Disclaimer: LS bukan milikku, tapi cerita ini sepenuhnya milikku
Chapter 1: manusia dan Hoka no Ikimono
Pagi ini, ada seorang gadis berambut panjang berwarna ungu, sedang menyikat giginya di wastafel.
Setelah selesai, gadis itu menghampiri seekor kucing hitam yang tertidur di kasurnya.
"Kuro, makananmu!" Ucap gadis itu lalu meletakkan semangkuk makanan kucing di samping kucing hitam yang diberi nama Kuro tersebut. Kuro pun terbangun dan melahap makanannya.
Gadis itu melihat jam tangannya dan jam menunjukkan jam 06 : 45, 15 menit sebelum gerbang sekolahnya ditutup.
"Kuro, aku pergi dulu ya," gadis itu beranjak pergi meninggalkan kamarnya, menuruni tangga dan membuka pintu keluar.
Gadis itu merasakansemilir angin yang membuat rambutnya berkibar. Ia menutup matanya dan membiarkan angin itu mengibarkan rambutnya.
Gadis itu menutup pintu dan menguncinya. Setelah mengantungi kuncinya, ia berjalan menuju sekolahnya.
Di tengah jalan, 2 orang gadis menghampiri gadis itu seraya meneriakkan namanya.
"Rani!" Panggil salah seorang gadis di belakangnya. Rani menoleh dan mendapati satu sahabatnya yang berlari ke arahnya sementara seorang gadis lagi berjalan dengan santai di belakang gadis itu.
"Shika! Rin!" Rani memanggil balik kedua sahabatnya. Mereka bertiga pun berjalan santai menuju sekolahnya.
"Rani, katanya kemarin ada HnI lagi," kata Rin.
"Betulkah?" Tanya Rani tak percaya.
"Iya, tapi kali ini aneh. Dia turun dari dunia HnI tanpa pemberitahuan, sehingga banyak orang yang terluka parah. Setelah di cek, ternyata dia tidak sadarkan diri dan sekarang dirawat di rumah sakit," jelas Shika panjang lebar.
"Oh," Rani hanya membalasnya dengan singkat.
"Jadi, gimana kalau kita lihat, Rani?" Ajak Shika. Rani heran dengan semangat sahabatnya.
"Jujur, aku nggak pernah lihat HnI sekali pun," kata Shika.
"Oh begitu. Aku juga belum, sih. Baiklah, kita lihat sepulang sekolah," Rani pun menyerah pada semangat sahabatnya itu.
"Tapi, dia di rumah sakit mana?" Tanya Rani.
"Soal itu, tenang saja. Mama kami yang merawatnya, jadi kami tau dimana," jawab Rin.
"Iya ya, mama kalian dokter," kata Rani.
"Meong" tiba-tiba, terdengar suara kucing mengeong di pagar di samping mereka. Ketiga anak itu pun menoleh.
"Kuro? Kamu ngapain disini?" Tanya Rani yang merasa heran kenapa kucing hitam itu ada di sana.
Kuro hanya diam. Ia mengangkat kaki depan kirinya dan meletakkan kaki depan kanannya di pergelangan kaki depan kirinya.
Rani heran lalu ia tersadar maksudnya. Ia melihat jam tangannya dan...
"GAWAT! SUDAH JAM 06 : 57!" Mata Rani membulat melihat jam tangannya. Shika pun ikutan panik.
"Oke, Kuro! Kembalilah ke rumah! Aku pergi dulu!" Rani melesat menuju sekolahnya. Sementara di belakangnya, Shika lari secepat mungkin sambil menarik lengan Rin tanpa adanya perlawanan dari pemilik tangan tersebut.
Kuro pun hanya terdiam menyaksikan adegan keterlambatan live action yang pemeran utamanya adalah majikannya sendiri. Mungkin kalau ia bisa berbicara, ia akan berkata "majikan yang payah,"
Di detik-detik terakhir, mereka bertiga berhasil memasuki gerbang sekolah. Penjaga sekolah yang hendak menutup gerbang pun hanya bisa cengo melihat anak-anak itu berlari dengan kecepatan cahaya.
