Ish : Kyahahaha~ Akhirnya Ish menjamah fandom ini juga~~ X3 Sebenernya sih pengen dari dulu, tapi entah kenapa baru kesampean sekarang, ufufufu~~ ok deh, langsung aja... Teru, teru, ayo bacain disclaimernya~~ XDD
Teru : Ok, master! Ehem, Junjo romantica belongs to Nakamura shungiku, but Rumble at the onsen belongs to my master Ish!~
Ish : Good job Teru! Terus warningnya, tolong bacain dong Kaoru~~
Kaoru : Cih, Warning: OOC, abal, gaje, amburadul, maksa, jayus, dibuat oleh amatiran, terus-mpph! *dibekep Ish*
Ish : Ahahahaha~~ Kaoru ini suka bercanda deh... Yaudah deh, reader semua... hope~ you~ can~enjoy~the~story~~ XDD
"Misaki."
Suara panggilan berat yang terdengar lembut itu menggiang di telinga Misaki. Laki-laki bertubuh pendek yang sedang membentuk sosis dengan bentuk gurita sesuai pesanan sang novelis; Usami Akihiko, pun menoleh ke arah sosok laki-laki berjas yang sedang memeluk boneka beruang berukuran besar di sofa.
"Ada apa lagi, Usagi-san?" tanya Misaki mulai terdengar jengkel. Kerutan di keningnya pun samar-samar mulai terlihat. Bagaimana tidak? Sudah kesekian kalinya dalam hari ini ia sudah mendengar panggilan itu. Dan alasannya? Tidak satu pun yang penting.
"Besok kau ada waktu luang?"
"Huh? Memangnya kenapa?"
"Kalau tidak, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." jelas Usagi sambil menyeruput kopi hitam dari cangkirnya. "Kau ingat onsen yang waktu itu? Bagaimana kalau kita kesana lagi?"
"HAH?" pekik Misaki. Jelas sekali ia terlihat terkejut. Usami-sensei yang satu ini memang senang sekali membuat 'kejutan' untuknya. "Kenapa mendadak sekali sih? Lagipula, memangnya Usagi-san tidak ada pekerjaan? Aku tidak mau kalau sampai karena pergi bersamaku lalu Usagi-san tidak melalaikan pekerjaannya."
Sambil menggerutu pelan, Misaki pun kembali mengalihkan pandangannya ke arah potongan sosis yang tadi sempat terlupakan.
"Dasar Usagi-san, selalu saja seenaknya seperti itu. Memangnya dia pikir menginap di onsen itu seperti jalan-jalan di sekitar taman? Lagipula, nanti pasti ada saja pekerjaannya yang terlupakan deh."
Usagi hanya tersenyum kecil mendengarkan gerutuan Misaki yang jutsru membuatnya semakin gemas. Ia pun beranjak bangun, melangkahkan kakinya perlahan ke arah Misaki, lalu mendekap tubuh mungilnya perlahan.
Masih tersenyum kecil, Usagi menikmati wangi rambut khas Misaki yang sangat ia suka.
"...Apa, Usagi-san?" sergah Misaki mulai tak ramah seperti biasa. Padahal sebenarnya itu hanya salah satu cara perlindungan dirinya untuk menutupi rasa malu juga melupakan debaran jantungnya yang semakin lama semakin cepat.
"Tidak, aku hanya ingin memelukmu saja. Apa itu tidak boleh?" tanya Usagi, masih tak bergeming dari Misaki.
"Memangnya kau kira aku ini Suzuki-san?" tanya Misaki jengkel. "Lagipula, kalau dipeluk begini aku tidak bisa memasak. Lepaskan aku."
Misaki pun mulai berontak, namun Usagi tetap saja tak melepaskannya. Hasilnya, Misaki pun naik darah.
Dasar! Sudah seenaknya menyuruhku memasakkan sosis bentuk gurita, lalu tiba-tiba mengajakku pergi ke onsen, lalu sekarang? Seenaknya saja dia memelukku seperti ini! Dia pikir aku ini boneka seperti Suzuki-san yang bisa diperlakukan seenaknya!
