Title : ILLUMINATIVE

By : dyn_amity

Park Jimin & Min Yoongi

[MinGa/MinYoonMin]

And Other

Rated : T

Genre(s) : ?

Caution :

WARN! BL! BROMANCE! YAOI! BXB! TYPO!

DON'T BE A PLAGIAT || RnR Pleaseeu ...

DON'T JUDGE AUTHOR. OK!

.

.

';Cause You're The One, Who Illuminating me from the darkness;'

.

100 % Mine

.

_dyn_

Jimin memang tidak menyukai sesuatu yang monoton, dia cenderung akan besikap acuh kepada sesuatu yang dinilainya biasa saja. Mengabaikan sisi lain dari dirinya yang tak suka akan hal yang sangat membosankan itu. Malahan dia kini tengah terpikat pesona seorang Min Yoongi, si ketua kesiswaan di sekolahnya. Tabiat si Min bisa tertebak dengan mudah hanya dengan melihat raut mimik datarnya yang minim ekspresi. Bercicit seperlunya, sinis matanya nun abadi ada di setiap saat. Kaku dan pasif pada saat tertentu. Pada intinya sosok Min Yoongi itu monoton dan terlampau membosankan pada sudut pandang Jimin dan orang lain jika kalian ingin tahu.

"Mungkin saat pembagian jatah ekspresi oleh Tuhan, Yoongi tidak kebagian jadi dia cuma dapat ekspresi datar dan sinis saja" omong – omong itu kata Taehyung teman Jimin saat dia menanyakan bagaimana pendapatnya tentang si ketua kesiswaan. Pada saat itu Jimin hanya tertawa mendengar celotehan dari teman karibnya itu.

Perlu ditekankan sekali lagi, Jimin tidak menyukai sesuatu yang monoton. Tapi mungkin kali ini dia perlu toleransi untuk si kaku dan monoton seperti Min Yoongi misalnya.

_dyn_

" Siapa namamu?"

Yoongi menghampiri tempat Jimin berdiri sembari tangannya membawa catatan absen nama siswa yang terlambat masuk sekolah. Tatapan matanya masih terpaku terhadap catatan absen di tangannya dengan memegang bolpoint warna merah ditangan kirinya.

Jimin mengedarkan pandangannya kearah si Min setelah membersihkan pakaian seusai dia menyelesaikan hukuman push-up 30 kali. Yang jadi objek pandangan Jimin masih fokus dengan catatannya, dengan sesekali bibirnya menggumamkan nama-nama murid yang tadi terlambat dan mencatatnya segera agar ia tak lupa.

15 detik terlewat, Yoongi masih belum mendengar jawaban dari siswa dihadapannya. "Kutanya lagi, namamu siapa? Aku tak ingin melewatkan 15 detikku yang berharga hanya untuk menanyai seseorang yang bahkan tak punya nama. Jangan bertingkah seolah kau seorang Malaikat maut yang tak punya nama sama sekali. Jadi sebutkan nama dan kelasmu jika tak ingin kau dapat hukuman dua kali lipat dari ini."

Si Min bersuara panjang lebar sekali nafas menyuarakannya dengan nada ketus disepanjang ucapannya. Masih terpaku dengan catatan dan hafalan nama-nama siswa yang terlambat untuk disetorkan kepada komite kedisiplinan sekolah. Si Park terperangah tak percaya, bahwa ada seorang yang punya wajah cantik nan imut tapi punya mulut dan ekspresi yang sangat tak terduga. Paras Yoongi memang cantik Jimin akui . Kulitnya yang seputih susu, dwi maniknya yang teduh sekaligus tajam dalam satu waktu, hidungnya yang manis, dan tak lupa bibir merah cherry yang sangat kissable. Hanya saja itu hanya penampilan fisik si Min yang begitu indah yang dapat Jimin simpulkan tapi sangat berbenturan dengan sifat dan kepribadiannya yang terkesan apatis, acuh, jutek dan juga raut judes Yoongi. Jimin menghentikan lamunannya sesaat obsidian kembarnya menangkap delikan tajam Yoongi mengarah kepadanya.

