Title: Glamorous Day
Author: Kokoro Orihara
Chapter: - (Oneshot)
Genre: Angst, Romance
Pair: Reita x Ruki (the GazettE), Hyde x Tetsu (L'Arc~en~Ciel)
Rating: T
Enjoy~~~
Seorang pemuda mungil terlihat tengah mengikuti kegiatan rutin sarapan pagi bersama kedua orang tuanya. Pemuda manis itu tampak lahap memakan masakan buatan Ibunya.
"Kau yakin bisa berangkat sekolah sendirian?" tanya Hyde, sang Ibu khawatir.
"Apa kau perlu diantar Ayah?' timpal Tetsu. Ruki menggeleng pelan.
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Toh sekolah sepi, paling juga hanya anak-anak yang mengikuti ekskul saja yang ada. Ayah dan Ibu tidak perlu khawatir OK?" balas Ruki riang. Hyde hanya tersenyum lembut dan membereskan bekas makan keluarga kecil itu.
"Jya~ Itekimasu!" pamit Ruki sambil melangkah keluar rumah.
"Hati-hati di jalan Taka!" balas kedua orang tuanya.
Taka berjalan menuju sekolahnya sambil bersiul. Sekolah di liburan musim panas? Mungkin hal aneh dan tidak biasa. Tapi, selama dua tahun bersekolah di Lamia Gakuen ia sudah sedikit terbiasa. Terima kasih kepada penyakit jantung lemah bawaanya. Ia tidak bisa bersekolah dengan normal. Berkali-kali ia harus absen karena tidak kuat masuk sekolah. Para guru dan wali kelas pun hanya bisa memakluminya.
Namun atas desakan Gackt-sensei selaku wali kelas, Taka harus mengikuti kelas tambahan selama liburan musim panas atau ia terancam tidak naik kelas 3. Taka bersiul mengikuti alunan lagu yang terdengar dari iPod-nya. Dan tidak beberapa lama kemudian ia sudah sampai di gerbang Lamia Gakuen yang lumayan megah itu.
Ruki melangkahkan kakinya melewati lapangan olahraga. Di sana ia melihat beberapa siswa yang mengikuti ekskul Tennis, Sepak Bola, dan Softball bermain dibawah terik matahari siang. Ruki menarik bibir manisnya membentuk sebuah senyuman yang terlihat sedikit sedih.
'Kapan ya aku bisa bermain seperti itu?' batinnya muram.
Ruki melirik jam tangan dan tersentak kaget saat waktu menunjukkan pukul delapan kurang lima menit. Okay, dia hampir telat. Dan seantero sekolah juga tahu Gackt paling anti anak telat. Dengan sedikit berlari-lari kecil ia melewati loker sepatu. Ia ingin berlari kencang layaknya remaja pada umumnya. Namun keinginan itu ditahannya kuat-kuat. Ia masih menyayangi jantung dan dirinya sendiri.
"S, Sumimasen!" ucap Ruki menggeser pintu kelasnya.
"Eh?"
Ruang kelas tampak sangat lowong. Hanya ada Gackt-sensei dan duduk santai di salah satu bangkunya. Gackt tersenyum –atau menyeringai- kepada Ruki. Guru tampan itu melambaikan tangan tanda ia menyuruh Ruki untuk mengambil tempat. Ruki pun menurut dan duduk tepat di sebelah Gackt-sensei.
"Ohayou, Matsumoto-kun." Sapa Gackt.
"O, ohayo Sensei. Sumimasen, aku telat." Balas Ruki gugup.
"Yah, kau beruntung aku tidak berkicau pagi ini. Sebenarnya tidak hanya kau yang mengikuti tambahan pelajaran lho~" ucap Gackt menata kertas yang ada di depannya. Ruki memiringkan kepalanya bingung.
"Namanya Suzuki Akira. Semua anak memanggilnya Reita. Kau tahu? Cowok yang kemana-mana memakai noseband itu lho." cerita Gackt.
"Ah, maaf sensei, aku tidak ingat." Balas Ruki merasa bersalah.