"Usagi-san, lepaskan aku! Kau pikir aku ini boneka? Lepaskan aku! Lepaskan!" berontak Misaki makin menjadi-jadi.
Sang novelis terkenal itu pun membentuk senyum simpul di wajahnya. Sambil masih memeluk lingkar pinggang Misaki, ia mengecup pelan leher belakang adik dari sahabatnya itu. "Kenapa kau berontak minta dilepaskan? Aku dan kau itu sudah berpacaran, jadi wajar-wajar saja kan kalau melakukan hal seperti ini? Lagipula, kita kan sudah pernah melakukan se-"
"HUWAAA!" teriak Misaki mengitrupsi. "Usagi-san! Apa perlu yang seperti itu dibicarakan! Lagipula sekalipun kita sudah ber-ber-berpacaran! ah, apa yang barusan kukatakan?"
Misaki pun heboh sendiri sementara Usagi kembali tersenyum kecil.
"Po-Pokoknya! Itu tidak berarti kau bisa seenaknya padaku!"
"Memangnya kenapa? Aku menyukaimu. Apa itu saja tidak cukup untuk jadi alasan untuk melakukan hal seperti ini?"
"Masih bertanya lagi! Kau pikir kalau kau menyukaiku, lalu kau boleh berlaku seenaknya padaku hah!" tanya Misaki sambil membalik badannya ke arah Usagi lalu memicingkan matanya sok galak.
"Iya, kupikir begitu." jawab Usagi langsung.
"Kau...pikir begitu...?" tanya Misaki, nyaris tak bisa berkomentar apa-apa lagi.
"Iya, memangnya ada masalah?"
Misaki diam.
Usagi pun diam.
Misaki masih diam.
"Kenapa?" tanya Usagi, akhirnya kembali memecahkan keheningan yang ada.
"Tidak, bukan apa-apa."
"Ah, dasar Usagi-san! Dia selalu, selalu, selalu saja seenaknya seperti itu! Memangnya semudah itu apa untuk memutuskan pergi?" gerutu Misaki sambil memasukan satu-persatu bajunya ke dalam tas. Mendadak tangannya pun berhenti bergerak. "Ah, aku lupa menanyakan berapa hari disana!"
"3 hari 2 malam, hari minggu malam kita sudah pulang. Hari senin besok kau ada kuliah kan?"
Begitu mendengar suara Usagi dari arah pintu, Misaki pun spontan menoleh.
"Dan untuk sekedar tahu, hari senin besok aku ada ulangan dan asisten profesornya sangat galak! Aku bisa dibuat mengulang satu tahun kalau sampai nilaiku jelek!" ungkap Misaki dengan wajah mendadak pucat karena imajinasinya sendiri.
Bukannya malah prihatin, Usagi malah tertawa. Ia pun melangkahkan kakinya perlahan mendekat ke arah Misaki lalu semena-mena saja mendorong tubuh mungil Misaki ke atas kasur dan menindihnya.
Dengan sebelah tangan, ia membelai lembut lekuk wajah Misaki.
"Tenang saja, kau tidak akan dapat nilai jelek hanya karena pergi bersamaku. Lagipula, kalau pun sampai itu terjadi, aku yang akan bertanggung jawab."
"Bertanggung jawab? Bertanggung jawab bagaimana? Lalu, hei, kenapa kau menindihku? Sana, sana!"
Usagi tidak menjawab dan hanya tersenyum penuh arti. Lalu tanpa berkata apa pun lagi, ia pun mencium lembut bibir Misaki. Tangannya perlahan bergerak dari wajah Misaki untuk menyibak rambut hitam ukenya itu.
"Nngh-" Misaki mencoba untuk memberontak, "U-Usa-mmh"
Seakan tidak mempedulikan perlawan dari Misaki, Usagi tetap saja lanjut melakukannya. Malah sekarang tangannya sudah berganti untuk membuka kancing baju Misaki satu-persatu.