"Astaga ..." si Min mendesah sedikit jengah dengan tingkah adik kelas yang satu ini. " Jadi kau tak punya nama, eoh?" Bolpointnya ia tunjukkan kearah dada Jimin didepannya. Setelahnya dia membalik halaman kertas catatan tersebut, mengoreskan tulisan tangannya yang indah.

'Nama : Tak Punya Nama

Kelas : Tak ada kelas'

Langkah kaki pendeknya akan tergerak setelah menorehkan goresannya. Namun satu langkah pun belum siswa Min itu tapaki, tangan Jimin reflek saja menahan pergerakan Yoongi dihadapannya. Menimbulkan tanda tanya besar dibenak ketua kesiswaan itu, si Park kini sedang tertawa kecil menghadapi orang sekaku dan sedatar ini yang tak bisa diajak bercanda barang sedetik saja. Seharusnya Jimin bersyukur namanya tidak tercatat di catatan keramat itu. Sebenarnya ini pertama kalinya Jimin terlambat datang ke sekolah. Entah kenapa Jimin serasa adrenalinnya teruji saat dia berhadapan dengan sosok Min ini.

" Sunbae?" panggil Jimin setelah melepas pegangan tangannya terhadap Yoongi. Si Min menatap sengit si Park lalu menjawab " Apa?" mendengar jawaban yang terdengar tak bersahabat membuat Jimin mendengus pelan.

" Lihat, name tag ku terpasang dengan benar. Kenapa tidak kau cari tahu saja hanya dengan melihatnya. Barang melihatnya sekilas takan membuat mu rugi, benarkan?. Lalu setelahnya kau bisa bertanya kelasku berapa dan urusan kita selesai." Jimin berujar santai dengan tangan kanan ia tempelkan kearah name tagnya. Si ketua kesiswaan memutarkan bola matanya malas " Aku sedang sibuk." Jimin mendecih mendengar uraian si Min." Seharusnya kalau ada orang yang bertanya, kau jawab. Kau punya mulutkan? Apa gunanya punya mulut tapi tak digunakan dengan baik."

Jimin tergelak kecil lalu berujar. " Sunbae, kau sendiri? Kau kan punya mata, kenapa tidak kau gunakan dengan baik matamu itu hah?" si Park menurunkan arahan matanya menelisik wajah tertunduk si Min yang masih fokus dengan catatannya lalu senyum jahil terpampang diwajahnya. Yoongi menggertakkan giginya kesal, dia menutup buku catatannya dengan keras dengan kedua obsidian yang menyalak bengis terhadap si Park.

" Omong kosong apa ini? aku kesini bukan untuk berdebat soal aku punya mata atau kau yang tidak punya nama sekaligus mulut. Tapi yang jelas, cepat katakan siapa namamu dan dikelas berapa kau tinggal. Aku tak ingin membuang waktuku yang berharga, hanya untuk mengurusi orang yang tak punya nama." Panjang lebar Yoongi bercuit dengan tatapan tajam diarahkan kepada si Park. Jimin kini hanya dapat menahan tawa, gemas bisa bercengkrama dengan sosok Min dihadapannya yang begitu jutek dan judes.

Si Park akhirnya hanya dapat tertawa melihat bagaimana Yoongi bereaksi terhadapnya. Mengabaikan kalau seharusnya dia menjauhi orang yang dianggapnya monoton dan kaku termasuk ketua kesiswaan didalamnya. Tapi rasionalitasnya tak bersiteguh dengan Jimin, dia tetap ingin bersinggungan dengan Yoongi meski hanya satu atau dua kata tervokal dari mulutnya.

" Kalau kau sudah tahu namaku, apa kau akan mengingatku Sunbae?" pertanyaan Jimin membuat kening Yoongi mengerut tiga lapis. Apa maksudnya, Min Yoongi bungkam tak menjawabnya. Si Park sekarang ini tak butuh jawaban, ia merasa cukup hanya dengan bercengkrama dengan si manis datar Yoongi ini.

" 11-1 , Jimin ... Park Jimin." Langkah Jimin dimulai setelahnya meninggalkan Yoongi dengan keadaan sudut bibir kanannya terangkat sedikit dan mulut sedikit terbuka menatap punggung Jimin yang membelakanginya.