"Yah, wajar sih. kalian adalah dua siswa-ku yang tidak pernah masuk sekolah. Jadi tidak heran kalau kau tidak tahu soal Reita." Gackt mengangkat bahu dan beranjak.
"Oh…. Lalu dimana dia sekarang?"
"AHA! Pertanyaan yang bagus~~ DIA BELUM DATANG~ DAN AKU SUDAH MENUNGGU MAHLUK NOSBEN TIDAK TAHU DIRI ITU." sindir Gackt. Ruki tertawa garing.
'GREEKK!'
"Curhat?" tanya sebuah suara membalas sindiran Gackt. Ruki menoleh. Dan pandangannya langsung tidak mau lepas dari sosok pemuda pirang yang memakai noseband.
"KUFUFUFU! TELAT!" sergah Gackt kelas.
Reita mengangkat bahu cuek dan ngeloyor masuk. Ia pun refleks mengambil tempat tepat di sebelah Ruki. Yup, tempat dimana tadi awalnya Gackt duduk di sana. Gackt menghela nafas berat dan menatap kedua murid uniknya itu.
"Reita, kenalkan. Namanya Matsumoto Takanori." Ucap Gackt.
"A, a panggil saja Ruki." Balas Ruki malu-malu. Diulurkannya tangan mungil itu. Reita menatap Ruki dan menjabat tangan Ruki, membuat pemuda itu sedikit salah tingkah.
Reita hanya diam dan mengangguk menanggapi sapaan Ruki. Mereka pun mengikuti pelajaran yang disampaikan Gackt dengan tenang. Sesekali ia mencuri pandang pada cowok yang memiliki banyak luka lecet di tubuhnya itu.
Gackt tidak dapat menahan senyuman saat tahu Ruki sesekali mencuri pandang. Ia merasa keputusannya untuk menyatukan kedua murid spesial-nya ini tidak sepenuhnya salah. Reita masih dengan cuek menopang dagu dan memperhatikan Gackt mengajari mereka matematika. Gackt memang seorang wali kelas yang handal. Meski ia adalah guru fisika, ia mampu menyesuaikan perannya dalam mengajari Ruki dan Reita.
KRING~~
"Ah? Sudah jam segini?" tanya Gackt mengalihkan pandangan pada jam dinding.
"Baiklah, kalian boleh istirahat." Ucap Gackt mengakhiri pelajaran.
Sepeninggal Gackt, Reita dan Ruki masih saja saling diam dan tidak menyapa. Ruki dengan canggung membuka bekalnya. Ia tidak sadar kalau Reita memperhatikan gerak-geriknya itu. Sejurus kemudian Reita sedikit terkekeh geli saat Ruki dengan imutnya menjatuhkan sendok. Si mungil nan manis itu pun buru-buru mengambil sendok yang jatuh dan mengelapnya.
"A, Ah maaf, apa ada yang salah?" tanya Ruki menyadari tingkah aneh Reita.
"Um, tidak ada. Kau lucu." Jawab Reita jujur. Pipi chubby Ruki merona dibuatnya.
Pemuda mungil itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari Reita dan kembali fokus dengan bekalnya.
"Hei, boleh aku bertanya?" ucap Reita. Ruki yang melahap sosis 'gurita'-nya mengangguk. Reita dengan sekuat tenaga menahan tawa saat melihat tingkah menggemaskan Ruki.
"Yah, kenapa Gaku menyuruhmu ikut bimbel ini? Kurasa kau bukan tipe anak pembangkang yang hampir tiap hari bolos." Sambung Reita kembali menopang dagu. Ruki menelan sosis yang dikunyahnya.
"Aku sakit." Jawab Ruki singkat.
"Sampai harus bolos berhari-hari?" Ruki mengangguk.
"Apa Gaku-sensei tidak memberi tahu?" Ruki balik bertanya. Dan gantian Reita menggelen.
"Tubuhku lemah. Aku memiliki penyakit jantung bawaan. Aku dilahirkan premature, mengingat Ibuku laki-laki dan beginilah hasilnya. Aku tidak kuat sekolah." Jelas Ruki.
