Hello~~~
Hahaha…rasanya saya belum kapok bikin fict baru, mungkin Karena jarang-jarang bisa dapet ide lancer kek gini XD
Ini mungkin bisa dibilang, ide mainstream tapi saya ga tahan bikin versi Boboiboy makanya yah…jadi deh X3.
Yosh, ga usah basa-basi lagi~~~
Disclaimer: Boboiboy beserta semua character itu milik Om Nizam sama Monsta. Diri ini hanya minjem buat dinistakan aja hahaha #plak
Rate: T (karena banyak hal…)
Genre: Humor, Family, Sci-fi (atau fantasy…?)
Warning: AU, Elemental Siblings, Super Power, Brotherly Fluff, random setting, No pair (di usahakan yo~), humor crispy, Menstrim, nista!chara, dsb… T^T
Yowis, udah ada Warn nya kan? Monggo kalo masih mau dibaca XD
Hari yang cerah di Pulau Rintis, dan setiap warga disana pun menjalani hari seperti biasa.
Termasuk rumah kediaman Tok Aba yang beliau tempati bersama dengan sebuah robot kuning unyu dan ketujuh cucu kembarnya.
Yep, semuanya aman dan normal.
"TAUFAAAAN! KAU APAKAN KAMARKU!"
Kalimat itu tidak pake tanda tanya, karena memang orang yang baru saja mengeluarkan kalimat itu tidak sedang bertanya, melainkan sedang teriak.
"Ehhh? Aku nggak ngapa-ngapain kok! Kak Hali nya aja yang lama banget di kamar mandi, jadi aku kasih sedikit kejutan memangnya salah ya?" sahut sebuah suara yang serupa dengan suara pertama.
"Ck…kau memang cari nahas ya Taufan…" seorang pemuda berpakaian serba merah dan hitam serta topi sewarna yang dipakai menghadap depan berbicara rendah sambil membunyikan buku jarinya.
"Alamak…T-rex sebentar lagi akan mengamuk…" gumam lawan bicaranya, salah satu adik kembarnya yang berpakaian biru dan abu-abu dengan topi yang di posisikan menyamping. Pemuda itu mundur teratur secara perlahan, sebelum akhirnya melarikan diri menuju lantai bawah.
"Mari sini kau Taufan!" Boboiboy Halilintar dengan kecepatan kilat langsung menyusul adik kembarnya yang paling jahil itu dengan beringas.
"Hwaa! Ampun Kak Hali! Jangan sakiti aku~~!" Boboiboy Taufan terus menghindar sambil memposisikan hooverboard miliknya, jaga-jaga jika kakaknya itu akan menerkamnya dari belakang.
"Hah…" Boboiboy bernomor urut tiga, si pengendali tanah sekaligus pemimpin tak resmi(?) mereka, Boboiboy Gempa hanya menghela napas pasrah sambil menyiapkan peralatan makan.
"Berisik ya, kak?" Boboiboy Solar, kembaran termuda yang identik dengan sunglasses berkomentar santai sambil melongokkan kepalanya dibalik dinding pembatas dapur dan ruang tamu.
Gempa tak menjawab, karena adiknya yang paling cerdas itu pasti sudah tau jawabannya.
"Mana Thorn?" tanya balik Gempa.
"Lagi di halaman belakang. Biasa lah, ngobrol sama teman-teman hijaunya," sahut Solar santai kemudian mengambil posisi di depan meja makan.
"Nggk…sarapannya?" tanya Solar yang heran karena belum ada satu pun lauk atau nasi di atas meja.
"Sebentar," Gempa menyahut sebelum berjalan keluar dapur, menuju ruang tamu dimana kedua kakaknya sedang melakukan 'olahraga pagi'.
"Tanah pencengkram!" kedua tangan Gempa yang tadi sudah dibalut sarung tangan tanah andalannya, mulai membesar, memanjang, dan menangkap kedua kakaknya lalu memisahkan keduanya dengan jarak yang aman.
"Ah Gempa. Selamat pagi~~" Taufan tersenyum ceria seolah tak terjadi apa-apa, sedangkan Halilintar mendecak kesal.
Baru saja dirinya akan menyetrum adik nistanya dengan kuasa petirnya, langsung batal karena sudah terlanjur di tahan oleh Gempa yang merupakan adik terwarasnya.
"Kak Halilintar, hari ini giliran siapa yang akan membuat sarapan?" Gempa bertanya tenang.
Halilintar terdiam, tampak baru menyadari sesuatu.
"Akhirnya ingat juga. Makanya jangan meditasi terlalu lama di kamar mandi," cibir Taufan dengan senyum menyebalkannya yang selalu bisa membuat Halilintar meledak, mungkin termasuk saat ini juga.
"Sudah, sudah. Kak Taufan, daripada mengganggu Kak Halilintar terus, sekarang mending kakak pergi panggil Thorn deh. Kak Halilintar segera ke dapur saja karena sekarang udah mau telat dan Solar juga sedang menunggu di dapur," ucap Gempa sebelum kedua kakaknya ini kembali ribut.
"Cih…" Halilintar (yang sudah bebas dari cengkraman tangan Gempa) segera beranjak ke dapur dengan muka kusut, meninggalkan Gempa yang hanya geleng-geleng kepala dan Taufan yang tertawa kecil.
"Ya udah, aku nyusul Thorn dulu ya~" Taufan juga segera berlari ke halaman belakang, mengabaikan teriakan "Jangan bicara yang aneh-aneh ke Thorn ya!" dari Gempa.
"Ah…Blaze sama Ice mana ya…?" gumam Gempa yang baru ingat kedua saudara kembarnya yang selalu nempel bersama itu belum kelihatan.
Yah, seperti yang kita tau, Blaze saat ini sedang di dalam kamar Ice.
Melakukan sebuah ritual saklar eh, sakral untuk membangunkan Ice tanpa menenggelamkan pemuda air itu di dalam bak mandi.
Dan tentu saja, membutuhkan waktu sekitar tiga jam bagi Blaze untuk berhasil (jangan tanya bocah itu bangunnya jam berapa).