Akhirnya, ketiga anak itu berhasil masuk kelas di detik terakhir sebelum jam 07 : 00, nafas mereka terengah-engah dan muka mereka memerah ( kecuali Rin yang ditarik Shika). Seragam mereka bahkan tidak bisa dibilang rapi lagi. Seperti penampilan cewek yang telah diperkaos segerombolan cowok.
-skip-
Sepulang sekolah, mereka pun menuju rumah sakit tempat HnI itu dirawat.
"Mama!" Panggil Shika dan Rin kepada mama mereka yang tersayang. Yang dipanggil pun menghampiri kedua putrinya.
"Shika! Rin! Tumben kalian langsung ke sini sepulang sekolah!" Kata mama Shika dan Rin.
"Aku ingin liat HnI itu!" Kata Shika.
"Iya, aku juga ingin liat!" Kata Rani.
"Oh, begitu. Baiklah, dia ada di ruangan lantai 1 paling ujung," mama Shika dan Rin menunjuk ke arah ruangan yang dimaksud.
Setelah ketiga anak itu pergi, ia pun melanjutkan kerjanya.
Sementara itu, ketiga anak itu terdiam di depan pintu sebuah kamar.
"Siap, oke?" Tanya Rin sambil memegang knop pintu. Shika dan Rani menelan ludah lalu mengangguk.
Oke, mereka terlalu lebay.
Rin pun membuka pintu itu
Di kamar itu ternyata ada...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Segemborolan anak kecil yang ributnya bagaikan murid sekolah yang mendengar bel tanda pulang sekolah (?).
"Pa-panti asuhan?" Kata Rani heran.
"Ah, disana masih ada ruangan," Shika menunjuk ke sebuah ruangan paling ujung. Mereka mengira ruangan yang mereka masuki itu paling ujung. Rin pun menutup pintu.
"Kita salah ruangan," kata Rani.
Mereka bertiga pun memasuki ruangan paling ujung.
Disana, seorang laki-laki berambut pirang jabrik dengan mata ungu terduduk di kasur menoleh ke arah mereka.
Rani dan laki-laki itu pun terdiam dengan tatapan saling bertemu sampai akhirnya Shika memexah keheningan.
"Wuah! HnI asli!" Teriak Shika heboh, mendobrak pintu dan mendorong Rani yang berdiri di pintu sehingga membuat Rani terjatuh dengan tidak elitnya ke samping.
Mendadak, laki-laki itu jadi artis karena difoto oleh Shika berkali-kali. Rin tidak mempedulikan sahabatnya dan saudara kembarnya dan menghampiri HnI itu.
"Siapa namamu?" Tanya Rin. Cowok itu terdiam sesaat lalu menjawab.
"Sadahanzo Toni,"
"Toni, kah?" Rani berdiri dari posisi tidak elitnya.
"Kenapa kamu turun ke sini tanpa peringatan?" Tanya Rin.
"Itu karena... waktu itu... aku lagi bertarung dengan seseorang dan dia melemparku ke gerbang dimensi," jelas Toni.
"Oh... siapa yang kamu lawan?" Tanya Rani. Toni terdiam sesaat.
"Yang aku lawan..." karena menggantung, cewek-cewek itu kepo.
"... aku lupa," kata Toni datar.
Rani dan Shika bergubrak-ria.
"Jadi kapan kamu kembali?" Tanya Rani.
"Mungkin besok... atau nanti..." kata Toni.
"Heh, sebentar sekali. Kalau begitu, gimana kalau kita berteman dulu?" Tanya Rani.
"Ide bagus! Namaku Nohara Shika!" Kata Shika.
"Aku Nohara Rin, saudara kembar Shika," kata Rin.