"WHOA! Ibumu laki-laki?" Ruki mengangguk singkat. Yup, ia sudah terbiasa dengan reaksi orang saat mengetahui bahwa ia dilahirkan oleh pria.
"Ibu hermaphrodite." Ucap Ruki.
"Wow… SUGOI!" Reita tertawa lebar. Ruki tersenyum senang. Selama ini orang akan menganggapnya aneh atau gila saat membeberkan rahasia orang tuanya.
"Lalu kenapa tidak home schooling saja?" usul Reita asal ceplos.
"Ah, sejak SD aku ini 'sekolah' di rumah. Tapi aku bersikeras untuk masuk SMA biasa. Aku ingin bisa menikmati rasanya jadi pelajar normal. Tapi hasilnya, aku malah merepotkan orang tua dan guru…" jawab Ruki menunduk.
'pluk'
Reita menepuk lembut kepala Ruki dan tersenyum. Ruki gelagapan dan memalingkan wajahnya.
"Tindakanmu tidak salah sih. Yang kau butuhkan hanya tekad. Tapi, yang kau lakukan ini namanya nekad. Tapi, aku menghargai keinginanmu." Komentar Reita. Ruki mengembangkan senyuman manisnya, membuat Reita jadi ikut gelagapan.
Sementara Gackt yang sedari tadi mengawasi keduanya hanya tersenyum penuh arti.
'Setidaknya aku bisa membahagiakan putramu Hyde.' Ucap guru tampan itu.
==x==
Dan begitulah setiap harinya. Rutinitas baru Ruki saat ini adalah berangkat sekolah, bertemu Reita dan Gackt, belajar, bercerita banyak pada Hyde dan Tetsu. Awalnya mereka sempat khawatir kalau-kalau Ruki tidak kuat. Namun mendengar cerita Ruki tiap hari membuat rasa khawatir itu mulai menguap.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya Tetsu untuk kesekian kalinya. Ruki menelan makanannya dan tersenyum riang.
"Menyenangkan! Gackt-sensei masih sering beradu mulut dengan Reita." Jawab Ruki senang. Tetsu tersenyum. Hyde menatap purta tunggalnya dengan pandangan yang tak dapat dimengerti. Seolah ada perasaan sakit, sedih, takut, bercampur dengan lega dan bahagia.
"Ibu?" panggil Ruki khawatir.
"E, eh? Ada apa Ru?" balas Ibunya tersenyum.
"Apa Ibu baik-baik saja? Ibu tadi melamun." Tanya Ruki. Hyde menggeleng.
"Tidak, Ibu baik-baik saja kok~" balas Hyde mencoba sedikt riang. Meski ragu Ruki ikut tersenyum.
"Apa bekalmu tadi cukup?" tanya Hyde mengalihkan pembicaraan.
"Sebenarnya iya." Jawab Ruki meraih daging yang ada di depannya.
"Sebenarnya?"
"Reita bilang makanku tidak cukup. Kalau aku mau kuat sampai sore, katanya aku harus menambah bekalku. Tiba-tiba dia membelikanku susu dan roti." Ujar Ruki sedikit tersenyum mengingat kejadian tadi siang.
Tetsu dan Hyde saling berpandangan. Sorot mata takut terpantul dalam manik cokelat Hyde. Tetsu menepuk pelan bahu istrinya, sementara Ruki menyudahi makan malamnya.
"Ayah, Ibu, aku duluan~ Ada PR yang harus kukerjakan." Pamit Ruki.
Sepeninggal Ruki, Hyde membereskan bekas makan malam mereka. Tetsu pun ikut membantu membawa piring-piring kotor untuk dicuci Hyde. Setelah meletakkan piring, Tetsu meraih pinggang Hyde dan membawa pria mungil itu dalam kehangatan.
"Apa yang kau takutkan Hyde?" tanya Tetsu lembut.
"Tetsu….. Aku takut saat Ruki bercerita tentang anak bernama Reita itu…. Aku takut kalau nantinya dia akan jatuh cinta. dan mengalami hal yang sama dengan kita…" jawab Hyde sedikit gemetar.
"Kenapa harus takut Hyde? Cinta itu tidak memaksa. Sepertinya Reita anak baik. Kau lihat bagaimana Ruki bercerita bukan?" balas Tetsu.