_dyn_

Mungkin sejak dari lahir YoonGi punya watak yang berbanding terbalik dengan parasnya yang bak seorang bidadari. Orang – orang yang belum berkenalan dekat dengan ketua kesiswaan itu pasti akan menyangka bahwa sosok Min YoonGi ini begitu lembut dan baik hati seperti bentuk luarnya. Tapi untuk orang seperti Kim SeokJin, Kim NamJoon dan juga Jung Hoseok yang kenal betul sejak mereka pertama bertemu di sekolah menengah pertama, bukan hal yang mengejutkan. Awalnya sejak mereka pertama bertemu dengan Yoongi mereka berpikiran seperti orang lain itu, tapi lama – lama kelamaan mereka akhirnya terbiasa menerima keadaan sahabatnya yang satu ini.

Mereka berempat kini tengah berada di kantin sekolah. Menikmati waktu istirahat mereka, memakan hidangan yang tersedia, ada yang memakannya dengan lahap dan juga ada yang setengah hati memakannya. Bukan karena, menunya tidak sesuai, bukan juga karena tidak nafsu makan. Melainkan si Min kini terus saja menekukkan wajah dengan aura kesalnya sembari melahap malas hidangannya. Masih saja memikirkan bagaimana tadi dia bertemu dengan adik kelas tengil bernama Park Jimin.

" Yoongi~ya" Hoseok yang tengah meminum jus mengalihkan perhatiannya kepada Yoongi. Memasang wajah penuh tanda tanya, biasanya si Min kalau sudah berkumpul dengan teman-temannya akan banyak omong membicarakan perihal siapa saja murid yang tadi pagi telat untuk dilaporkan kepada komite kedisiplinan sekolah.

Yoongi masih diam tak merespon ujaran dari Hoseok, masih sibuk dengan kekesalannya terhadap si Jimin. Memegang erat sendok garpu yang ada digenggamannya, dengan gigi bergemerutuk kesal. Tak habis pikir selama hidupnya berlangsung dirinya baru kali ini menerima perlakuan yang biasanya dia lakukan kepada orang lain.

"Aissh,, kenapa aku jadi memikirkan si Park sialan itu?" gumam Yoongi dalam hati sambil menggelengkan kepalanya pelan. Menjadi tanda tanya untuk ketiga orang yang kini tengah menatap si Min bingung. Jin yang pertama menanyakan sahabat galaknya tersebut." YoonGi~ya, you ok?" sambil mengguncang pelan tangan Min Yoongi. Si Min tersadar dari keterlamunannya dan meresponnya sambil tersenyum tipis lalu berujar "Yeah, I'm ok."

_dyn_

Jimin tak suka hari senin.

Dia berpikir dua kali setiap akan memulai aktivitasnya di hari tersebut. Terlebih lagi dia punya trauma terhadap hari senin di masa lalunya. Banyak orang yang tak menyukai hari senin, termasuk Jimin diantaranya. Karena sebuah alasan tertentu dia jadi membenci hari senin.

Apalagi saat ini di hari senin pagi. Dia – Jimin- kini tengah mempercepat laju larinya menghampiri halte bus terdekat agar tidak terlambat masuk sekolah. Tapi sayang bus yang tadi dia lihat saat diperjalanan sudah penuh dan beranjak meninggalkannya.

Jimin mengumpat semakin membenci hari senin setelah dia mengatur kembali nafasnya teratur. Mendecih sebal sambil merutuki kekesalannya terhadap hari senin. Park Jimin terduduk lemas dia kursi halte, tak ada gunanya juga dia terus-terusan mengumpat karena dia tahu bahwa saat ini sekolah sudah masuk dan bus akan datang 15 menit lagi. Oh sungguh beruntungnya dia hari ini, kalau dia kembali kerumah pasti dia akan di ceramahi oleh Ibunya. dan nanti kalau dia jadi ke sekolah pasti dia akan kena hukuman oleh petugas Osis yang sangat menyebalkan.