~0~0~0~
Setelah banyak kejadian absurd yang terjadi, akhirnya keenam Boboiboy bisa berkumpul di meja makan dengan sehat wal'afiat, sembari menunggu sang kakak sulung membuat sarapan.
"Kak Taufan tadi ngapain sih? Kak Halilintar sampai ngamuk begitu," Solar membuka percakapan.
Memang sih Halilintar itu mudah marah, apalagi kalo menghadapi Taufan. Tapi cukup jarang melihat Halilintar mengamuk mengejar Taufan dengan menggunakan kekuatan petirnya.
"Hihihi…hanya hal kecil," sahut Taufan sambil cekikikan.
"Tadi barusan aku lihat, ada banyak sekali balon di dalam kamarnya Kak Hali," ucap Thorn dengan polosnya.
"Kak Taufan," Gempa menatap Taufan dengan cemberut. "Kak Halilintar kan phobia sama balon," protesnya.
"Aku nggak mecahin kok. Aku hanya mengancamnya sedikit agar mau keluar dari kamar mandi," sahut Taufan santai.
"Yah…kalo beneran di pecahin, Kak Halilintar mungkin udah muntah, pingsan, terus masuk rumah sakit," gumam Solar sambil menopang dagu.
"Syukurlah tadi aku nggak ikutan," Blaze ikut berkomentar, sedangkan Ice yang duduk disampingnya hanya diam sambil menahan kantuk yang masih bersarang.
"Aduh…" Gempa hanya facepalm.
Menjadi orang paling waras disini memang susah.
Gempa harus banyak bersabar memang.
"Eh iya, Tok Aba sama Ochobot kapan pulang ya? Aku udah kangen~" ucap Thorn tiba-tiba.
"Kayaknya sih bulan depan. Bisnis Tok Aba memang udah melejit sih," jawab Solar kemudian memperbaiki letak kacamata jingganya.
"Aku kangen ice chocolate milik Tok Aba," timpal Blaze.
"Aku lebih suka…hoaam…hot chocolate…" sambung Ice sambil menguap.
Heran juga selera mereka ternyata terbalik.
"Nih," Halilintar yang sudah selesai, langsung menghidangkan satu per satu sarapan mereka hari ini, sebelum kemudian mengambil kursi dan duduk diantara Solar dan Taufan.
"Wah nasi goreng~" Thorn menatap nasi goreng sosis miliknya dengan berbinar.
"Baca do'a dulu baru dimakan loh kak," ucap Solar memperingati.
"Hehehe, tentu saja," Thorn membaca do'a dengan semangat, setelah itu langsung melahap nasi gorengnya dengan ceria.
"Ayo, Ice. Jangan hanya molor. Udah mau telat nih," Blaze mentoel-toel pipi adik kembarnya itu agar bisa makan dengan mata terbuka.
Taufan yang sedang memakan nasi gorengnya dengan penuh khidmat, menyadari bahwa ada yang berbeda dengan nasi goreng jatahnya.
"Kak Hali…makasih ya~" Taufan tersenyum senang. Kakaknya itu tau saja dirinya tidak suka dengan kacang polong.
Halilintar hanya mendengus dan lanjut memakan bagiannya. Gempa yang melihat interaksi saudara-saudaranya itu hanya tertawa kecil. Benar-benar hari yang normal di kediaman Boboiboy bersaudara.
0~0~0~0
"Hari ini siapa yang ada kegiatan klub?" tanya Gempa di perjalanan menuju sekolah mereka.
"Aku…sama Ice ya?" sahut Taufan sambil melirik Ice yang hanya berjalan malas disamping Blaze.
"Mmm…" gumam Ice sambil mengangguk pelan.
"Jadi sisanya enggak ya?" Gempa memastikan lagi.
"Iyep. Berarti kita berlima bisa pulang bareng~" ucap Blaze senang.
"Boleh saja. Jika aku tidak ada les tambahan pulang sekolah nanti," sahut Solar santai.
"Wah, Solar udah pinter tapi masih ikutan les," kagum Thorn dengan mata hijaunya yang bulat seperti kucing.
Solar yang mendapat pujian itu, hanya tersenyum bangga sambil membusungkan dadanya, kelihatannya si bungsu yang pada dasarnya besar kepala ini udah makin besar aja kepalanya.
Halilintar daritadi hanya diam, membiarkan keenam adiknya mengobrol bebas, Karena sejak tadi Halilintar seperti merasa mendengar sesuatu dari jauh yang tak jelas lokasinya dimana.
'Hanya perasaanku saja…kah?'
Halilintar mengedikkan bahu dan memilih untuk tidak peduli akan darimana datangnya gelombang listrik tersebut.
0~0~0~0
Di SMP Pulau Rintis, ketujuh Boboiboy termasuk siswa yang paling populer. Bukan hanya fisik mereka yang mempesona dan menarik, tapi karena mereka memang berbakat.
Halilintar yang seorang ace karate dan hebat dalam pelajaran fisika, Taufan yang ahli bermain skateboard dan melakukan pertunjukan hiburan, juga hobi bermain game dan bermain gitar, Gempa yang merupakan murid teladan, Ketua OSIS, dan selalu dijadikan panutan oleh murid-murid sekolah, Blaze yang menjadi pemain andalan sepak bola dan jago olahraga (meskipun agak nakal), Ice yang berbakat dalam melukis dan berenang (meski pemalas), Thorn yang suka berkebun dan selalu rajin menjaga kebersihan sekolah, serta Solar yang aktif sebagai anggota klub fotografi dan menjadi murid paling pintar di sekolah.
Tidak hanya itu, mereka yang juga dikaruniai kekuatan memanipulasi elemen yang sangat berguna untuk melindungi penduduk dari serangan alien jahat juga menjadi poin plus untuk mereka.
Ah, meski begitu bukan hanya mereka loh yang populer dan punya kekuatan super.
Ada Yaya, sekretaris OSIS, ahli beladiri Taekwondo, dan merupakan satu-satunya perempuan yang bisa seri dengan Halilintar, juga memiliki kekuatan manipulasi gravitasi membuatnya menjadi gadis yang sangat dikenal, apalagi paras cantiknya serta sifatnya yang baik hati dan lembut membuat siapapun pasti terpesona padanya.
