Setidaknya, biarkan Seokjin menyatakan perasaannya pada Namjoon lewat lagu yang akan dia nyanyikan ini.
.
.
.
.
.
"A Song Cover"
by chaeji
.
.
.
Berdasarkan hasil interview JIN di buku official Wings Concept
.
.
.
"Kim Seokjin-ssi?"
Sebuah suara berat memaksa Seokjin untuk kembali ke dunia nyata setelah sepersekian menit tenggelam dalam sebuah lamunan yang entah apa hingga membuat airmatanya meleleh sampai menetes ke lantai.
"Ya, Namjoon-ssi?"
Seokjin bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk menatap pria yang kini tengah memandanginya dengan intens. Pria tinggi nan manis itu menarik kursi dan mendudukinya hingga kini ia tepat berada dihadapan Seokjin.
Seokjin menelan ludahnya kasar. Berada sedekat ini dengan Kim Namjoon adalah hal yang paling dia inginkan selama menjalani masa trainee bertahun-tahun dan baru kali ini terwujud. Duduk berdua di dalam studio milik Kim Namjoon, hanya berdua.
"Aku tidak yakin tapi kurasa suaramu benar-benar tidak cocok dengan laguku"
Seokjin tersenyum, getir. Bukanlah hal baru bagi Seokjin jika Namjoon berbicara seperti itu. Namjoon adalah seorang musisi yang genre musiknya hiphop; sedangkan jenis suara Seokjin adalah ballad. Seokjin tau betul tapi dia tetap berusaha. Ya, berusaha untuk terakhir kalinya.
"Tak apa, Namjoon-ssi. Mungkin aku memang tidak pantas berada disini"
Tenggorokan Seokjin sakit ketika mengatakan kalimat itu. Tapi tidak sesakit hatinya. Berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan Namjoon dan memberikan senyuman lebar seperti biasanya; Seokjin meremas ujung kaosnya hingga kukunya memutih.
Namjoon terdiam. Bukan salah Seokjin; entah salah siapa tapi memang Namjoon sudah menyadarinya sejak lama. Agensinya memang fokus pada genre musik hiphop, namun tidak ada salahnya menjual genre lain seperti ballad, 'kan? Harusnya begitu. Namjoon tidak pernah bilang kalau Seokjin penyanyi yang buruk. Hey tidak, Seokjin penyanyi yang sangat baik dan dia memang layak mendapatkan sesuatu atas suara indahnya yang lembut saat menyapa telinga. Namjoon berusaha membuat lagu yang dapat mencurahkan isi perasaan manusia dan berpikir bahwa Seokjin cocok menyanyikannya. Namun sejak proses latihan hingga proses rekaman, Namjoon merasa sedikit tidak yakin tapi dia merasa suara Seokjin tetap tidak cocok dengan lagunya.
Namjoon menarik kursi Seokjin hingga mengikis jarak diantara keduanya. Kedua lengan Namjoon berada di sisi tubuh Seokjin; membuat sang empunya tubuh menegang sambil membulatkan kedua mata besarnya.
Namjoon tersenyum hingga lesung pipitnya keluar. Secara otomatis, Seokjin jadi ikut tersenyum.
"Semua orang tau bahwa Kim Seokjin adalah penyanyi yang baik. Kau dapat menggetarkan hati oranglain dengan suaramu. Kurasa memang laguku tidak cocok, tapi kau bisa menyanyikan lagu lainㅡ"
"3 tahun"
Namjoon menghentikan kalimatnya.
Seokjin menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya.
"3 tahun aku menunggu untuk debut secara resmi setelah menjalani trainee selama 5 tahun sejak usiaku masih sangat belia. Teman-teman angkatanku sudah debut semua, menjadi kelompok grup hiphop yang mampu memberikan banyak keuntungan bagi agensi. Sedangkan aku? Aku disuruh ikut program khusus idol; aku mengikutinya namun gagal. Lalu mereka (agensi) menyuruhku untuk menunggu hingga kini usiaku sudah tidak mumpuni untuk debut sebagai seorang idolㅡ aku mau berhenti saja"
Namjoon terkesiap. Bukan karena Seokjin ingin menyerah, hanya saja ini pertamakali baginya mendengarkan keluh kesah seorang trainee 8 tahun yang usianya bahkan lebih tua darinya.
