Isshuukan
Summary : Jellal merasa kehidupannya amat membosankan, karena itulah, dia memutuskan jadi berandal dan bertujuan, menemukan seseorang yang menarik baginya, lalu Jellal bertekad 'akan memenangkan hati orang itu dalam waktu seminggu!'
Rate : T
Chara : Jellal.F, Erza.S
Genre : Friendship, romance
Warning : Typo, dll
Fairy Tail bukan punya author, tetapi punya Hiro Mashima.
Mayortias orang membenci hari Senin, terutama murid sekolah dan orang dewasa yang bekerja. Kalau bagi pegangguran, sih, semua hari juga sama saja. Jika Senin adalah manusia, dia pasti sudah bunuh diri karena frustasi berat. Kita memulainya dari sana, rutinitas berulang yang membuat siapapun jenuh. Pasti kalian pernah merasakannya, bosan, kecewa, namun tetap berharap, agar terjadi hal menyenangkan sekecil apapun itu.
Seorang Jellal Fernandes pun melaluinya. Murid SMP Fairy Tail yang dapat dibilang sempurna dari segi pendidikan maupun olahraga, tetapi, segala anugerah itu tidak mengubah sisi monoton dalam hidupnya. Dia menginginkan sesuatu yang lebih wow, sesuatu yang bisa memberi warna baru pada hati kecilnya. Inilah keputusan bocah akil balig itu 'menjadi berandal dan menemukan seseorang yang menarik baginya'.
Siapakah dia?
-ll-
Matahari menyinari kota Magnolia, Fiore, di kala pagi menyapa. Semua orang sudah memulai aktivitasnya sejak jam lima, berangkat ke kantor, membuka lapak dagangan, dan khusus untuk murid TK sampai SMA : pergi ke sekolah.
Selimut biru bergaris putih menutupi setengah tubuhnya yang kedinginan. Sinar keemasan menerbos masuk melewati kaca jendela, membuat dia sedikit silau namun tetap bersikeras melanjutkan mimpi indah. Ketika jam weker berdering, barulah tubuh mungil berbalut kaos oblong itu terbangun dari tidur lelap, berdiri sebentar di depan kaca merapikan surai biru lautnya yang acak-acakan. Biarlah, sudah cukup tampan untuk memikat perhatian cewek.
"Hoi Jellal, cepat bangun lalu turun sarapan!" sebuah suara menginterupsi kegiatannya yang terpaksa dihentikan. Dia tau dan langsung menurut tanpa kompromi lebih panjang
Ibu menyeramkan jika marah, mirip monster hijau alias Hulk! Jellal cekikikan membayangkan hayalan aneh itu, seisi rumah pasti jadi kapal pecah yang senasib dengan kondisi kamarnya sekarang.
Sepotong roti tawar dia ambil acak, tak ketinggalan meneguk habis segelas susu cokelat hangat sebelum berpamitan–meski tidak dapat dikatakan seperti itu. Jellal mengabaikan total ayahnya yang sibuk membaca koran. Teriakan ibu pun bagai angin lalu tanpa arti.
"Jangan buru-buru, kamu belum terlambat!"
"Berangkat lebih pagi kan memang kebiasaanku"
Ah benar juga, hari ini Senin berarti ada upacara. Jellal yang anti berjemur di lapangan memutuskan untuk datang setelat….mungkin. Lupakan soal perkataan tadi, bohong seratus persen kok! Dia mampir ke pinggir sungai dekat sekolah, menidurkan kepala santai sembari memandangi langit biru. Menenangkan sekali, dibanding ceramah panjang lebar Bu Evergreen yang bikin kuping panas. Desiran angin memperkuat serangan kantuk yang menderanya.
Benar deh, Jellal ketiduran di bawah naungan pohon rindang.
Setengah jam kemudian….
"Hoamz….! Sekarang sudah jam berapa?"
Setengah delapan pagi, upcara tengah berlangsung dan dia terlambat dua puluh menit! Jellal tetap berjalan pelan menuju sekolah. Masa bodoh mau kena marah juga, masuk telinga kanan keluar telinga kiri ujung-ujungnya.
