"Hoaahm."

Jaemin meloloskan suara menguap dengan tanpa beban, tanpa rasa malu. Baru beberapa minggu dia mulai berkuliah, tapi semuanya sudah terasa begitu membosankan. Tiap melangkahkan kaki masuk ke ruang kelas, dia sudah bertanya-tanya kapan dia bisa pulang, kembali ke kamar, dan bergelung di balik selimut.

"Tutup mulutmu, Na," kata Renjun yang duduk di sebelah kanannya. Dia terlihat menggelengkan kepalanya yang mana Jaemin respons dengan kekehan.

"Hehe. Ngantuk, Njun." Dia lalu mulai membenarkan posisi duduknya, berniat dan berharap kali ini dia bisa lebih memerhatikan dosennya menjelaskan.

Baru ketika dia membenahi isi mejanya yang berserakan barang-barang yang tidak berhubungan dengan pelajaran, ada sebungkus permen mendarat di atas mejanya dari sebelah kanan. Dari kanan paling ujung, sepertinya. Jaemin dan Renjun langsung melongokkan kepala untuk melihat siapa yang kira-kira melemparinya permen.

Oh, si yang namanya Jeno. Dia melambaikan tangannya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Jaemin ketika Jaemin terlihat bertanya, "Ini permen buat siapa?"

"Biar nggak ngantuk," bisik Jeno (mereka masih di kelas. Ingat?), yang lalu juga melemparkan satu permen lagi untuk Renjun.

"Hehe, permen kopi," gumamnya senang seraya membuka bungkus permennya. "Tapi kalau biar nggak ngantuk sih, lebih manjur yang asam-asam menurutku."

Jaemin hanya asal bicara. Dia hanya melontarkan kata-kata yang terpintas dalam kepalanya tanpa memikirkan apa yang kira-kira akan dilakukan orang yang duduk di sebelah kirinya. Tepat di sebelah kirinya.

"Kamu mau permen asam?" tanya orang yang di sebelah kirinya itu. Jaemin menolehkan kepalanya dan melihat teman sekelasnya yang lebih tua setahun darinya. Mark namanya.

"Eh, nggak kok, hyung." Jaemin menggelengkan kepalanya pelan, tapi kemudian dia mendapati permen kopi yang didapatnya dari Jeno itu sekarang sudah tidak ada di tangannya. Diambil Mark rupanya. Dimakan Mark juga rupanya. "Permenku!" Jaemin memekik tertahan. Permennya dimakan Mark!

"Mau yang asam kan? Aku punya vitamin C." Mark merogoh isi kantong tasnya dan mengeluarkan satu bungkus vitamin C dari sana. Oh, dia menukar permen kopi dengan vitamin C.

Jaemin tersenyum sumringah dan segera mengucapkan terima kasih sambil menengadahkan sebelah tangannya, dengan ekspektasi Mark akan segera meletakkannya di sana.

Tapi bukannya melakukan hal demikian, Mark justru membukakan bungkusnya dan langsung memasukkan kaplet kuning itu ke dalam mulut Jaemin yang sempat terbuka karena memberitahu Mark kalau dia bisa membukanya sendiri, jadi Mark tidak perlu repot-repot.

"Aseeem..." dia mengernyitkan kening merasakan rasa asam mulai menjamah lidahnya. Memang benar kalau yang asam-asam itu lebih membuatnya bangun.

Mark tersenyum simpul. "Sudah nggak ngantuk?"

"Nggak. Makasih, hyung." Jaemin memamerkan deretan giginya yang manis dan rapi pada Mark. Dia mulai bisa memerhatikan penjelasan guru dengan lebih baik.

Renjun? Renjun sudah merasa cukup dengan permen kopi. Dia sudah cukup fokus memerhatikan penjelasan dosennya tentang SDG dan MDG, kalau bukan gara-gara dia baru saja menyadari Mark sekarang sedang adu tatap dengan si yang melemparkan permen kopi itu, Jeno. Atau lebih tepatnya, Mark memamerkan senyum kemenangan sementara Jeno terlihat menatap nyinyir.

Ini hampir terjadi tiap hari, dan barangkali sekarang semua orang di kelas sudah sadar soal adanya sebuah kompetisi di kelas.

Semua orang kecuali satu. Jaemin, yang adalah fokus utama dari kompetisi antara Mark dan Jeno.

Renjun menghela napas. Apalagi ketika dia lihat Jaemin benar-benar sudah sangat fokus mendengarkan dosen, tidak menyadari kalau di belakangnya sedang terjadi sebuah ajang saling menyumpah.

"Na, belajar lebih peka lagi kan nggak ada ruginya."

"Ha? Soal apaan nih?"

"Nggak."

.

end.

wah. gimana ya. hm hm.