Pair : Akashi Seijuro X Readers
Kuroko no Basuke hanya milik Fujimaki Tadatoshi. Tapi FF ini punya saya.
.
.
Stuck in the lift with Akashi Seijuro
By : Yundaichan
Warning : Typo(s), OOC probably, AU, and many more...
.
.
Let's Begin
Aku memasuki lift yang kosong untuk menuju lantai 25 diperusahaan Akashi Corp. Hari ini aku akan mengikuti tes wawancara terakhir agar bisa diterima sebagai karyawan magang diperusahaan besar seantero—Jepang ini. Belum sempat pintu lift itu tertutup rapat, seorang pemuda tampan berambut crimson dengan tatapan datar sambil membawa tas jinjing ditangannya memasuki lift dan akhirnya lift itupun tertutup. Kini hanya kami berdua di dalam lift dengan keheningan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Lift sudah melewati lantai 10—rasanya lama juga. Dan tiba-tiba…aku merasa liftnya berguncang hebat—seperti gempa bumi. Aku sangat panik, jantungku sekarang rasanya mau copot. Apa yang terjadi ? pikirku. Liftnya masih berguncang—aku menyandarkan diriku ke dinding lift berdoa semoga aku akan baik-baik saja. Untung saja aku bukanlah wanita cengeng yang sedikit-sedikit menangis jika ada sesuatu yang tidak beres seperti saat ini. Aku menoleh pada pemuda berambut merah disebelahku yang juga menyandarkan dirinya kedinding lift tapi masih menunjukkan ekspresi datarnya. Disaat seperti ini dia tidak panik? . Aku melihat dia melirikku—terkejut, aku mengalihkan pandanganku kearah lain.
Akhirnya lift berhenti berguncang, aku menghela nafasmu lega. Namun ada sesuatu yang aneh. Liftnya malah tidak terbuka dan malah menunjukkan angka 0. Apa lagi yang terjadi? Gumamku. Ku mencoba menekan-nekan tombol berharap liftnya bisa dibuka namun sia-sia saja. Aku kembali menoleh pada pemuda dibelakangku—memasang ekspresi 'apa kau tahu apa yang terjadi?' dia masih menatapku datar "liftnya macet" katanya.
Liftnya macet. Mataku membulat—aku terkejut—"Heeh…benarkah? Kau yakin?" Saking kagetnya aku meninggikan suaraku. Pemuda merah itu hanya mengangguk dengan ekspresi yang sama. Aku agak kesal melihatnya bisa setenang itu disaat seperti ini. Dan akhirnya akupun kembali menyandarkan dirimu ke dinding disebelah pria berambut crimson itu—agak berjauhan. Dan keheninganpun kembali. Jujur saja, aku tidak suka suasana seperti sekarang ini.
Sudah 10 menit liftnya masih macet juga. Aku bosan—beberapa kali aku menguap, menggaruk-garuk rambutku sendiri, memainkan jari-jariku, menggerak-gerakkan kakiku dan aku juga bergumam tidak jelas dan aku tidak peduli jika pemuda disampingku ini menyadari tingkah lakuku sekarang.
15 menit berlalu kami masih juga terjebak dilift macet ini. Aku mengambil sesuatu dari kantung bajuku. Permen—aku mengambil permen dari dalam saku bajuku—perlahan kubuka pembungkusnya dan membuang pembungkusnya begitu saja—lalu ku masukkan permen itu ke dalam mulutku. Rasa mint memang menyegarkan. Ku menghela nafasku beberapa kali karna aku bisa merasakan sejuknya permen mint itu dalam mulutku. Merasa diperhatikan, aku menoleh pada pemuda disampingku—pandangan kami bertemu.
Tersadar, aku memasukkan kembali tanganku ke dalam saku bajuku—mencari sesuatu, aku mengambil satu lagi permen mint lalu mengulurkannya kepada pemuda itu.