Sejenak Jimin berpikir "Petugas Osis ya?berarti si ketua kesiswaan itu termasuk didalamnya.". Jimin menganggukkan kepalanya disertai senyum kecil dibibirnya. Dia mengedarkan pandanganya kekanan dan kekiri berharap ada bus yang datang. Pandangan Jimin terhenti pada sosok yang sekarang tengah berjalan kearah halte yang didiami Jimin. Netranya kini menyipit menyakinkan bahwa sosok pemuda yang si Park yakini satu sekolah dengannya dilihat dari jas kuning yang sama dipakai olehnya. Setidaknya dia tidak sendirian terlambat dan dihukum pikir Jimin.

Namun saat sosok itu semakin mendekat kearahnya, rahang Jimin seakan jatuh kebawah. Mendapati bahwa sosok itu Min Yoongi si ketua kesiswaan di sekolahnya. "Daebak! Si ketua Osis itu, bisa terlambat juga rupanya?" batin Jimin menggumam.

Min Yoongi mendudukan diri sedikit jauh dari posisi duduk si Park. Duduk dengan tenang dengan tatapan lurus kedepan seakan hanya ada dirinya seorang di sana, tak menghiraukan Jimin yang ada persis disampingnya tanpa berniat untuk menyapanya sama sekali.

Park Jimin masih terpaku dengan mulut yang sedikit terbuka. Menatap Yoongi tak percaya, dia pikir semua ketua osis yang ada didunia pasti tidak mempunyai riwayat terlambat selama bersekolah. "Atau mungkin ini pertama kalinya dia terlambat?" Jimin mencoba berpikiran positif terhadap Min Yoongi.

Risih dipandangi terus menerus oleh orang disebelahnya, Yoongi mendelikan matanya mengarah pada si Park. "Sudah puas memandangi wajahku?" ujaran datar dari Yoongi tak ayal membuat si Park mengalihkan pandangan matanya kearah lain. Jimin berpura – pura melihat kearah lain hendak mengelak tak kala ia membalas tatapan si Min.

" Hah, apa yang kau katakan Sunbae? Aku ... memandangi wajahmu?" Ucapan Jimin terjeda sebentar dengan dengusan tawa kecil mengiringinya " yang benar saja ..." lalu dia berujar terlampau menyebalkan untuk di dengar oleh Min Yoongi." Sunbae, kau ini terlalu percaya diri sekali ya. Aku tidak memandangimu, hanya saja aku bingung, kenapa seorang ketua kesiswaan bisa terlambat pergi kesekolah hah? Biasanya di waktu seperti ini,semua anggota keseiswaan termasuk dirimu mulai menjadi anjing penjaga untuk komite kedisiplinan sekolah bukan?. Tapi yang kulihat sekarang, ternyata ada salah satu peliharaan sekolah yang paling berkuasa ini tengah duduk tenang sedang menunggu bus datang menjemputnya untuk kesekolah?"

Teramat mengesankan bagi seorang Min untuk mengutuk seseorang yang kini tengah memperolok dirinya begitu terang – terangan seperti ini. Menahan geraman dan amukannya yang bisa saja dia berikan pada Park Jimin saat ini, tapi dia mencoba bersabar untuk meladeni siswa Park di sebelahnya. Meski dalam hatinya ingin sekali dia menenggelamkan Jimin ke danau yang berada dibelakang halte sekarang juga.

" Kau pikir aku tidak punya mata apa? Sudah jelas kau tadi memandangi wajahku, masih saja mau mengelak." Si Min berujar dengan nada ketus dan datar andalannya. Jimin masih setia menunggu balasan dari si Min yang bisa saja lebih tajam dari belati. Mengingat dia jarang bicara, tapi sekalinya dia bicara pasti lawan bicaranya akan sangat tertusuk mendengarnya.

" Tak perlu bingung Park, kau lupa kalau aku juga seorang manusia. Apa salah jika aku terlambat satu hari ini saja? Apa tidak boleh ?..." jeda Yoongi sesaat tatapan menyalak sengit kearah Jimin. Yang mendapat tatapan hanya memutar bola matanya malas sebagai responnya.