Pak Droy nampak sibuk menyapu halaman depan sekolah. Kebetulan gerbang belum ditutup rapat, palingan penyakit pikunnya kambuh. Jelas ini sangat menguntungkan Jellal, dia pun menyelinap masuk dan berlari menuju lapangan. Lautan manusia berjemur di bawah terik matahari, mengangkat tangan mereka menyamai alis memberi hormat pada bendera kebanggaan negara. Makanya, dia paling benci upacara.
"Hoi, berdirilah di samping kanan lapangan" perintah Laxus-sensei tegas. Dialah guru killer yang mengajar matematika kelas sembilan. Jellal terpaksa menuruti, kalau hawa keberadaannya cukup tipis untuk diketahui, lebih baik masuk langsung ke kelas
Mendadak teringat anime 'basket super' itu, yang warna rambutnya mirip pelangi. Jellal menyilangkan tangan malas di belakang kepala. Pelajaran pertama Bahasa Inggris, diajar Levy-sensei yang terkenal memiliki hati sebaik malaikat. Benar juga, bolos pasti terdengar menyenangkan, apalagi dia kurang menyukai suasana membosankan yang selalu tercipta, setiap kali si pendek mengajar. Sekalian beri pelajaran pada guru baru.
"Upacara selesai. Murid diperkenankan meninggalkan lapangan"
Siap-siap, deh, kena marah.
-ll-
SREKKKK!
"Permisi sensei" ucap Jellal menarik pintu geser. Kegiatan belajar mengajar terganggu sesaat, oleh kedatangan murid badung yang menarik perhatian seisi kelas
"Duduklah di tempatmu. Kita akan memulai pelajaran sekarang"
"H'ai….!"
Dua puluh menit kemudian….
"Maaf sensei. Bolehkah saya izin ke toilet?"
"Silahkan, Jellal-san"
Seringainya nampak setelah sukses besar keluar dari kelas. Satu monyet kena tipu, hahaha….tawa Jellal merasa puas. Atap sekolah menjadi tempat favoritnya guna menghabiskan waktu, sekadar menikmati hembusan angin sambil bersenandung, atau memandangi seluruh kota dengan mata telanjang. Dia merogoh kunci dalam kantong celana, pintu jati itu terbuka lebar membiarkan daun-daun gugur merembas masuk.
Di sini selalu sejuk, ya….
"Heh….tetap saja rasanya membosankan. Aku mau pulang dan main video game"
"Kau hanya butuh teman. Itu saja"
"Uhm! Onee-chan berisik"
Tiga jam kemudian….
Iris hitamnya membuka perlahan, mendapat sekeliling ruangan berubah menjadi putih. Jellal menyibak selimut yang menutup hangat tubuhnya, beranjak pergi dari atas ranjang menghiraukan seorang perempuan bertubuh mungil, yang menunggunya bangun sejak jam pelajaran pertama berakhir. Sampai suara kecil itu memanggil nama marga Jellal dengan imbuhan –san.
"Fernandes-san. Apa kau baik-baik saja?"
"Ya. Terima kasih sudah mengantarku" pamit Jellal hendak meninggalkan UKS. Dia paling membencinya, terutama terhadap bau obat yang tersebar di seluruh ruangan
"A-ano….banyak-banyaklah beristirahat. Wajah Fernandes-san pucat saat ditemukan Laxus-sensei, jadi, hukumanmu dicabut"
Dewi foruna sedang memihak padanya ternyata. Jellal sebatas mengangguk paham, dia tidak peduli mau diapakan juga, rasanya hidup sangat membosankan sampai ingin mati saja. Kini uwabaki bertali biru itu tengah melewati koridor sekolah. Jam menunjukkan pukul sebelas waktu Jellal melirik ke arah jam dinding. Pelajaran agama yang diajar Richard-sensei tengah berlangsung. Namun, bukan hanya nama sang guru terngiang-ngiang dalam benaknya, melainkan pula tugas cetak yang belum dia kerjakan.