"Ini…ambillah…"Kataku.
Pemuda itu menaikkan satu alisnya memandangi permen yang berada di telapak tanganku. Karena dia hanya memandanginya—aku mendengus—lalu aku berjalan mendekatinya.
"Hey…kau membuat tanganku pegal saja…" Aku sekarang berdiri di hadapan pemuda itu—lalu ku raih tangannya dan memposisikan telapak tangannya berada di atas—kemudian aku meletakkan permen itu ditelapak tangannya. "Kau tidak boleh menolak pemberian orang lain—itu tidak sopan." Mendengar perkataanku pemuda itu mengerutkan alisnya. Aku melihat ekspresinya malah menaikkan kedua bahuku sambil berkata "terserah."
Sudah lebih dari 20 menit liftnya masih macet, aku masih menghisap-hisap permen dimulutku dan satu-satunya suara yang mengisi keheningan antara aku dan pemuda berambut crimson itu ya hanya suara dari mulutku.
"Hey…namaku [FULL NAME]" aku menoleh pada pemuda disampingku sambil mengulurkan tanganku sebelah disisi pemuda berkepala crimson itu. Dia menoleh padaku hanya melirik uluran tanganku namun tidak membalasnya. Sadar karena tidak mendapat respon, aku menjauhkan tanganku kembali.
"Siapa namamu? Apa yang kau lakukan di tempat ini? Apa kau bekerja disini?" Akupun bertanya pada pemuda itu—sambil aku masih menghisap-hisap permen itu yang belum habis di dalam mulutku. Dia tidak menjawab pertanyaanku malah menanyaiku balik.
"Bagaimana denganmu…?" Tanyanya. "Eeh…aku bertanya padamu duluan…" Aku melepaskan pandanganku darinya lalu aku mulai memainkan jari-jariku.
"Hmm…aku ada tes wawancara terakhir disini…kalau diterima aku akan jadi karyawan magang disni karena statusku masih pelajar tahun akhir di SMA." Aku menjawab pertanyaannya masih sambil membunyikan jari-jariku.
"ooh…so ka…" Respon pemuda itu datar. Kembali melepaskan pandangannya dariku lalu melihat ke langit-langit.
"Tapi sepertinya sebelum tes aku sudah gagal…Karena aku terjebak di lift bodoh ini…dan aku juga sudah terlambat 10 menit…jadi sudah tidak bisa." Pemuda itu tidak meresponku sama sekali. Kubiarkan saja dan melanjutkan perkataanku.
"Haah…yang benar saja, aku kira Akashi Corp. itu perusahaan yang paling besar di Jepang ini—tapi memiliki lift seperti ini? Dasar payah…"
"Benarkah?" Akhirnya pemuda itu merespon.
"iya… dan apa kau tahu siapa pemimpin perusahaan ini?" Pemuda itu menoleh padaku penasaran dengan apa yang akan ku katakan selanjutnya.
"Aku dengar dia masih muda dan tampan—namanya Akashi Seijuro—ayahnya yang mengembangkan perusahaan Akashi Corp. Di Amerika memberikannya tugas pimpinan di perusahaannya yang disini. Hebat juga yah...baru lulus SMA sudah hebat memipin perusahaan. Dan aku dengar karyawan disini sangat mengagumi kinerja memimpin Akashi Seijuro itu. Aah…aku jadi penasaran seperti apa yah dia…"
Pemuda disampingku kembali melihat langit-langit…
"Tapi…" Pemuda itu kembali menoleh padaku lagi.
"Aku dengar Akashi Seijuro itu—kalau marah dia menyeramkan…dan selalu mengatakan bahwa dirinya dan perintahnya itu absolute…selain itu kalau marah-marah dia selalu membawa gunting sebagai senjatanya… pffftt…hahaha… apa-apaan itu, menurutku orang seperti itu sangat aneh—maksudku gunting? Hahaha…" Aku tertawa terlepas kendali.