Usagi akhirnya menarik diri dan membiarkan Misaki kesempatan untuk menghirup udara. Benar saja, Misaki yang malang itu benar-benar sudah terengah-engah karena kehabisan nafas. Usagi benar-benar gila... bisa-bisanya ia tetap bernafas normal setelah melakukan deep kiss panjang berdurasi lebih dari 5 menit. Kalau saja ia belum dinobatkan sebagai novelis terbaik, mungkin Misaki akan memberikan penghargaan kepadanya sebagai atlet perenang dengan nafas terpanjang.
"Aho Usagi!" umpat Misaki. "Kau itu-!"
Tadinya masih banyak umpatan lain yang mau dilontarkan oleh Misaki, namun semua itu terhenti begitu saja dalam sekejap begitu ia sadar kalau Usagi sedang menanggalkan bajunya. Sekarang tangan Usagi pun mulai bergerak ke arah resleting celana Misaki.
Mata Misaki langsung membelalak lebar, ia pun buru-buru memberontak dan berusaha mengenyahkan tubuh anak bungsu dari keluarga Usami itu.
"Lepaskan aku, Usagi-san! Lepaskan!"
"Tidak mau."
"Aku bilang lepaskan!"
Dan tiba-tiba saja... suara khas yang begitu sering menganggu kegiatan mereka pun terdengar. Suara bel yang berdering berulang-ulang.
TING TONG! TING TONG!
"U-Usagi-san, ada orang yang datang..." ujar Misaki, masih berusaha melepaskan diri.
"Biarkan saja."
Seperti tidak mendengar apa pun Usagi lanjut saja menjamah tubuh Misaki sesuka hatinya. Tentu saja itu terjadi sampai akhirnya terdengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin jelas, lalu akhirnya BRAK! Pintu kamar Misaki pun terbuka.
Di ujung pintu itu terlihat sosok seorang perempuan yang tidak asing lagi bagi keduanya, Aikawa, editor dari Usagi.
"Usami-sensei, naskahnya sudah siap kan? Aku datang untuk mengambilnya sekarang begitu mendengar kau akan pergi berlibur dengan Misaki-kun besok!"
Misaki tidak lagi bisa berkomentar. Ia hanya terdiam dengan mata membelalak sembari memandangi sosok Aikawa yang untuk kesekian kalinya memergoki mereka sedang dalam posisi yang 'berbahaya'. Sementara Usagi menghela nafas pelan, ia terlihat cukup kecewa karena kesenengannya terganggu untuk kesekian kalinya oleh Aikawa.
Nii-chan... Aku sudah tidak punya muka untuk bertemu dengan Aikawa-san, lebih baik mati saja.
"Ah, baiklah. Semua halamannya sudah lengkap." ujar Aikawa puas. "Aku akan datang lagi kalau ada masalah. Nah, sekarang, karena sudah malam, aku pulang dulu."
Aikawa pun beranjan bangun dan melangkah kakinya pergi. Namun sebelum sampai di depan pintu, ia kembali berbalik dan memberikan sekotak kue untuk Misaki.
"Nyaris saja aku lupa menyerahkannya. Itu ada cream puff untukmu, makanlah yang banyak." ujar Aikawa sambil tersenyum ramah.
Misaki pun menerima kotak itu dengan wajah tersenyum lebar. Seperti biasa, Aikawa selalu saja memberikan oleh-oleh untuk Misaki ketika ia datang. Benar-benar orang yang baik, sayang saja selalu datang di saat yang tidak tepat.
"Terima kasih Aikawa-san, maaf selalu merepotkan."
"Tidak, tidak, aku justru senang bisa memberikan sesuatu untukmu."
Setelah membungkuk dan melambaikan tangannya, akhirnya Aikawa pun angkat kaki dari kediaman Usagi.
Belum lama waktu berselang semenjak kepergian Aikawa, Usagi pun sudah mulai mengambil langkah untuk kembali mendekati Misaki. Ia memeluk tubuh Misaki dari belakang, merengkuhnya erat dalam pelukannya. Lalu dengan suaranya yang berat, ia berkata dengan lembut kepada Misaki, "Hei, bagaimana kalau kita lanjutkan yang tadi tertunda?"