" Dan harus ku ingatkan jaga mulut sialanmu itu Park jangan seenaknya berkata seolah kau tahu segalanya, jika aku dan semua anggotaku adalah anjing peliharaan sekolah, maka kau dan semua siswa lainnya tidak lebih dari sekedar harus di giring oleh sekelompok anjing ketempat yang seharusnya untuk di daur ulang atau perlu di ubah total agar menjadi sampah yang bermanfaat dan berguna untuk masyarakat nantinya."

Jimin tertohok sekaligus kagum mendengar balasan sarkas si ketua kesiswaan, kalimat Yoongi seperti racun yang melumpuhkan reparasi otaknya bekerja. Min Yoongi dengan segala perilaku dan ucapan yang menempel pada dirinya adalah daya tariknya. Terlebih untuk seorang Park Jimin yang ingin menaruh hatinya lebih dalam dilubuk hati si ketua kesiswaan.

Tapi sepertinya ini akan membutuhkan waktu yang amat menyita bagi Jimin, jika saja dia tidak ingat perkataan Taehyung bahwa sosok Min ini sangat sensitif akan masalah percintaan dan sebagainya yang menyangkut perasaan atau apalah itu namanya.

Pemuda Park itu menoleh kesebelahnya setelah sadar dari menyelami pikirannya sendiri. Sebelahnya kosong melompong tak menyisakan lagi tubuh dan paras Min Yoongi dengan segala mulut tajamnya itu. Dia refleks saja mendongakkan kepala kedepan, menyaksikan sosok itu sudah masuk kedalam bus dan duduk disalah satu bangkunya. Jimin segera beranjak dari duduknya dan memasuki bus. Kaki pendek si Park menapaki lantai bus mencari tempat duduk yang masih kosong, sebenarnya masih banyak bangku yang kosong tapi entah mengapa Jimin pun tidak tahu ia sekarang malah mendaratkan pantatnya disebelah Yoongi duduk.

Kening si Park mengkerut tiga lapis mendapat orang disebelahnya tengah tertawa remeh menghadapnya. " Tak kusangka, kau mau juga duduk bersebelahan dengan anjing sepertiku." Lalu Yoongi mengarahkan lagi tatapannya kedepan. Decihan kecil mengalun keluar dari mulut Jimin "Dan tak kusangka juga kau tahan bersebelah dengan sampah sepertiku, Sunbae" sontak mengundang delikan mematikan sesaat dari pemilik marga Min itu dan langsung mengalihkan lagi pandangannya keluar jendela bus.

Pemuda bermarga Park itu mengulum senyumnya, sebagian dari hatinya senang dapat bercengkrama lagi dengan si Min setelah beberapa waktu lalu.

Well, Jimin pikir hari senin tidak seburuk itu. Dia bersyukur pada hari yang dibencinya ini karena telah dipertemukan dengan Min Yoongi dan itu membuatnya senang walaupun hanya sedikit.

_dyn_

Jimin yang berada didepan mendahului sudah sampai didepan gerbang sekolahnya. Sedangkan Yoongi masih berada dibelakangnya beberapa meter darinya. Baru saja dia melangkahkan kakinya ditanah sekolah dia diinterupsi oleh suara Jeon Jungkook – anggota kesiswaan sekaligus merangkap sebagai adik kelas terdekatnya.

" Hyung, kau terlambat." Jimin memutar bola mata malas kepada si Jeon dihadapannya. "Sudah tahu masih bertanya lagi." Ujar Jimin sedikit jengkel dengan adik kelasnya tersebut. Si Jeon tak menanggapi lagi dia sedang sibuk mencatat nama Jimin beserta kelas si Park di buku keramat tersebut. " Ya sudah, Hyung kau boleh ku ijinkan masuk, tapi sebelum itu harus 'pemanasan' dulu 20 kali mengelilingi lapangan basket. Silahkan dimulai dari sekarang Hyung." Jungkook berujar santai kepada kakak kelasnya, Jimin hanya mengangguk singkat sebagai jawabannya.