Ah tapi jangan salah, begitu-begitu Yaya juga punya poin minus nya.
Apa itu?
Cek aja deh biscuit buatannya, karena Author tidak berani mendefinisikannya…
Lalu ada Ying.
Gadis manis yang pemalu tapi tomboy, atletis dan sangat pintar. Saking pintarnya, sampai bisa lompat kelas dan seangkatan dengan Gempa dan yang lain.
Dikaruniai kuasa manipulasi waktu, membuatnya bisa berlari sangat cepat, meski sebenarnya Ying memang sudah menjadi ace club atletik perempuan tanpa kuasanya.
Berikutnya, Fang.
Wakil Ketua OSIS, memplokamirkan diri sebagai rival Boboiboy Gempa (meski Gempa sama sekali tidak menganggap demikian), dan cukup akrab dengan Solar. Mungkin karena mereka sama-sama cerdas dan memiliki sifat 2 x 5, juga karena kuasa manipulasi bayangan juga cocok dengan elemen cahaya :3.
Fang merupakan adik dari Kaizo, alien tampan dan berani yang mengikuti latihan militer dan mengembara di luar angkasa dalam naungan organisasi TAPOPS (udah pasti tau dong TAPOPS itu apa XD).
Iya, Fang itu alien. Tapi dia baik kok, sama kayak si alien hijau berkepala kubus yang udah insyaf.
Jadi…nggak semua alien itu jahat oke?
Terakhir, Gopal.
Sebenarnya awal Gopal jadi populer itu karena kebetulan berteman baik dengan Gempa dan saudara-saudara kembarnya. Kemudian beruntungnya dia mendapat kuasa manipulasi molekul (meski kebanyakan dia sering merubah sesuatu menjadi makanan…) dari Ochobot.
Gopal bergabung dalam club memasak, karena kesukaannya akan makan dan bereksperimen dengan bahan makanan. Dari kecil udah langganan di kedai Tok Aba, meski sering ngutang.
Gopal juga yang sempat mengajari Halilintar sampai pintar masak.
Iyah…ini memang mengejutkan.
Jadi itulah mereka, kumpulan superhero remaja Pulau Rintis yang selalu siap melindungi bumi.
Ah…ini bukan cerita mengenai itu jadi skip aja ya. Ahahahaha~ *Author di keroyok sekampung*
~0~0~0~
Skip Time, 4.30 sore, waktu Malaysia
"Hai Ice~~ ngantuk ya?" sapa Blaze yang tiba-tiba sudah muncul di ambang pintu ruang melukis.
Ice yang baru saja membereskan peralatannya hanya menghela napas, sudah terlalu biasa dengan tabiat kakaknya yang satu itu.
"Kenapa kakak belum pulang?" tanya Ice.
"Aku menunggumu tentu saja. Yang lain juga lagi ada di halaman tuh, kebetulan kami ditraktir makan oleh Gopal," jawab Blaze semangat.
"Hee…" Ice bergumam pelan, kemudian langsung menjatuhkan dirinya di pelukan Blaze.
"Gendong…" gumamnya yang terdengar tidak jelas karena wajahnya yang terbenam di dada Blaze.
Si pemilik kuasa api hanya bisa sweatdrop karena kelihatannya kebiasaan manja Ice kumat.
"Udah, kau tiduran aja di bebola airmu itu. Peralatan lukisnya biar aku yang bawa," ucap Blaze pasrah.
Hari ini entah kenapa dirinya tidak mau sakit punggung karena menggendong Ice yang notabene sama berat dengannya.
"Mmm…" Ice hanya bergumam kemudian menciptakan balon air, lalu kemudian berbaring di atas balon ajaib itu dan tertidur dalam sekejap.
"Heh…Terbaik," gumam Blaze setengah sweatdrop kemudian beranjak pergi menuju halaman, diikuti bebola air Ice.
Sementara itu, nun jauh di luar planet bumi.
"Jadi bagaimana?"
"Target ditemukan. Power Sphera nya tidak bersama mereka, tapi tidak salah lagi, kuasa tujuh elemental ada pada mereka,"
"Kalo begitu segera bergerak sekarang. Jangan buang-buang waktu,"
"Siap, boss,"
"Heh…siapa sangka kuasa elemental yang langka itu harus jatuh ke tangan anak-anak ingusan heh…"
Sebuah seringaian misterius muncul dan dalam sedetik langsung menghilang dibalik kegelapan.
"Hai semuanya~ kalian repot-repot deh," Taufan yang baru selesai melakukan atraksi ekstrim dari Skate Park langsung muncul dan merangkul Gopal yang sedang sibuk mengunyah kue cokelat membuat pemuda India tersebut tersedak.
"Kak Taufan, daripada gangguin orang kenapa nggak duduk aja dan makan?" ucap Solar santai sambil menyuapi Thorn dengan keripik kentang (Thorn tidak bisa makan sendiri karena tangannya penuh ngomong-ngomong).
"Hehehe, iya maaf," Taufan cengengesan sebelum pindah posisi duduk disamping Halilintar yang sedang meneguk kopi kaleng.
"Tapi ada acara apa nih? Tumben banget," Ying yang duduk disamping kanan Taufan bertanya.
"Aku menang lomba di Muffin Festival kemarin. Jadi ini anggap aja syukuran," jawab Gopal dengan semangat.
"Wah, selamat ya Gopal," Gempa yang duduk di hadapan Gopal tersenyum bangga akan sahabatnya tersebut, sedangkan si pemilik nama kini tengah membusungkan dada dengan pede nya.
Saat ini, para Boboiboy bersama keempat teman baik mereka tengah duduk-duduk di taman, dengan menggunakan gabungan dari dua buah meja yang tersedia di taman sekolah tersebut.
"Pantes. Kirain kalian nungguin aku," komentar Taufan sambil mengunyah cheesecake.
"Ngapain?" sahut Halilintar dengan judesnya.
"Kak Hali jahat," Taufan menggembungkan pipinya, sok ngambek meski tidak ditanggapi oleh sang kakak sulung.
"Harusnya tadi kamu bilang dong, Gopal. Kalo tau kamu menang lomba gini kan aku juga bisa bawa biskuit aku buat dimakan sama-sama," ucapan Yaya seketika membuat meja hening, bahkan suara dengkuran Ice pun tidak terdengar.