Usagi tersenyum lebar sementara sang uke hanya bisa terdiam dengan wajah memerah.
Malam itu pun menjadi malam yang sangat sangat panjang.
"Misaki, apa yang sedang kau lakukan? Ayo cepat turun dan kita berangkat sekarang." ujar Usagi dari lantai bawah. Sebentar kemudian terdengar suara rusuh dari kamar Misaki.
Usagi menghela nafas panjang lalu kembali duduk dengan tenang di sofa sembari menunggu.
Tak lama kemudian, Misaki pun muncul dengan baju lecek lantaran terjatuh saat cepat-cepat turun. "Maaf membuat lama menunggu." ujar Misaki lesu. Tidak perlu dijelaskan kenapa pun semua sudah tahu alasannya kan? ...Tidak? Kalau tidak, anggap saja Misaki hanya kurang tidur setelah diberikan 'pelajaran tambahan' oleh Usami-sensei.
Begitu melihat ukenya muncul dengan wajah kusut, Usagi pun langsung bangun dari sofa empuknya dan menghampiri Misaki.
"Kau jatuh ya? Makanya lain kali hati-hati." ujar Usagi sambil menepuk kepala Misaki dengan lembut.
Misaki malah terlihat jengkel. Ia menyilangkan tangannya sementara matanya memicing memandangi Usagi. "...Biar kuberitahu ya, aku sampai terjatuh hari ini, itu semua salahmu. Kalau saja semalam kau tidak-" mendadak wajah Misaki berubah merah dan ia tidak lagi meneruskan kata-katanya. Ia justru memalingkan wajahnya dari Usagi dan berjalan pergi. "Sudahlah, lupakan saja."
Ah dasar baka usagi, dia membuatku salah bicara saja! ...tapi memang benar kok! Ini semua kan salahnya! Kalau semalam dia tidak bertindak seliar itu, pinggangku nggak akan sakit seperti ini dan aku tidak akan jatuh! ...Ah, sial! Mikir apa aku barusan? Sudah, sudah, lupakan kejadian tadi malam!
Misaki buru-buru melangkahkan kakinya lalu duduk di lantai sambil mengikat tali sepatunya sementara Usagi membawakan tas mereka. Dan tiba-tiba saja... CTEK! Tali sepatu Misaki putus.
Sang pemilik sepatu pun terdiam dan memandangi tali sepatu yang tak lagi menyatu itu dengan wajah masam. Mendadak rasanya ia mendapat firasat buruk mengenai kepergian mereka ke onsen.
"Ada apa, Misaki?"
Misaki pun terdiam, masih memandangi tali sepatunya.
"...Tidak, bukan apa-apa."
Buru-buru Misaki menganti sepatunya dengan sepatu lain lalu berjalan menyusul Usagi yang sekarang sudah menunggu di depan pintu.
Aku harap firasat burukku ini tidak benar...
Dan akhirnya mereka berdua pun berangkat pergi untuk menikmati liburan mereka; tanpa sesungguhnya mengetahui kalau banyak masalah yang menanti di ujung perjalanan mereka.
Ish : Ah, selesai~ selesai~
Teru : Otsukare sama master~~
Ish : Hai, hai, arigatou Teru... Ehem... aduh, setelah dibaca-baca sih kok rasanya agak gaje yah? hmmm...
Kaoru : Kok setelah dibaca-baca? sekali liat juga keliatan kalau cerita ini GAJE, ANEH, ANCUR!
Ish : Huweee~~ Kao jahaat! DX
Teru : Senpai, ga boleh gitu ah... kasian tuh master... *ngeliat ke arah Ish* Master, udah, udah, jangan nangis... mendingan tanya aja ke reader gimana pendapat mereka tentang fanfic ini... gimana?
Ish : Ah! Nice idea Teru! Ehem, reader semua... mind to review? ehehehe...
Teru : Yoroshiku onegaishimasu!
Kaoru: ...onegaishimasu.