"dan…dan apa kau tahu? Aku dengar sudah tiga asisten pribadinya yang mengundurkan diri secara berturut-turut…mereka terlalu takut menghadapi pimpinannya itu…hahaha…bahkan aku sendiri jika ditawarkan—aku tidak akan mau menjadi asisten pribadi seseorang yang selalu membawa gunting—itukan berbahaya." Aku menghentikan bicaraku lalu menoleh lagi pada pemuda itu—aku heran karena dia saat ini sedang memandangku dengan tatapan yang sulit diartikan. Kenapa dia memandangku seperti itu? Pikirku. Karena merasa tak enak aku agak menjauhkan jarak dengan lelaki berambut merah itu.
30 menit berlalu—kami berdua masih terjebak dalam lift. Aku mulai frustasi, sesekali aku menghentak-hentakkan kakiku, memukul-mukul pipiku sendiri, dan bergumam tidak jelas.
"Bisakah kau hentikan itu?" Suara lelaki disebelahku ini sukses menghentikan aktifitasku. Akupun menoleh padanya "Memangnya ada apa? Apa aku mengganggumu?" Tanyaku dengan suara yang agak dikeraskan—ini karena aku mulai frustasi karena liftnya belum juga kembali normal.
"Iya, aku memang sangat terganggu dengan tingkahmu itu. Sebaiknya kau menjaga tingkah lakumu jika kau ingin bekerja di sini." Kata pemuda itu berbicara sambil menatapku dengan tatapan dinginnya. Aku yang mendengar perkataannya merasa tersinggung.
"A…apa kau bilang…? Heh…aku heran denganmu kenapa kau bisa setenang ini di saat seperti ini. Aku sudah muak terjebak bersama orang aneh sepertimu di lift bodoh ini dan perusahaannya yang juga payah serta…dan karena aku terjebak disini aku sudah tidak bisa mengikuti tes wawancara terakhirku karena lift sialan ini sudah membuatku terlambat...Dan kau"
"Diamlah…" Kata pemuda itu memotong bicaraku.
"Kau…memangnya kau pikir kau siapa menyuruhku….."
"Akashi Seijuro…" Kata-kata itu keluar dari mulut pria berambut crimson itu. Aku yang mendengarnya akhirnya terdiam sejenak. Akashi Seijuro? Dia bilang dia ini Akashi Seijuro? Aku berpikir dia mengatakan Akashi Seijuro HAAAAHHH…AKASHI SEIJUROO… Aku berteriak dalam hatiku—tersadar orang yang dari tadi bersamaku dalam lift ini adalah seorang Akashi Seijuro—seorang pemimpin Akashi Corp. dan aku ingat kalau aku tadi mengatakan hal buruk tentang seorang Akashi Seijuro dihadapannya sendiri.
Saat ini pikiranku kacau, perasaanku bercampur aduk, aku mulai merasakan keringat yang membasahi pelipisku. Aku sekarang tidak berani menatap sang-Akashi Seijuro yang satu-satunya orang yang berada di lift bersamaku. Aku terus menundukkan kepalaku dan berharap agar lift ini bisa segera terbuka, lalu perlahan aku berjalan mundur berusaha menjauhkan jarak dengan pemimpin muda perusahaan besar itu.
"Kenapa diam?...Apa kau sudah menyadarinya [FULL NAME]?" Aku tidak berani mengangkat kepalaku menghadapi orang yang dihadapanku kini. Ku dengar suara langkah kakinya yang mengikuti langkah mundurku. Kamisama…tolong aku—doaku dalam hati. Sekarang aku merasakan punggungku menyentuh dinding lift—aku sudah tidak bisa mundur lagi. Dan aku tahu bahwa Akashi Seijuro sedang berdiri dekat dihadapanku. Aku terkunci disudut lift. Kaki ku bergetar—rasanya sulit sekali untuk menggerakkannya. Dan aku merasakan aura-aura menegangkan disekelilingku. Bibirku juga rasanya seperti membeku.