"E-eh…i-i-iya yah…a-aku lupa hahaha…." Gopal mulai tertawa dengan kikuknya.
"Ehm…sudahlah. Ayo habiskan, nanti kemaleman loh," Gempa kembali buka suara. Yang lain mengangguk dan lanjut menikmati hidangan.
Ah, iya.
Jika ada yang penasaran kenapa Fang tidak berceloteh seperti yang biasa dia lakukan di hadapan Gempa, itu karena kini Fang sedang bermesraan dengan kekasih-kekasihnya yang bernama Donat Lobak Merah :v.
Halilintar yang sedang menikmati minumannya mendadak terdiam, karena merasa ada sesuatu yang aneh di taman tersebut.
"Getaran itu lagi…" batinnya dengan was-was memperhatikan sekeliling.
"Kak Hali kok mendadak diem? Lagi nahan boker ya?" goda Taufan dengan senyum yang bisa membuat Halilintar naik darah, tapi mungkin pengecualian untuk kali ini.
"Rasanya…semakin kuat…" Halilintar memejamkan matanya, mencoba menajamkan inderanya untuk bisa merasakan getaran listrik itu lebih jelas.
"Nggk…Kak Hali?" Taufan bertanya takut-takut, dengan pikiran aneh yang mengira Halilintar saat ini sedang kesurupan.
"Kak Halilintar, ada apa?" Gempa yang juga menyadari keanehan tersebut ikut bertanya.
"Jangan-jangan beneran Kak Halilintar mau ke toilet?" gumam Solar asal.
"Kak Hali, kalo kenapa-kenapa, sini deh Taufan antar ke UKS," Taufan yang mulai merasa cemas beneran mulai berdiri dan menarik lengan Halilintar.
Di saat yang bersamaan, mata Halilintar terbuka lebar kemudian mendorong Taufan dengan sangat kuat sampai si pemilik kuasa angin tersebut terpental.
"Kalian! Segera menyingkir dari sana!" teriak Halilintar panik.
"Eh? Kak Halilin, memangnya ada apa?" pertanyaan Blaze tidak di gubris, karena Halilintar yang sudah masuk mode tempur tersebut langsung melemparkan dua buah pedang halilintar ke arah langit, menghancurkan puluhan misil yang sedang melesat ke arah mereka.
"Apa itu…" gumam Yaya tidak percaya.
"!"
Gempa dengan cepat melompat ke atas meja kemudian memukulkan kedua tangan berlapis batunya.
"Tanah pelindung!" dalam sekejab meja tempat mereka berada pun mulai terlindungi dengan dinding batu yang menghalangi serangan misil tersebut.
"Datang darimana mereka?!" panik Gopal.
"Kelihatannya mereka menyerang secara gerilya," gumam Solar yang kemudian melompat tinggi lalu memposisikan kedua tangan berbalut sarung tangan emasnya.
"Tembakan optical!" sinar laser keluar dari tangan Solar. Pemuda serba putih tersebut kemudian menggerakkan jarinya secara horizontal, menghancurkan sisa-sisa misil yang ada.
"Misil-misil itu muncul tiba-tiba? Tapi kenapa…" gumam Ying.
"Misil-misil itu bukan menghilang. Mereka hanya berkamuflase," Halilintar memperhatikan salah satu misil yang terhempas akibat perisai tanah, kemudian memperhatikan warna misil tersebut yang agak abstrak.
"Aduh duh…" Taufan yang masih merasa punggungnya nyut-nyutan karena di lempar oleh Halilintar, langsung menyadari sesuatu.
"Ah! Selama ini kita sudah diintai," dengan lagak seperti manusia yang baru mengenal tulisan, Taufan menaiki hooverboardnya dan melesat cepat menuju langit.
"Heh…kalo dari atas sini, bisa kelihatan jelas," Taufan menemukan darimana asal misil-misil tersebut.
"Blaze, di semak-semak belakang!" teriak Taufan sekeras mungkin.
"Ah! Bebola api!" Blaze reflek melemparkan puluhan bola api hingga membakar sekumpulan semak-semak di dekat taman.
"Hwaah, semak-semaknya…" Thorn mendadak lemas setelah melihat semak-semak yang terbakar dengan menyedihkan tersebut.
"Kak Blaze terlalu berlebihan deh…" Ice menciptakan bebola air yang menyiram kobaran api diantara semak-semak tersebut sebelum apinya menjalar dan membakar semua kursi taman.
"Hehehe…sorry," Blaze hanya cengengesan tanpa rasa bersalah.
"Oy! Keluar kalian, dasar pengecut! Tau nya hanya menyerang sembunyi-sembunyi saja!" teriak Fang yang kelihatan kesal. Mungkin karena beberapa donatnya terjatuh tadi.
"Cih…kelihatannya tidak ada pilihan lain," sebuah suara serak terdengar dari balik semak-semak yang hangus, kemudian keluarlah sesosok pria dewasa yang wajahnya tertutup tudung.
"Siapa kau? Apa maksudmu melakukan ini semua?" tanya Solar dengan tatapan mengintimidasi.
"Heh…kalian pikir kami hanya berencana menyerang kalian dengan ini? Kemampuan kalian sudah terlalu sayang untuk diremehkan," pria tersebut menjentikkan jarinya, dan seketika berpuluh-puluh pasukan robot berbentuk serangga muncul dihadapan para superhero remaja.
"A-apa…sejak kapan benda-benda itu muncul?!" Gopal yang panik langsung bersembunyi di belakang Gempa.
"Cih…sudah kuduga, kalian menggunakan kamuflase. Sejak tadi kacung-kacung kalian ini sudah membuntuti kami bukan?" decih Halilintar.
"Hee…hebat juga kau sampai bisa menyadarinya," pria bertudung emas tersebut menyeringai.
"Kau bisa menyembunyikan wujud, tapi tidak dengan suara, apalagi gelombang listrik dari setiap robotmu itu," Halilintar kembali berucap sinis.
"Yah, seperti yang diharapkan dari Boboiboy Halilintar," pria tersebut tertawa pelan.