Seokjin memundurkan kursinya sedikit.
"Lagipula kontrak traineeku akan segera berakhir" lanjutnya.
Namjoon ingin menjawab namun sedikit kehilangan kata-katanya. Dia jadi berpikir bagaimana jika dirinya berada di posisi Seokjin? Setidaknya dia beruntung bisa menjadi produser tetap di usianya yang masih muda.
"Seokjin-ssi dengarkan aku. Aku tau kau melewati begitu banyak hal yang berat selama menjadi trainee di perusahaan kami. Tapi, bukan berarti kau harus menyerah hanya karena suaramu dinilai tidak cocok dengan sebuah lagu. Masih banyak lagu yang bisa kau nyanyikanㅡ"
Perkataan Namjoon terhenti ketika melihat Seokjin tertawa keras namun airmatanya meleleh sangat deras; mengiringi tawanya.
"Mereka menolakku dengan alasan yang sama selama 3 tahun belakangan. Suaraku tidak cocok, sehingga aku tidak mendapat kesempatan seperti yang lain"
"Aku tau kau tidak digaji untuk meladeni keluh kesah trainee sepertiku; tapi biarkan aku mengatakan iniㅡ aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa. Biarkan semuanya berjalan sesuai aturan" Seokjin tersenyum tulus. Namjoon meraih tangan Seokjin dan menggenggamnya. Memberi sedikit dukungan karena Namjoon tau Seokjin tidak benar-benar baik-baik-saja.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, setelah kontrak traineemu berakhir?" Namjoon masih menjaga genggamannya.
"Aku akan fokus kuliah, Namjoon-ssi"
"Kau menyerah pada musik?"
Seokjin menghela napasnya. Dia melepas genggaman Namjoon dan tersenyum, tulus.
"Tidak. Aku tetap akan menyanyi. Tapi tidak lagiㅡ aku akan pulang ke keluargaku"
.
.
.
Namjoon menatap kertas-kertas putih yang berserakan memenuhi meja kerjanya. Moodnya berantakan setelah mendengarkan cerita Seokjin. Entah apa yang membuatnya jadi begitu peduli dengan trainee seperti Seokjin. Padahal, dia dan Seokjin tidak dekat.
Namjoon memang produser di BigHit Entertainment, agensi yang kini sedang diperhitungkan karena berhasil membentuk idol group hiphop berbakat walau masih dikategorikan sebagai agensi baru. Dia hanya berurusan dengan artis yang memang sudah debut. Namjoon tidak berurusan dengan trainee. Jadi, Namjoon sebenarnya tidak mengenal Seokjin; hanya sekedar tau nama.
Bagaimana tidak? Agensi mengirim Seokjin untuk ikut program survival khusus trainee yang ingin menjadi idol. Program yang tayang di tv kabel itu memang sedang digandrungi karena pemirsa bisa melihat bagaimana para trainee itu berusaha untuk debut sebagai idol.
Program itu jauh sekali dari gaya khas agensinya yang mengusung genre hiphop dengan style sendiri. Agensinya bahkan baru sekali membentuk grup idol dan bahkan Bang PD-nim, selaku CEO mereka secara terang-terangan bilang bahwa dia tidak berpikir untuk membentuk grup idol lagi saat rapat produser.
Lalu kenapa mereka mempertahankan Seokjin?
Seokjin sudah tidak muda untuk ukuran trainee. Seokjin sudah gagal debut bersama teman-teman seangkatannya. Lalu ketika mereka mengirimkan Seokjin untuk ikut program itu, Seokjin juga gagal karena tereliminasi di babak awal.
Namjoon bingung.
Seokjin berbakat. Dia sudah mendengar suara Seokjin dan Namjoon bahkan merasa merinding.
Tapi tidak dengan agensi.
Beberapa produser senior disana seperti Slow Rabbit dan Pdogg sunbae-nim mengatakan pada Namjoon bahwa Seokjin tidak cocok dengan grup idol bentukan mereka dan bingung; mau diapakan Seokjin itu.
