Desclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Author: Jeevas Misa LawlietRiver Keehl

Genre: Love, humor, friendship, life

Warning: Ini fict. Yang saia usahakan memperbaiki kesalahan. Selamat membaca dan mohon direviews ya.^,~

(Semi yang Memerah)

Takut

Part iii

Tanganya Memegang lembut di tanganku. Aku menatap matanya penuh dengan kebimbangan, tak mengerti apa yang akan ku katakan. Haruskah aku mengatakan apa yang menjadi rahasia ini, "Katakan!" katanya sebinar cahaya lampu. "Ma, maafkan aku senpai..!" nyatanya aku tak berani mengatakannya dan melepaskan tanganku dari genggamannya dan berlari secara sehentak dengan hentakan kaki.

Lalu aku kembali ke tempat yang jauh dari gemerlap cahaya lampu dan sendirian. Aku tidak tahu, mengapa hati ini tak ingin bahwa Haku senpai memiliki perasaan itu pada Nii-san. Mungkin lebih baik lagi, jikalau aku membungkam mulutku dengan perasaan ini.

"Sakura" Tengokku seorang lelaki hadir dihadapanku. Oh Tuhan, siapakah dirinya yang memandangku dengan penuh kasih selain Diri-Mu.

"Ma, maaf. Siapakah anda ini?" Tanyaku tersipu pipi memerah.

"Hei, kenapa gugup begitu?" Katanya mendekat begitu perlahan.

Oh Tuhan, siapakah dia? Yang berani memengang helai rambutku dengan tanganya dan menyampirkan beberapa helai rambutku ke arah pundakku?. Tatapan matanya seakan mengingatkanku saat itu. Saat dimana aku harus melihat pamanku membunuh orang tuanya, entah siapa namanya aku tak terbekas satu ingatanku pun darinya. "Kau tak ingat siapa aku, Sakura?" Tanyanya semakin membuatku terhimpit tak mengerti.

"Lepaskan..!" Bentakku menghumpas tangannya yang membelai helai rambut merahku. Dan kutekukkan tubuhku dihadapannya sambil menutup telingaku dengan tanganku rapat-rapat.

"...Sakura lihat aku! Dengarkan aku!" Katanya perlahan dengan lembut memegang tanganku yang sedang menutup sosokku.

"Lepaskan tanganmu! Lepas..!" Bentakku padanya sambil meneteskan air mata. Pun itu tak kusadari menetes begitu saja.

Saat itu juga, tangannya membelaiku dengan begitu lembut, selembut angin yang selalu kudambakan dan kuinginkan. Namun, secara sehentak tubuhku tergeletak dipelukkannya. Melepaskan nasib dengan orang yang sama sekali tak kukenal, namun seingatku dengan samar kubisa mempercayakannya.

"Sakura, Sakura!" Teriaknya yang sembari samar-samar kudengar, tanpa ekspresi hanya dengus nafas dan suaranya.

Mataku yang tlah tertutup dan tak bisa melihat ataupun mendengar dirinya. Oh Tuhan, aku hanya bisa menyerahkan seluruhnya padamu. Desah nafasnya yang mengingatkanku pada seseorang, pada dasarnya pun aku hanya mengingat semburat bayang yang terbesit dimatanya.

.

.

.

.

Sesampainya diufuk matahari tlah bersinar, hari itu aku terbangun di pangkuan Sasori-san. Entah bagaimana aku bisa bersamanya?

"Ah... apa yang terjadi?" Sembari diriku melihat tidurnya yang kusut. "Sasori-san.." Kataku begitu pelan menjerengkan selimut ke tubuhnya.

Ingatku pada masa lampau, dimana saat itu aku masih belum mengerti dan memahami bahwa kasih seorang kakak adalah segalanya. Jauh lebih dari apapun, baginya, aku adalah segalanya. Aku yang nakal, tanganku yang menodai tubuhnya dengan pukulan dan rengekan. Aku selalu...

Heh, mungkin sesekali aku membuatnya harus memangkuku.

Air mataku menetes tanpa sadar, terbesit bahwa aku tak berguna baginya. Tidak, aku tidak boleh menangis dihadapannya.

"Sakura, biarkan kuusap air matamu..." Tanpa kusadari, ia mengusap air mataku sembari tersenyum lembut padaku.

"Eh.. a,apa yang Nii-san lakukan? Bukankah tadi Nii-san sedang tidur?"

"Jangan menangis!" Peluknya padaku.

Pelukkan yang tanpa kusadari melelehkan jiwaku. Perasaan apa ini? Kenapa perasaan ini muncul?. Hangat, begitu hangat sampai-sampai aku tak bisa menghentikan detak jantung ini. Tangannya yang memegang urat jantungku seakan menghanyutkanku ditempat yang begitu tenang, hening dan begitu sunyi.

"Sakura, saatnya sarapan!" Tiba-tiba Ibu membuka pintu kamarku tanpa aku dan Sasori-san sadari.

"Craaaannnggggg..!" Hentakan piring yang membuat Sasori-san melepaskan pelukannya dan menegok ke arah Ibu. Dengan langkah tegap, Ibu berjalan seiringan dengan menguapnya emosi ke arah kami.

"Lepaskan adikmu..!" Tangan Ibu yang seakan penuh amarah, menarik tangannya dan tubuhnya yang bersamaan menjauh dariku. Ibu membawa Nii-san keluar dari kamarku, sedang aku terlalu takut untuk menarik tangan keduanya. "Tetap disini!" Perintah Ibu dengan nada sedikit tinggi padaku.

Aku hanya menangis ketakutan, sembari melihat mata Sasori-san dan senyumnya padaku yang begitu lembut. Tapak kakinya pergi membuatku semakin ketakutan, aku juga tak tahu, mengapa rasa ini bercapur dengan rasa takut?

Tubuhku dan batinku hanya terlingkup penuh air mata dalam heningan Sasori-san.

"Sakura... aku mencintaimu..."

To be Continued

-oOo-

Moshi-moshi Minna..^^

Terima kasih banyak bagi anda semua yang sudah mereviews dan membaca atau paling tidak hanya lihat-lihat...^^

Sungguh suatu kebahagiaan bagi saia, apabila anda semua menikmati ..^^

Saia mengharapkan reviews dari anda semua, termasuk kritik dan saran. Karena saia juga masih belajar, jd wajar jikalau ada kesalahan..^^

Terima kasih banyak semuaaaa..^^

Happy reaaaddd...^^

Dan ikuti kelanjutanny ya..^^

Jeevas