"A-apa…? Dia kenal Kak Halilin?" kaget Blaze.
"Tentu saja aku kenal. Kalian itu para Boboiboy kembar yang memiliki kuasa elemental bukan? Dan teman-teman kalian juga yang memiliki kuasa gravitasi, waktu, molekul, dan bayangan," gumam pria itu.
"Dia…mengenal kita semua," gumam Gempa.
"Artinya, dia juga pasti mengenal Ochobot," sambung Solar.
"Tepat sekali~ ternyata kalian paham juga," pria tersebut tersenyum semakin lebar.
"Heh…jadi berniat menculik Ochobot ya," Ice memposisikan mini-gun pembekunya.
"Tapi Ochobotnya tidak ada disini kan? Dia lagi sama-hmmpph!" Solar dengan cepat membekap mulut Thorn.
"Jangan dikasih tau, kak. Entar Tok Aba bisa dalam bahaya," bisik Solar cepat sebelum kakak keenamnya itu keceplosan.
"Hahaha, aku tau. Aku tidak benar-benar mengincar Ochobot, kok," seringaian kembali terlihat di wajah pria yang samar-samar tersebut.
"Kalian, mulai menyerang!" komandonya.
Robot-robot tersebut menuruti perintah bos mereka, dan mulai menerjang para superhero.
"Gyaaa! Tukaran makanan!" Gopal reflek mengubah beberapa robot yang mendekatinya menjadi makanan penutup.
"Heh…baiklah, ayo mulai," Fang menyeringai dan mulai menari dengan kuasa bayangannya.
"Ayo, Ying! Tumbukan padu!" Yaya menumbuk beberapa robot hingga terpental.
"Hyaah! Tendangan laju!" Ying dengan kecepatan super menendang belasan robot hingga terhempas jauh.
"Cih…" Halilintar menciptakan double-blade, kemudian dengan kecepatan yang benar-benar diluar akal sehat manusia, pemuda bermata merah itu menebas para robot dalam hitungan detik.
"Hihihi…ini robot-robot jelek amat. Siapa yang buat sih?" Taufan terkekeh sambil terbang santai dengan hooverboardnya.
Seolah paham ucapan Taufan, robot-robot berbentuk serangga tersebut melesat ke arah Taufan yang masih santai di posisinya.
"Yep, seperti itu. Sedutan taufan!" Taufan menciptakan angin topan raksasa yang menyedot para robot dan menghempaskan mereka sejauh mungkin.
"Golem tanah, serang!" Gempa dengan 'partnernya', sibuk menyerang robot-robot yang membabi-buta ke arah mereka.
"Tidak akan kubiarkan kalian mengacau di sekolah!" Gempa mengacungkan kepalan tangannya, bersamaan dengan golem tanah yang langsung meremukkan belasan robot.
"Saatnya main!" Blaze menyeringai, kemudian dengan chakram api andalannya, pemuda dengan ciri khas api itu melesat kemudian membantai habis robot-robot disekitarnya.
"Hahaha, ini menyenangkan!" Blaze benar-benar terlihat menikmati tingkah sadisnya kali ini.
"Hah…kenapa aku juga sih…" Ice dengan malas membekukan semua robot yang dilihatnya kemudian menembak mereka satu per satu dengan mini-gun pembekunya.
"Huh…gara-gara kalian, habis semua semak-semak dibakar sama Kak Blaze," Thorn dengan cemberut membelit robot-robot disekitarnya menggunakan tanaman rambatnya.
"Sekarang, Solar!" komandonya.
"Nggak usah teriak juga kan, kak…" Solar menghela napas, sedetik kemudian, kedua matanya menyala dan mengeluarkan bias cahaya putih.
"Tembakan solar!" semua robot-robot yang terperangkap tersebut langsung lenyap tanpa jejak karena sambaran sinar laser tersebut.
"Hehehe, bye bye~" Thorn malah melambaikan tangan dengan riangnya.
"Hanya itu kah, kemampuanmu wahai alien yang entah siapa dan darimana asalnya?" kini Gopal malah terlihat percaya diri dengan berdiri disamping Gempa. Mungkin ke-pede-annya kembali setelah berhasil menyulap robot menjadi makanan kecil.
"Semua robot sudah dilenyapkan. Iya kan?" tanya Fang memastikan.
Halilintar yang disampingnya hanya merespon dengan anggukan singkat. Setidaknya dirinya tidak merasakan getaran listrik lagi.
"Hehehehehe…hahahahaha!" pria tersebut malah tertawa dengan keras.
"Aih? Orang ini sudah tidak waras ya?" tanya Thorn polos.
"Entah. Anak buahnya sudah kalah semua, dia malah tertawa," timpal Blaze.
"Hebat…memang hebat! Kuasa elemental memang luar biasa! Sudah kuduga, tidak sia-sia aku datang kemari. Tapi siapa sangka…empat kuasa lainnya juga hebat. Aku jadi semakin ingin mengambil semuanya," cerocosnya sambil bertepuk tangan.
"Hah? Jadi dia berniat merebut kuasa kita ya," ucap Yaya.
"Hii…alien jahat! Tidak bisa dibiarkan," sambung Ying kesal.
"Oy, aku tersinggung tau," komentar Fang sweatdrop.
"Oke…kurasa saatnya aku menggunakan kartu truf ku," pria tersebut mengangkat tangannya.
"Colorbot! Aktifkan sekarang!" pria bertudung itu mengeluarkan sebuah robot seukuran Ochobot yang berwarna pelangi.
"Itu kan…Power Sphera?" kaget Gempa.
Colorbot kemudian menyala, mengeluarkan gradasi cahaya pelangi yang sesungguhnya indah dipandang, sampai cukup membuat mata Thorn berbinar.
"Sial…" gumam Halilintar.
"Kakak merasakan adanya robot lain?" tanya Gempa panik, dan semakin panik setelah Halilintar mengiyakan.
Benar saja, getaran tersebut semakin kuat, sehingga bukan hanya Halilintar yang bisa merasakannya.
"Ada sesuatu yang akan jatuh kemari," ucap Solar sambil memandangi langit yang sudah semakin memerah karena waktu sudah menunjukkan hampir malam.
"I-itu…" Fang kehabisan kata-kata.