Untuk apa balik ke kelas jika begini. Nanti disuruh keluar lagi.
"Hoi. Kalian sedang apa?" tanya Jellal setengah berteriak. Memergoki sekumpulan berandal yang menendang-nendangkan kaki mereka ke suatu objek hidup
"Sedikit mencari kesenangan, sekalian memberi dia pelajaran" ujarnya menunjuk perempuan malang itu
"Ucapanmu terdengar menarik. Boleh aku ikutan?"
"Silahkan saja"
BUAKKK!
"Apa maksudmu menendang wajahku?!"
Lagi-lagi menyeringai, puas melihat ekspresi korban yang kesakitan. Jellal menyuruhnya kabur sebelum si salam bertindak lebih jauh. Mereka memang sama-sama berandal, tetapi bukan berarti menjalin pertemanan atau menghajar makhluk lemah. Dia masih memiliki hati nuraninya sebagai manusia, itulah hal terpenting. Terjadi pertengkaran berbanding terbalik di sana, satu lawan tiga. Jelas kan mana yang menang dan kalah?
Sampai….
"Berhenti bertengkar, sekarang!" Jellal menoleh cepat ke arah sumber suara. Wanita dengan surai scarlet sepinggang yang diurai, pasti dia Erza Scarlet, ketua OSIS SMP Fairy Tail
"Jellal Fernandes, kau dihukum karena memicu pertengkaran. Begitu juga dengan kalian bertiga. Ikuti aku ke ruang guru"
Hibiki-sensei memarahi mereka berempat habis-habisan, ditambah hukuman dari Erza yang membuat hari Senin itu semakin berat. Bagi Jellal, ini kedua kalinya dia kena ceramah ala bapak dan ibu ustad, selanjutnya mau ditambah dengan anak ustad? Empat tumpuk buku tebal di kedua tangan memberi beban tersendiri. Kalau tidak kuat, mungkin sudah patah duluan di lima menit pertama.
Ah, mana boleh sebelum sempat menggandeng cewek.
"Apa yang lucu, Jellal Fernandes?!" entah apa yang merasukinya, daritadi dia mesam-mesem tanpa alasan jelas
"Bukan apa-apa, kok. Senang saja karena bisa bersama cewek cantik" goda Jellal diselingi tawa. Erza menjitak pucuk kepalanya pelan, memang dia murahan apa, bakal terlena oleh gombal murahan macam itu?
"Candaanmu basi sekali. Tidak ada yang bermutu?"
"Kalau mau ada banyak. Salah satunya….kamu tau, seberat apa delapan tumpuk buku?"
"Itu bukan candaan, baka, tetapi pertanyaan. Pasti sangat berat kan? Makanya jangan melanggar peraturan jika tidak ingin dihukum"
"Dibanding beratnya delapan tumpuk buku, berpuluh kali lipat lebih berat untuk mendapatkanmu"
BLUSH!
"BAKA, BAKA, BAKA. JELLAL BAKA!" bentak Erza menyembunyikan rona merah, yang menghiasi kulit pucatnya. Kali ini sukses besar, dia berani jamin seratus persen
Senin, 2 November X791
Aku dimarahi Evergreen-sensei karena terlambat masuk sekolah, lalu bolos pelajaran agama dan bermimpi buruk tentang Onee-chan. Natsu, Gray dan Loke menghajar Lucy Heartfilia, karena menumpahkan dua gelas jus anggur ke sepatu mereka. Aku terlibat pertengkaran Erza yang melihat langsung membawa kami ke Hibiki-sensei untuk dihukum.
Awalnya aku berpikir, mereka bertiga curang karena hanya disuruh lari keliling lapangan, sedangkan aku membawa delapan tumpuk buku yang tebalnya sekitar tiga ratus halaman.
Kata siapa aku menyesal, justru hukuman itu yang mempertemukan kami berdua. Erza Scarlet berhasil menarik perhatianku secara tidak sengaja.
Goal : merebut hatinya dalam waktu satu minggu!
Bersambung….