" Tunggu sebentar Kook. Masih ada seorang lagi yang terlambat, aku ingin menyelesaikan hukuman bersama dengannya juga." Kata Jimin kepada Jungkook sembari arahan matanya menuju gerbang sekolah menuunggu seseorang memasukinya. " Siapa lagi memangnya?" tanya si Jeon mengikuti arah mata Jimin. Park Jimin masih diam belum menjawab pertanyaan si Jeon sebab arahan matanya masih menetapkan pada sosok yang tengah memasuki area sekolah. Ia tersenyum simpul melihat kedatangan si ketua kesiswaan yang terlambat itu, sementara orang yang berada disebelahnya melongo tak percaya melihatnya "Yoongi Sunbae?" ujar Jungkook pelan.

.

.

Untuk beberapa saat nafas Jimin terengah, berhenti sebentar setelah 17 kali dia berkeliling lapangan basket. Namun orang yang seperjuangan dengannya tak berhenti, meskipun sekali-kali dia akan berhenti disaat dia mulai beranjak berlari.

Langkah Jimin mulai memacu untuk mendekati si Min yang tengah berlari kecil didepannya. "Sunbae, sudah berapa putaran hah?" begitu Jimin bertanya kepada Yoongi. Yang mendapat pertanyaan menoleh kearahnya dengan wajah pucatnya diam tak menjawab.

Tunggu ...

Apa Jimin tidak salah lihat. Wajah putih Yoongi terlihat lebih pucat saat ini, otak Jimin mengulang kejadian saat di bus tadi. Selama perjalanan si Park selalu melirik kearah Min Yoongi berada dan selama itu pula dia melihat Yoongi tertidur didalam bus sampai . Jimin kira dia hanya mengantuk, jadi si Park hanya diam melihat wajah mengantuk Min Yoongi.

" Sunbae, kau sakit eoh?" tanya Jimin lagi dengan tangan yang memegang tangan si Min memberhentikan langkahnya. "Bahkan tangannya juga terasa hangat." Batin Jimin menggumam, "Benar, dia sakit." Lanjutnya dalam hati sambil menatap wajah Yoongi.

" Wajahmu pucat, Sunbae" ujarnya sambil memegang erat lengan Yoongi. "Jangan sok tahu Park, wajah ku memang sudah pucat dari lahir." Ucap si Min terdengar malas lalu melepas paksa tautan tangan Jimin darinya. Langkah Yoongi ia mulai lagi dengan berlari kecil menjauhi Park Jimin dibelakangnya. Jimin tak tinggal diam, dia segera menyusul Yoongi didepannya dengan aura khawatir terlihat diwajahnya.

Namun belum sempat keduanya menyelesaikan putaran terakhir, salah satu dari mereka – Yoongi tergeletak pingsan dihadapan Jimin. Sontak membuat pemuda Park itu langsung menghampirinya dan memangku kepala Yoongi dipangkuannya. Jimin menepuk pelan kedua pipi mulus Yoongi dengan sembari berusaha menyadarkannya. "Hei, Sunbae sadarlah.".

Jungkook yang sedang memperhatikan mereka berdua langsung tergesa menghampiri Jimin dan Yonggi di sana. Saat Jungkook sudah datang Jimin segera membopong Yoongi dan berujar lugas kepada Jungkook " Kook, cepat kau panggil dokter sekolah, sementara aku membawa Yoongi keruang kesehatan." dan si Jeon langsung melesat pergi dengan Jimin yang segera berjalan sambil menggedong Yoongi menuju ruang kesehatan yang berada dekat lapangan.

.

.

07'02'2017

.

.

To Be Continued ...

AN time:

Actually nih ff ngga kepikiran buat di publish sekarang, tapi ya sudahlah mumpung gue lg ultah nih ,, itung2 buat ngerayain ultah gue jadilah ff ini. sebenernya ydah lama sih ini ff nge-bangke dan masih dalam masa pengetikan coba,, tapi gpp kalo ada yang suka nanti gue lanjutin lagi / B: elah ff yang meanie aja lu telantarin, gimana yg ini coba? A: bacot kau nak! Sudah sono ayah nungguin elu buat ngajak mulung!

Udahlah daripada gue ribut ama si B mendingan gue baca reviewan dari readernim terKO /wink/

...

RnR pleaseuu untuk keberlangsung ff dan juga gue /wink once again/