"Benar sekali, itu adalah senjataku. Ukurannya mungkin tidak begitu besar, tapi energi yang dimilikinya sangat kuat, cukup untuk menonaktifkan jam kuasa kalian," pria itu menyeringai, sedangkan Colorbot tampak pasrah di genggamannya.
"Colorbot…jadi dia menggunakan Power Sphera itu untuk meng-kamuflase senjatanya. Aku yakin pasti benda ini yang dirasakan oleh Kak Halilintar tadi pagi," komentar Gempa.
"B-bagaimana ini? Jika benda itu jatuh ke arah kita, kita bisa kehilangan kuasa!" Gopal mulai berlari kesana-kemari karena panik.
"Bukan Cuma kuasa, tapi kayaknya kita akan kehilangan nyawa juga loh," ucapan Ice tersebut membuat Gopal semakin kalang kabut.
"Mmm…energi…gelombang listrik…radiasi…" gumam Solar dengan tampang serius dan tenang, meski sebentar lagi mereka akan segera dihabisi oleh sebuah roket.
"Ah! Benar juga," Solar menjentikkan jarinya, tanda baru saja mendapat ide.
"Ada apa, Solar?" tanya Thorn penasaran.
"Aku mengerti. Jika Kak Halilintar bisa merasakan gelombang listrik dari roket itu, artinya masih ada cara untuk menghentikannya," ucap Solar yakin.
"Bagaimana caranya?" tanya Gempa.
"Tentu saja, dengan serangan listrik yang lebih kuat. Aku yakin jika dengan jumlah listrik yang lebih besar, ditambah gelombang radiasi cukup untuk menghancurkan roket itu dari dalam," jelas Solar.
"Wah, Solar memang jenius!" puji Thorn.
"Heh…iya dong. Bukan Solar namanya kalo tidak jenius," Solar mendengus bangga sambil memposisikan kacamatanya, membuat kembaran serta teman-temannya yang lain sweatdrop.
"Kak Halilintar bisa?" tanya Gempa.
"Setelah semua ini…entahlah. Aku rasa aku tidak langsung bisa mengeluarkan listrik yang cukup besar," jawab Halilintar ragu sambil memperhatikan kedua telapak tangannya yang mengeluarkan percikan listrik kecil.
"Butuh waktu? Tapi…tapi benda itu sudah semakin dekat!" Gopal semakin histeris melihat siluet roket besar yang sebentar lagi akan menghantam mereka.
"Hmm…hanya masalah waktu, tapi Kak Hali bisa kan?" tanya Taufan tiba-tiba.
"Yah…tergantung berapa lama aku akan mengumpulkan energiku," jawab Halilintar sekenanya.
"Heh…kalo gitu, serahkan saja padaku," Taufan menggosok hidungnya kemudian menyeringai.
"Eh? Memangnya Kak Taufan mau ngapain?" tanya Gempa.
"Aku ada ide bagus. Nah…Kak Hali, pergunakan waktu yang akan kuberikan ini dengan baik ya," ucap Taufan sebelum terbang menuju roket tak kasat mata tersebut dengan hooverboardnya.
"…" Halilintar hanya menatap kepergian Taufan dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ah…aku paham. Kak Taufan bisa mengendalikan angin, artinya Kak Taufan berniat mengulur waktu dengan menahan pergerakan roket itu dengan kuasa angin, sampai Kak Halilintar mendapatkan cukup energi," jelas Solar.
Benar saja, Taufan menggunakan bola angin dengan ukuran besar dan memperlambat laju roket tersebut.
"Fyuuh…syukurlah benda ini tidak berat-berat amat," gumam Taufan yang masih setia dengan senyumnya.
"Ck…benar-benar merepotkan," pria bertudung tersebut maju, hendak mengacaukan rencana para Boboiboy.
"Ikatan bayang!" yah, sebelum akhirnya Fang mengikat kedua tangan pria itu dengan bayangannya.
"Graviti pemberat!" Yaya juga ikut menggunakan kuasanya untuk membuat pergerakan pria itu berhenti.
"Ck…sialan. Lepaskan aku!" hardik pria itu, yang sukses tidak bisa bergerak karena berat tubuhnya yang dimanipulasi oleh Yaya.
"Nah, Power Sphera ini sebaiknya dibawa ke TAPOPS saja," Ying memungut Colorbot yang tergeletak non-aktif di atas tanah, mengabaikan umpatan dan makian dari pria bertudung tersebut.
"Cih…lagipula bukan berarti bocah angin itu cukup kuat untuk menahan roket itu seorang diri…" seringainya.
15 menit pun berlalu, Taufan masih setia menahan roket tersebut, meski kelihatan sekali Taufan semakin kelelahan karena harus menggunakan tenaga yang besar untuk menghalangi benda beradiasi tinggi itu.
"Kak Halilin, masih lama kah?" tanya Blaze cemas.
Halilintar terdiam, kemudian memejamkan matanya, mencoba berkosentrasi mengumpulkan lebih banyak tenaga.
"Jika dibiarkan terus, roket itu beserta Kak Taufan akan segera jatuh di 5 menit berikutnya," Solar yang se-daritadi tenang mulai terlihat cemas.
"Ayo, Kak Hali pasti bisa!" seru Thorn meski tak terlalu paham situasinya.
"Bertahanlah Kak Taufan," Gempa harap-harap cemas.
"Hah…" Ice hanya mendesah lelah. Bukan hanya lelah, kini badannya pegal dan pikirannya kalut, namun tetap berusaha untuk tenang.
"A-aku…ugh…" Taufan terus memaksakan tenaganya menggunakan kekuatan anginnya, meski sedikit demi sedikit roket itu mulai kembali bergerak.
"Gawat…" Gopal kembali ketakutan, sedangkan pria yang masih dalam pengaruh gravitasi Yaya itu mulai menyeringai.
Di tengah kepanikan yang lain, Halilintar masih memejamkan matanya. Samar-samar percikan listrik berwarna merah mulai menyelimuti tubuhnya.
Sedetik kemudian matanya terbuka, menampilkan sepasang bola mata merah yang menyala dan terlihat indah sekaligus mematikan tersebut.