Jadi mereka mengirimnya untuk ikut program itu dan ketika dia gagal, mereka bilang "Tunggu, mungkin belum waktunya kau debut"
Namjoon mengusap kasar wajahnya. Pikirannya berkecamuk. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia tidak suka. Entah pada apa.
Namjoon seketika meraih ponselnya dan menekan tombol 4 yang menyambungkannya pada seseorang yang selama ini ia anggap sebagai ayah kedua; Bang Sihyuk PDnim.
Namjoon menunggu sambungan telepon cukup lama hingga akhirnya ia mendengar jawaban dari seberang sana.
["Ada apa, Namjoon?"]
"Bisa kita bertemu sekarang, PDnim? Ada sesuatu yang ingun kudiskusikan denganmu"
["Nanti malam saja. Kau bisa datang ke rumahku"]
Dan Namjoon mengiyakan tawaran Bang Sihyuk.
.
.
.
Seokjin merebahkan dirinya di kasur. Hari ini cukup melelahkan baginya. Dia lelah; bukan fisik, tapi psikisnya. Dia ditolak lagi dengan alasan yang memuakkan.
Jadi, keputusannya tadi pagi memang harus direalisasikan.
Jika kali ini aku ditolak lagi, maka aku akan berhenti
dan Seokjin pastikan, ini terakhir kalinya.
Seokjin meraih ponselnya dan memandangi lockscreen yang menampilkan foto dirinya dengan BBS, grup yang berisikan teman-temannya yang sudah debut. Ada Jin Hyosang, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook; mereka adalah teman-teman seperjuangan Seokjin. Setidaknya begitu selama 5 tahun.
Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal mengagetkan Seokjin.
[Besok setelah jam makan siang, temui aku di studiokuㅡNamjoon]
dan seulas senyuman terukir di bibir Seokjin.
.
.
"A Cover Song"
by chaeji
.
.
Namjoon masih sibuk dengan komputernya sehingga dia tidak menyadari keberadaan Seokjin yang sudah beberapa menit berdiri di dekat pintu. Namjoon menggunakan headphonenya dan terlihat sedang gelisah sehingga Seokjin mengurungkan niatnya untuk muncul dihadapan pria yang selalu berhasil membuatnya gugup dan senang setengah mati.
Tiba-tiba Seokjin terkejut ketika Namjoon menyenggol mug hingga jatuh ke lantai yang memang dilapisi karpet sehingga dengan sigap, Seokjin mengambil mug itu.
"Astaga!" Namjoon terkejut hingga kursinya menabrak dinding ketika Seokjin berada tepat disampingnya.
Yang mengagetkan hanya tersenyum hingga memperlihatkan gigi-giginya.
Sejenak, Namjoon terpaku. Hei, manis juga berbisik dalam hatinya.
"Maafㅡ kau terlalu serius sih. Aku jadi tidak tega mengganggu hihi"
dan Namjoon bersumpah bahwa pria dihadapannya ini harus tersenyum seperti ini; bukan tersenyum seperti kemarin. Senyuman alami, bukan dipaksakan.
"Namjoon-ssi?" Seokjin melayangkan tangannya dihadapan Namjoon hingga pria itu kembali sadar akan apa yang barusaja terlintas dipikirannya.
Namjoon gugup setengah mati ketika jaraknya dengan Seokjin sangat dekat dan tatapan mereka bertemu. Dia merasa canggung.
"Um, silahkan duduk" Namjoon menarik kursi kosong yang ada dibelakangnya dan mempersilahkan Seokjin untuk duduk. Mata Namjoon mengikuti gerak gerik Seokjin dengan intens hingga dia sadar bahwa wajah Seokjin merona sampai ke telinga. Ronanya sangat jelas hingga Namjoon terkikik.
"Ada apa? Apa ada yang lucu?" Seokjin panik. Dia sedang berusaha mengendalikan dirinya man, tapi pria ini malah terkikik sambil memandanginya.
Namjoon menggeleng sambil berusaha menahan agar tawanya tidak semakin keras hingga membuat Seokjin tak nyaman.
"Kau sangat cantik"
"Apa?"