"Dan aku Rani Heartsterling! Salam kenal!" Rani mengulurkan tangannya ke Toni.
Toni terdiam.
"Anu..."
"Apa?"
"Bisa diulang lagi? Aku baru connect," kata Toni datar.
Lagi-lagi, Rani dan Shika bergubrak-ria.
Akhirnya, Toni diperbolehkan keluar rumah sakit. Rani, Shika dan Rin pun mengajaknya berkeliling.
Di taman...
"Omong-omong, Toni, berapa umurmu?" Tanya Rin.
"Aku 2 tahun lebih muda dari kalian," jawab Toni.
"Eh, kok kamu tau umur kami?" Tanya Rani.
"Kami, keluarga Sadahanzo, memiliki mata yang dapat melihat identitas orang lain. Hal yang rahasia sekalipun, misalnya orang yang disukai..." kata Toni datar. Mendengar hal itu, Shika panik.
"Berarti kamu sudah tau orang yang kusuka?" Shika mengguncang-guncang tubuh Toni.
"Tenang saja, aku bisa menjaga rahasia," kata Toni sambil terus diguncang-guncang Shika.
"Ternyata memang ada," kata Rin.
"Nanti akan kusuap Toni, khukhukhukhu," kata Rani sambil tersenyum iblis.
Mereka lalu makan di restoran...
"Toni, kamu pesan apa?" Tanya Rani yang duduk di samping Toni.
"Seafood," jawab Toni.
"Kamu suka seafood, ya," kata Shika. Toni mengangguk.
"Jadi, Toni, selagi menunggu makanan, aku ingin bicara sebentar denganmu, berdua saja!" Rani pun menarik Toni menuju tanah kosong.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di tanah kosong...
"Toni," panggil Rani.
"Apa?" Tanya Toni.
"Kalau kamu mau beritau siapa yang disukai Shika, akan kutraktir kamu makan seafood sepuasnya," kata Rani dengan aura iblis.
'Iblis' pikir Toni.
"Jadi, kak Rani punya juga?" Tanya Toni.
"Tidak, kok! Ja-jangan dibaca!" Kata Rani.
'Dari ekspresinya berarti ada,' pikir Toni. Ia memakai kemampuannya untuk membaca identitas Rani.
"Hei, jangan dili-" kata-kata Rani terpotong melihat Toni perlahan-lahan tumbang.
"Toni!" Rani menangkap tubuh Toni sebelum menyentuh tanah.
'Dia pingsan,' batin Rani.
"Rani!" Teriak Shika memanggil Rani. Rin mengikuti di belakang. Mereka heran melihat Toni yang pingsan.
"Toni kenapa?" Tanya Rin.
"Tidak tau tiba-tiba ia pingsan," kata Rani.
"Jangan-jangan... dia kehabisan nafas," tebak Rin.
"Kehabisan nafas?" Tanya Shika tak mengerti.
"Kalau HnI masuk dunia manusia tanpa izin, nafasnya akan terbatas," kata Rin.
"Berapa lama nafas itu bertahan?" Tanya Rani panik.
"Kalau dihitung, Toni terlempar ke sini kemarin jam 21 : 45, kalau dihitung sampai sekarang, nafasnya cuma tinggal 7 menit lagi," kata Rin.
"7 menit?!" Shika dan Rani panik.
"Kalau dia tidak dikirim segera ke dunia HnI, dia bisa mati," kata Rin.
"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Rani.
"Ada satu cara untuk mengirimnya kembali," kata Rin.
Rani dan Shika menatap Rin dengan diam.
To Be Continued...
OC of the day:
Nama: Rani Heartsterling
Ulang tahun: 20 September
Ras: manusia
Umur: 14 tahun
Folongan darah: A negatif
Kelamin: perempuan
Tinggi: 165 cm
Berat: 55 kg
Guild: -
Rekan: -
Warna rambut: ungu
Warna mata: hitam
Sifat: periang, baik hati, kadang usil
Hero: Iron Knight