Dengan sangat cepat, Halilintar melesat menuju Taufan yang masih setia menahan senjata roket tersebut.
"Minggir,Taufan!" teriak Halilintar.
"Ah…akhirnya. Nggak nyangka ternyata lama juga," Taufan mendesah lelah kemudian dengan sisa tenaganya, pemuda bertopi miring itu segera menyingkir dari posisinya.
"Huft…menyebalkan," Halilintar mengeluarkan pedang mega halilintarnya, kemudian menatap roket yang melesat cepat itu dengan nyalang.
Setelah menarik napas dan yakin telah mengumpulkan cukup energi, Halilintar mulai menganyukan pedangnya.
"Pusaran halilintar!" energi listrik yang keluar akibat putaran pedang dengan sangat cepat itu langsung menyambar roket berwarna gelap tersebut hingga menciptakan lubang yang cukup besar.
Roket itu mulai retak dan bergetar akibat tegangan listrik yang terlalu kuat, sebelum akhirnya mengeluarkan sinar yang cukup memekakkan pandangan, dan meledak di atas langit seperti kembang api tahun baru.
"Berhasil!" seru Thorn kegirangan.
"Terbaik lah," ucap Gempa sambil menghela napas lega.
Ying, Yaya, Fang, dan Gopal pun ikut senang karena akhirnya bahaya yang tadinya mengancam mereka telah lenyap.
"Kak Halilin hebat!" seru Blaze, menghampiri Halilintar yang terengah-engah karena mengeluarkan jumlah listrik yang banyak.
"Kerja bagus semuanya. Hoaam…nyem…" Ice dengan terkantuk-kantuk bersuara, sekedar memberitahu bahwa dirinya belum tertidur *oke abaikan*.
"Cih…sialan…beraninya kalian menghancurkan senjata pamungkasku…" pria itu tampak sangat kesal, tapi masih belum bisa melepaskan diri dari belenggu bayangan Fang.
Seketika, getaran lain kembali muncul.
Getaran itu membuat Yaya lengah dan menghilangkan kuasa gravitasinya, serta Fang yang melepaskan kuasa bayangannya karena buyarnya kosentrasi.
Kini, disamping pria itu berdiri sesosok wanita yang juga memakai tudung yang serupa dengan pria pertama.
"Ck…kan sudah kubilang, kau tidak mungkin bisa merebut kuasa milik Ochobot semudah itu. Kau memang bodoh," ucap wanita itu sambil memapah pria disampingnya.
"S-siapa dia?" kaget Gopal.
"Lambang itu…" Fang terdiam, baru menyadari symbol di jubah wanita itu.
"Kita pergi. Sebaiknya jangan bertindak gegabah seperti ini lagi, Key…" gumam wanita itu yang secara perlahan berubah transparan bersama dengan pria yang dipanggil 'Key' tersebut.
"Cih…awas saja…kalian pasti akan aku balas," Key menatap sinis ke arah para Boboiboy sebelum akhirnya menghilang bersama dengan wanita yang tadi bersamanya.
"Sebenarnya siapa sih mereka?" ucap Ying kesal setelah kepergian dua orang misterius tersebut.
"Entahlah…tapi rasanya aku pernah lihat symbol itu…entah dimana…" gumam Fang.
"Sudahlah, yang penting untuk saat ini kita selamat," ucap Gempa sambil menghela napas.
"Yep, dan kita juga berhasil menemukan Colorbot. Setelah ini, kami akan menghubungi TAPOPS," ucap Ying.
"Eh iya…mana Kak Taufan?" celetuk Thorn tiba-tiba.
"Lah, iya juga ya? Kak Taufan nggak ikut meledak dengan roketnya kan?" ucap Blaze kemudian dijitak oleh Gempa yang masih menggunakan sarung tangan batunya.
"Itu dia," Gopal menunjuk ke arah pemuda yang masih terdiam di atas hooverboardnya.
"Hey Taufaaan! Ayo sini!" panggil Ying dengan kedua tangannya membentuk corong disekitar bibirnya.
"Hah? Eh…iya sebentar…" Taufan menghela napas, berusaha mengumpulkan tenaganya. Rupanya ledakan roket itu sedikit membuat kepalanya pusing akibat radiasinya yang kuat.
"Wait…tadi pas roket itu meledak, ada semacam sinar yang keluar ya?" ucap Solar.
"Benar juga…itu radiasi atau gimana?" tanya balik Gempa.
"Perasaanku tidak enak…" gumam Ice.
Dan sejurus kemudian, Taufan yang mencoba untuk turun malah kehilangan keseimbangannya dan jatuh dari hooverboardnya dari ketinggian lebih dari 200 meter.
"Astaga…Kak Taufan!" teriak Gempa kaget, sedangkan Halilintar dengan gerakan kilat langsung berusaha menangkap Taufan.
Tidak hanya Halilintar, tapi Thorn, Solar, juga Gempa dan Blaze yang menyeret Ice berlari menuju tempat yang kemungkinan akan menjadi titik jatuhnya Boboiboy nomor dua tersebut.
~0~0~0~
Sesaat sebelum Taufan benar-benar 'mendarat', dirinya merasa seperti ada seseorang yang menahan tubuhnya, secercah cahaya keemasan muncul tiba-tiba, sebelum akhirnya kepalanya berbenturan dengan-entah siapa.
Bruk!
"Wadaw!"
"AAhh!"
"Adu duhh!"
Yaya dan yang lainnya yang baru saja menyusul, hanya bisa melongo melihat bagaimana ketujuh Boboiboy kini terbaring masal di jalan setapak dengan posisi saling tindih.
"Err…kalian…oke kah?" tanya Gopal ragu meski sebenarnya pertanyaannya ini tidak perlu dijawab.
Hening selama beberapa menit, sebelum akhirnya ketujuh pemuda kembar tersebut mulai bangkit satu per satu sambil mengelus kepala mereka masing-masing.
"Ck…sialan…" Taufan mendecih pelan sambil mengelus kepalanya yang mungkin saja benjol sekarang.
"P-pusingnya…kepalaku…aduh…" Gempa bergumam tidak jelas dengan kedua mata berbentuk spiral.