Namjoon tersadar. Tidak, salah. Bukan itu maksudnya!
Namjoon kembali pada mode normal dan berusaha menahan sesuatu yang membuncah dalam hatinya.
"Tidak apa"
dan Seokjin merasa sedikit sesak(?)
Dia berharap sesuatu yang entah apa, keluar dari mulut Namjoon. Namun detik kemudian dia kembali tersenyum.
Kau tidak boleh berharap apapunㅡ
itu yang timbul dalam benaknya.
Namjoon menghadapkan dirinya dengan Seokjin. Dia meyakinkan dirinya sendiri. Sedangkan Seokjin, dia hanya menyembunyikan kegugupannya.
"Seokjin-ssi, semalam aku sudah berdiskusi dengan Bang PDnim. Aku ingin kau tetap bernyanyi. Namun kali ini bukan kau yang menyesuaikan suaramu dengan lagu, tapi mari kita sesuaikan lagu yang cocok dengan suaramu"
Seokjin menyerit.
"Maksudnya?"
"Ayo pilih lagu yang mau kau nyanyikan"
Seokjin terkejut. Ini kali pertama dia memilih lagu. Biasanya, dia hanya menyanyi jika disuruh. Pilihan lagu adalah urusan produser. Seokjin tidak pernah punya kesempatan untuk memilih. Sudah dibilang Seokjin tidak punya kesempatan seperti yang lain.
Seokjin tersenyum canggung. "Apa ini benar? Maksudku, aku belum pernah disuruh memilih lagu yang mau kunyanyikan sendiri"
Namjoon tersenyum penuh arti.
"Aku tau. Sekarang aku mau kau yang pilih"
"Lalu, lagunya kunyanyikan untuk apa?"
"Untuk memperkenalkan Kim Seokjin kepada publik"
"Aku tidak mengerti. Memperkenalkan apa?"
Namjoon mendengus.
"Project pradebut, Jinseok"
"Eh? Jinseok?" Seokjin semakin bingung.
Namjoon terkekeh. "Bolehkah aku memanggilmu Jinseok?"
"Tapi kenapa? Aish! Kau membuatku bingung" tampa sadar Seokjin mengerucutkan bibir merahnya hingga Namjoon menjeritㅡ
dalam hati.
"Apa kau selalu seperti ini, Jinseok?"
"Seperti apa?"
"Bertingkah imut?"
Seokjin terkejut. "Hey!"
Baru saja Seokjin hendak protes, jari telunjuk Namjoon sudah berada tepat didepan bibir Seokjin.
"Diam atau aku akan hilang kendali" dan perkataan Namjoon sukses membungkam mulut Seokjin.
Setidaknya sampai dia mengerti maksud dari perkataan Namjoon.
"Ok ok. Tapi aku sungguh tidak mengerti. Bukankah kemarin aku ditolak?"
Namjoon menatap tidak suka.
"Siapa yang menolak? Aku ingin kau tetap bernyanyi namun kita coba cara baru"
Seokjin terdiam sejenak. Mencerna kata-kata Namjoon.
Tangan Namjoon meraih jemari Seokjin yang berada tepat diatas pahanya.
"Jangan bingung karena aku akan selalu disisimu; membimbingmu"
.
.
.
to be continued
.
.
.
Aloha! Ada yang kangen saya? Kkkkk~ saya baru saja kena writer's block dan mood saya rusak sampe bingung mau lanjutin FF yang masih ngutang sama readers buat diselesaikan.
Ada yang baper sama jawaban Seokjin? Saya baper dan sempat merasa sedikit tidak terima tapi apapun itu sebagai ARMY saya akan tetap dukung Bangtan
Yang gak tau hasil interviewnya bisa cek aja di twitter. Saya sarankan membaca semua interview semua member hehe.
Saya tidak berharap dapat keuntungan apapun dari tulisan ini tapi saya harap teman-teman bersedia meninggalkan review sehingga saya selalu ingat bahwa saya punya tulisan yang harus saya selesaikan karena masih menggantung.
Apakah kalian merasa bahwa akhir-akhir ini jarang ada FF Namjin yang muncul di ffn? xD