"Kenapa kau tunduk [name]? Tatap aku…" Dia ingin aku menatapnya? Tidak, aku tidak mau—aku dengar juga kalau mata Akashi Seijuro itu aneh dan menyeramkan.
"Apa kau ingin mengatakan jika mataku ini menyeramkan [name]?" Tunggu, apa dia membaca pikiranku?
"I…iya…bukan, ma…maksud…ku…aku tidak…" Aku jadi gugup tidak tau harus berkata apa. Jantungku sekarang berdetak lebih kencang dari biasanya. Aku merasakan ada sesuatu yang menjalar di pipiku—lalu turun menuju ujung daguku. Aku melirik sesuatu seperti gunting. Gunting…ya Akashi Seijuro sedang memegang gunting dan ujung gunting itu sekarang berada di ujung daguku. Aku takut sekali apa dia sedang berniat melukaiku?. Aku sekarang sangat sulit untuk mengatur nafasku.
"Lihat aku, [name]..!" Dia mengangkat daguku menggunakan ujung gunting itu. Aku sekarang melihat wajah Akashi Seijuro. DEKAT SEKALI...ekspresinya begitu tenang namun ekspresi itu menyimpan aura yang menyeramkan—dia seperti ingin membunuhku—tentu saja dia pasti sangat marah dengan perkataanku beberapa waktu yang lalu. Aku menelan ludahku Aku menatap matanya. Jadi seperti inilah Akashi Seijuro jika sedang marah… Apa yang dikatakan orang-orang memang benar. Mata Akashi Seijuro memang aneh dan menyeramkan warnanya berbeda tapi…indah. Tunggu bukan saatnya untuk mengagumi matanya. Dengan cepat aku mengalihkan pandangan mataku ke langit-langit—tidak berani menatapnya lebih lama dan sedekat ini. Wajahku rasanya panas sekali sekarang.
"Kau sudah berani mengatakan hal yang buruk tentang Akashi Seijuro…" Dia sekarang menjalarkan guntingnya hingga ke daerah leherku. Aku merasa berkeringat dingin.
"M..m..ma…maafkan…aku…Akashi-sssaama…tolong…jangan bbunuh…aku…" Entah kenapa rasanya aku benar-benar mau mati dihadapan Akashi Seijuro ini. Dia benar-benar terlihat seperti seorang psychopath. Tidak, aku tidak ingin mati muda…aku masih ingin menikmati masa mudaku ini.
"Heeh…membunuhmu…aku tidak sekejam itu." Dia menjauhkan gunting itu dari wajahku. Lega juga rasanya. Tapi tetap saja aku berkeringat dingin saat ini. Aku lihat tangannya meraih sesuatu dari kantung celananya—ternyata itu adalah perment mint yang kuberikan padanya tadi. Dia membuka bungkus pemen itu lalu memasukkan permen itu ke dalam mulutnya. Aku memperhatikan bibirnya yang sedang bergerak menghisap rasa dari permen itu.
Tunggu, sekarang dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tangan kanannya memegangi tembok disebelahku. Aku berusaha menghindari kontak mata dengannya. 'fiuuuuuhhhh' dia menghela nafasnya—aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang berbau mint dan segar. Aku meliriknya—dia melengkungkan sebelah bibirnya dan sekarang dia memunculkan lagi gunting itu dihadapan wajahku.
"Aku ingin kau bertanggungjawab [FULL NAME]..." Sekarang dia mengarahkan gunting itu dari pangkal hidungku turun—lalu berhenti di ujung hidungku.
"Ap…apa..pun…Akashi…ssama..kumohon singkirkan gunting itu…" Dia menyeringai.