"Apa itu tadi?" gumam Halilintar yang kini mengubah posisinya menjadi duduk bersila.
"Kalian baik-baik saja? Kelihatannya kalian harus ke UKS," ucap Yaya khawatir.
"Eh…enggak kok, nggak masalah. Ini udah biasa, hahaha…" tolak Ice meski kelihatan jelas wajahnya menahan sakit.
"Huh…sudah tubuhku pegal, sekarang kepalaku juga pusing…" gumam Blaze yang tampak enggan bangkit dari posisi berbaringnya.
"A-aduh…sakitnya," gumam Solar dengan kedua mata berkaca-kaca, sempat membuat Fang dan Gopal cengo.
"Apa semuanya baik-baik saja? Normalnya sih, setelah ini kita semua harus dirawat tapi…selain pusing aku tidak merasakan sakit yang berlebihan," ucap Thorn panjang lebar sambil mengelus tengkuknya.
Kali ini, bukan hanya Fang dan Gopal, tapi Yaya dan Ying juga ikutan terdiam.
"Err…kalian serius baik-baik saja? Terutama kamu, Taufan. Kamu kan jatuh dari tempat yang sangat tinggi," ucap Yaya.
"Ahahaha…iya ya…tapi rasanya nggak apa-apa tuh," Gempa terkekeh, sedangkan Taufan masih diam dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Ahh…" Yaya keheranan, yang ditanya kan Taufan.
Kenapa Gempa yang menjawab?
"Loh? Kok aku ada dua ya?" Solar menunjuk Thorn dengan tatapan penasaran.
"Hah? Maksudnya? Kalian kan tujuh, bukan dua," ucap Gopal bingung.
"Tunggu sebentar, ada yang tidak beres…" Thorn mundur setelah ditatap begitu intens oleh Solar.
"Ugh…semuanya tidak beres," gumam Blaze malas, dan Ice disampingnya mengerjap-ngerjapkan matanya bingung.
"Ah!" seolah menemukan titik terang, Yaya menjentikkan jarinya.
"Nah, kalian bertujuh, ayo hadap sini," pinta gadis pink tersebut, namun yang menurut hanya Halilintar, Gempa, Ice dan Solar saja.
Taufan masih diam dengan muka kusut, Blaze berguling-guling di atas tanah, dan Thorn sibuk berpikir.
"Huft…oke oke, dengar," Yaya menghela napas.
"Halilintar?"
"…"
"Taufan?"
"Ya~?"
"Gempa?"
"A-Ada apa?"
"Blaze?"
"Hello,"
"Ice?"
"Hoaam…"
"Thorn?"
"Hadir!"
"Solar,"
"Ya, aku tau,"
"Aduh…" Yaya menelan ludah, sedangkan tiga orang lainnya yang menyaksikan fenomena itu hanya melongo tidak percaya.
"Tidak salah lagi…" Yaya kembali menatap satu per satu para Boboiboy kembar.
Taufan yang mendengus kesal, tampaknya sudah paham apa yang terjadi.
Gempa tertawa kikuk dengan jari telunjuk yang menggaruk pipinya.
Halilintar menghela napas pasrah.
Ice yang tampak jengah.
Blaze yang terus-menerus menguap.
Solar mengerjap-ngerjapkan matanya dengan polos.
Thorn yang memasang tampang 'Aku sudah tau soal ini by the way'.
"Kalian…" Yaya menelan ludah.
"Stop, kami sudah tau," potong Thorn kemudian menatap saudara kembarnya satu per satu.
"Yep, tidak salah lagi. Kita bertukar tubuh," ucapnya final.
1 detik… (Hening)
5 detik… (Hening, benar-benar tanpa suara)
10 detik… (Gopal mencuri waktu mengunyah permen)
15 detik… (Fang mengecek jam tangannya)
20 detik… (Ying terdiam)
30 detik… (Yaya berhitung mundur dalam hati)
1 menit… (Author dibelasah karena terlalu mendramatisir…)
"EEEEEEEEEEH?!"
TBC…?
Yahoo~~ Astaga…ga nyangka jadi sepanjang ini. Prologue aja udah 5k wordnya. Hahaha…*krik krik*
Yeeey, akhirnya waktu untuk bikin para Boboiboy saling tukaran tubuh terjadi juga~~ *Udah ah*
Yah, jadi gini deh. Fict ini hanya humor sebenarnya, tapi ga nyangka malah bikin setengah action dengan gaje nya…tapi yah, demi kebutuhan ceritanya sih. Semoga aja chapter depan actionnya jadi lebih bagus atau kalo readers ga suka bakalan di tiadiin deh *bungkuk bungkuk*.
Nah, sampai sini saja karena wordnya udah sangat panjang, kalo kalian berkenan, sumbangkan komentar barang sekata atau dua kata ga apa-apa kan?
Kali aja ada yang mau bertanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi di fict ini atau siapa alien-alien itu dan kenapa Boboiboys sampe bisa berakhir tukeran tubuh…
Nggak ada? Ya udah *pundung*
Kenapa saya post beginian? Alasannya, karena lagi gabut dan juga galao ga punya lappy jadi gini deh. Serius, maafkan saya yang gaje ini dan selalu saja buat yang baru padahal utang masih segunung *bungkuk bungkuk*
O iya, saya baru nyadar, di setiap fict Elemental Siblings, pasti saya selalu menulis Halilintar yang paling pinter masak di antara mereka yah. Well, itu memang sengaja sih...sebenarnya saya ga mau bikin disemua ff, tapi pas liat episode 10 Boboiboy Galaxy pas Gopal sama Tanah, Petir dan Daun masak laksa bareng, apalagi kelihatan jelas Petir yang paling banyak berperan diantara ketiga Boboiboy (dan si Gopal cuman menginstruksikan aja), makanya jadi tertarik untuk terus bikin Halilintar tipe galak tapi pinter masak. Udah kayak waifu materials yah ahahahah #tebas
Yosh, sekarang giliran saya pamit undur diri, sampai jumpa di next chapter ya. Kecepatan updatenya tergantung readers loh ya. Kalo ada yang suka silahkan review meski hanya singkat ga apa-apa… X"D
Kalo gitu, bye bye yah, see ya next time~ XD
Review please~
