oppa.." jawab Jaejoong cepat sebelum namja tersebut menyelesaikan bicaranya.
Namja tersebut menurunkan handphone dari telingannya dan langsung menolehkan kepalanya. Matanya langsung melihat ke arah mata Jaejoong. Terkejut. Itu adalah hal pertama yang Jaejoong rasakan saat melihatwajah namja tersebut. Tangannya lemas menatap tak pecaya dengan orang dihadapannya. Sedangkan namja yang berada dihadapannya hanya melihat ekspresi Jaejoong dengan wajah sedikit bingung.
"Waeyo?"
-TBC-
