A Kurosaki and Ishida family poetry. Hope you like it!
Please enjoy this story, minna!
Black
Seperti bintang yang redup karena kehilangan sumber cahayanya, jalan dari setiap impiannya, disertai rasa bersalah yang begitu dalam. Ichigo Kurosaki kecil berjalan gontai menyusuri bantaran sungai.
Tempat ia melihat dengan dua mata kepalanya sendiri, bagaimana sang mentari menghembuskan nafas terakhir.
Tempat anak laki-laki kecil itu menyaksikan sendiri, begitu tidak berdayanya ia sampai orang yang paling ia lindungi pun meregang nyawa dalam pelukannya.
Bercak darah yang mengotori jas hujannya menjadi bukti, dan rintik hujan deras kala itu menjadi saksi.
Tujuh belas Juni menjadi memori.
Tujuh belas Juni menjadi awal Ichigo Kurosaki belajar menjadi mentari.
Tujuh belas Juni… Ichigo Kurosaki mencambuk dirinya sendiri dengan rasa bersalah bahwa ia penyebab setiap tangis dari Yuzu, setiap ekspresi kesepian dari Karin, dan setiap ukiran wajah sendu dari ayahnya.
Kaki-kaki kecil itu seperti tidak mengenal lelah untuk melangkah, meski hanya berputar terus di bantaran sungai, meski hanya berputar terus seperti rasa bersalahnya yang takkan pernah mati.
Anak itu rindu… akan sentuhan lembut sang ibu, akan senyum cerahnya, akan setiap kata-katanya, akan setiap kehadirannya,
Hingga suatu saat ia sadar, pencarian untuk menebus rasa bersalahnya sama saja seperti mencoba untuk menusuk jantung sendiri tanpa ingin mati.
-June 17-
[Memories in everything but the rain]
Bleach © Tite Kubo
Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini
White
Kalau harus berdoa sampai mulut berbusa, maka Uryuu Ishida kecil akan melakukannya.
Kalau harus bersujud di kaki ayahnya demi kesembuhan sang ibu, maka Uryuu Ishida akan melakukannya.
Kalau harus menukar nyawanya dengan sang ibu pun, maka Uryuu Ishida akan melakukannya.
Anak laki-laki berkaca mata itu memandang nanar sang ibu yang terkulai lemas di atas tempat tidur Rumah Sakit. Di kiri dan kanan tubuh lemah wanita itu ada berbagai macam alat medis yang membantunya untuk tetap bernafas dan bertahan hidup.
Tujuh belas Juni, ibunya tumbang tak sadarkan diri.
Tujuh belas Juni, seusai mengajarinya untuk berhenti membenci ayahnya.
Tujuh belas Juni, Uryuu Ishida mulai membenci dirinya sendiri karena tidak bisa berguna untuk siapapun.
Ia menangis ketika sang ibu dinyatakan koma, namun teman sekolahnya tak ada yang tahu. Ia terpukul ketika sang ibu tidak ada lagi di rumah untuk menyambutnya dengan hangat, namun semua orang di sekitarnya tak boleh tahu.
Uryuu Ishida kecil mulai belajar untuk menyimpan rapat-rapat perasaannya tanpa ingin ia bagi untuk siapapun.
Sama seperti ayahnya, sama dinginnya seperti laki-laki yang sangat mencintai ibunya, namun tak pernah ditunjukkan dengan jelas. Tapi, sekali lagi, Kanae Ishida tidak pernah sekalipun mengajarinya untuk membenci Ryuuken Ishida.
Kanae Ishida hanya mengajarinya pekerjaan rumah tangga, memasak, menjahit, dan pekerjaan perempuan lainnya…
…hingga kelak jika Uryuu harus keluar dari kediaman Ishida, ia takkan lagi berpikir ribuan kali bagaimana cara untuk mengurus dirinya sendiri. Ia telah menjadi anak yang mandiri.
-OWARI-
Dari Mbah Wiki:
Prose poetry is a hybrid genre that shows attributes of both prose and poetry.
#curhat: Pertama Cha posting ini di Tumblr dan sekarang pengen posting juga di FFn. Hihihi… maaf Cha labil. *mojok*
Cha kangen sama kehadiran Grimmjow di Bleach. Hiks. Adakah dari teman-teman yang menunggu si bad boy ini?
Nee, mind to RnR, readers?