"Tidak ada yang boleh memerintah seorang Akashi Seijuro…" Apa aku salah bicara? Ayolah sepertinya auranya semakin parah saja. Sekarang dia malah memindahkan gunting itu ke pipiku dan aku rasa dia menekan pipiku dengan ujung gunting itu—menekannya dengan keras.
"Sakit…to..tolong…" Aku sudah tidak tahu harus berkata apa. Aku takut sekali. Aku merasakan pipiku basah karena air mataku keluar. Aku menangis…aku menangis dihadapan Akashi Seijuro.
Tak lama kemudian dia menjauhkan gunting itu dari pipiku. Aku memegangi pipiku rasanya sakit sekali. Aku melihat tanganku ada sedikit darah disana. Dia benar-benar berniat melukaiku.
"[FULL NAME]…" Dia memanggil namaku…aku mencoba memberanikan diri menoleh padanya. "Aku ingin kau bertanggung jawab."
"Hai…" Aku tertunduk lemah…hanya itulah kata-kata yang bisa kukatakan. Karena tak ingin pipiku yang satunya mengalami hal yang sama jika aku mengatakan sesuatu yang salah lagi.
Sekarang dia mendekatkan lagi wajahnya. Dekat…dekat…dia membisikkanku sesuatu dan membuat mataku membulat. "Aku ingin kau jadi asisten pribadiku."
Tidak aku tidak menjadi asisten pribadi seseorang yang menyeramkan seperti dia.
"aa..ttaapi..tapii…." belum sempat aku melanjutkan perkataanku, dia meletakkan gunting itu dibibirku seolah-olah mengunci perkataanku.
"Ini adalah perintah…dan setiap yang kukatakan itu mutlak. Aku ini absolute, apapun yang kuinginkan akan selalu kudapatkan…karena aku adalah…Akashi Seijuro."
"Baiklah…" Entah kenapa aku seperti terhipnotis dengan kalimat yang dikatakannya itu dan aku sama sekali tidak membatahnya.
.
.
-Huufft... akhirnya saya membuat ff lagi yang idenya entah muncul dari mana hingga jadinya kayak gini. Ini fic kedua saya setelah (baca:Kagami Taiga's Little Sister) hehehe...
Saya gak tau musti ngomong apalagi soalnya pipi saya masih sakit gara-gara Akashi-sama yang tega nusuk pipi saya pake gunting.
Review dan saran akan sangat dihargai..
en fogiv me if der a meny taipo
STUCK IN THE MOMENT WITH YOU
By : Yundaichan
.
.
Tak lama kemudian lift itu akhirnya normal kembali dan angkanya juga sudah menuju lantai 25. Kau dan Akashi masing-masing terdiam di tempat. Kau masih memegangi pipimu dan masih memikirkan dirimu yang menyetujui menjadi asisten pribadi seorang Akashi Seijuro.
TING…
Akhirnya kalian sampai di lantai 25 dan perlahan pintu liftnya terbuka.
"Ikut aku…" Kata Akashi dengan nada yang tersengar memerintah.
Kau mengikuti Akashi dibelakangnya. Kalian memasuki ruangan yang cukup luas dengan perabotannya yang ditata rapi. Ya, ruangan itu adalah ruangan Akashi Seijuro.
Kau berdiri di dekat pintu masuk ruangan itu. Dan Akashi menghampirimu dengan membawa kotak P3K lalu menyerahkannya padamu.
"Ini, gunakan ini untuk mengobati lukamu." Namun sebelum tanganmu mencapai kotak itu dia melanjutkan perkataannya.
"Dan kau harus ingat…bahwa mulai saat ini kau adalah asisten pribadi Akashi Seijuro." Katanya dengan nada absolutenya. Kau mengangguk pelan lalu berkata "Hai…"
Dan mulai hari ini masa mudaku yang cerah akan selalu gelap karena aku terjebak disini bersama manusia mengerikan sepertimu.
NEXT : KAGAMI TAIGA
Review please?