"Tapi…"
"Hyde, biarkan saja mereka. Baru kali ini Ruki bisa sesenang ini masuk sekolah." Potong Tetsu akhirnya.
Hyde mengangguk mengerti. Sesekali ia harus mengerti bagaimana putra tunggalnya menikmati hidup. Dalam hati kecilnya, ia memang takut kalau Ruki akan digunjing seperti dirinya, di kucilkan oleh masyarakat sekitar.
==x==
"Kenapa Rei-kun ikut pelajaran tambahan?" tanya Ruki di sela makan siang mereka.
"Eh? Gaku tidak memberitahumu?" Reita malah balik bertanya. Ruki menggeleng.
"Hhh…. Kau tanya saja dia."
"Apanya yang tanya siapa?" tanya Gackt yang tiba-tiba sudah duduk di dekat Ruki.
"S, SENSEEEEEIII?" pekik keduanya sedikit Shock.
"Ada apa sih?" Gackt makin tidak mengerti.
"Sumpah, kau mirip hantu." Goda Reita.
'JTAK!'
"ITTAI!" Reita memegang ubun-ubunnya yang baru saja dijitak Gackt.
"E, etto, aku ingin tahu kenapa Reita juga harus mengikuti pelajaran ini." Ruki akhirnya membuka mulut.
"…."
"…."
"…."
.
"BWAHAHAH!" Gackt tertawa keras. Bahkan saking kerasnya ia hampir menangis.
"A, apaan sih?" tanya Reita tidak nyaman.
"K, kau? Kau tidak memberitahunya apapun Rei? You're not a gentleman!~" ejek Gackt.
"URUSAI!" Reita membantah sambil malu-malu. Gackt kembali tertawa.
"Anoo…. Aku adalah orang yang tidak mengerti apapun di sini…." Ruki menyahut pelan.
'Pok'
Reita menepuk kepala Ruki (lagi). Meski tertutup noseband, tidak dapat dibantah kalau wajah malu-malu Reita itu menarik. Ruki tersenyum geli saat Reita dengan malu-malu menepuk kepalanya.
"Reita itu tidak pernah masuk sekolah. Ia masuk sekolah paling lama seminggu. Itu pun selang-seling" Ucap Gackt akhirnya. Ruki membulatkan mulutnya.
"Aku tidak bolos dan bermain-main seperti yang kalian kira." Sambung Reita malas.
"Lalu?" Ruki bertanya tidak sabar. Reita menyeringai.
"Cari tahu saja sendiri, Chibi." Jawab Reita jahil.
"A, AKU TIDAK CHIBI!" Ruki memekik kesal. Ia menggembungkan pipinya membuat Gackt dan Reita tidak tahan untuk tidak tertawa dan mencubit pipi menggemaskan Ruki.
Setelah menghabiskan makan siang, Reita dan Ruki kembali masuk ke pelajaran. Diam-diam Ruki masih melirik pemuda yang duduk di sebelahnya itu. ia masih penasaran kenapa Reita harus bolos sekolah.
'DEG!'
"Uhhh…" bisik Ruki pelan.
Ia meremas dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri. Nafasnya memburu. Ia meletakkan kepalanya lemas di atas meja. Reita yang melihat keadaan aneh Ruki pun segera menghampiri pemuda mungil itu.
"H, hei kau kenapa?" tanya Reita khawatir. Ruki hanya menggeleng pelan tanda Reita tidak perlu khawatir. Gackt pun juga ikut menghentikan kegiatan menulisnya dan menghampiri Ruki.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Tiba-tiba ia seperti ini." jawab Reita. Gackt memeriksa suhu tubuh Ruki dan merasakan tubuh Ruki mendingin.
"Kau baik-baik saja Ru?" tanya Reita lagi.
"Y, ya…. Hanya butuh sedikit istirahat." Jawab Ruki sedikit terengah.
"Kau yakin?" belum sempat Ruki menjawab, kesadarannya menurun dan semuanya menjadi gelap….
'BRAK!'
"RUKI!"
-T o B e C o n t i n u e-
