SachiMalff Proudly Present

"OUR SECRETARY"

Disc : Mereka milik diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan Tuhan YME. EXO milik SME. This plot is mine.

Warning : YAOI. Typos. Gaje. Terispirasi dari film lawas The Proposal (Sandra Bullock and Ryan R) walau cerita ini sangat jauh dari film-nya. Kan hanya terinspirasi ehehe.

Cast :

MainCast : Oh Sehoon/Xi Luhan (HunHan).

OtherCast : Park Chanyeol/Byun Baekhyun (ChanBaek). Kim Jongin/Do Kyungsoo (KaiSoo). Wu Yi Fan/Huang Zi Tao (KrisTao).

Length : 2437 of Chap 1

.

.

EXO's FanFiction (YAOI or BoyXBoy)

.

.

Persecution Corp. adalah gabungan dari dua perusahaan raksasa di Korea Selatan. Satu bernama Persemithal Company dengan pemiliknya yaitu Park Chanyeol, dan satunya lagi adalah Lecution Company milik Oh Sehun. Kini, kedua bos muda itu tengah menghadiri rapat khusus yang diadakan oleh penguasa Persecution Corp.

"Direktur berkata bahwa bagian personalia harus melakukan penyegaran karyawan. Maka dari itu, diharap kedua perusahaan dalam naungan Persecution Corp. membuat iklan sehubungan dengan hal tersebut. Dan—"

Park Chanyeol, pemuda bertubuh tinggi gagah sedang menguap malas mendengar ocehan tak jelas di depannya itu. Sementara Oh Sehun, yang duduk di sampingnya, nampak acuh tak acuh mendengarkan keterangan dari kepala bagian personalia Persecution Corp. yang sedang memimpin rapat itu.

"Hey, Sehun?" panggil Chanyeol seraya mencondongkan tubuhnya kearah Sehun di samping kirinya.

"Hm?"

"Aku bosan."

"Sama."

Keduanya menghela napas lelah. Mereka bisa saja bosan setengah mati karena rapat bulanan ini, tapi—mereka tetap tidak bisa pergi meninggalkan ruangan itu begitu saja. Mereka sudah bukan anak SMA yang hendak membolos saat pelajaran Matematika, bukan.

Kepala bagian personalia itu menutup laporannya, pandangannya teralihkan kearah Sehun dan Chanyeol yang sedang menopang dagu. Beberapa orang—yang sejatinya hanyalah bawahan Chanyeol dan Sehun—lainnya sudah menarik diri dan bergegas menyelesaikan pekerjaan mereka. Kini, hanya tinggal mereka bertiga.

"Tuan Park, Tuan Oh, apakah kalian sudah paham?"

Chanyeol dan Sehun memutar matanya secara bersamaan.

"Kai, jangan sok formal."

Sehun mengangguk mendengar kalimat Chanyeol di sampingnya.

Kepala bagian personalia yang tak lain adalah Kim Jongin, atau akrab disapa Kai itu, mendengus pelan pada Chanyeol. "Setidaknya aku harus menunjukkan loyalitas di depan kalian."

"Disini tidak ada si PresDir mesum itu."

"Tetap saja."

"Sehun benar, Kai. Tidak ada atasan mesummu itu, berarti disini kita berstatus teman."

Kai mengibaskan tangannya. "Terserahlah."

Kai menata kembali dokumen-dokumen yang tadi dia paparkan di depan ruangan rapat, kemudian bangun dari tempat duduknya. "Aku harus pergi. Sampai jumpa, Chanyeol, Sehun."

Sehun dan Chanyeol mengangguk. Sehun langsung menggeliat tak nyaman dalam duduknya, sementara Chanyeol telah merenggangkan otot-ototnya yang mulai kaku.

"Jadi—bagian mana yang akan kau rombak, Sehun?"

"Mungkin bagian akuntan. Kau?"

"Bagian marketing. Kerja mereka kurang maksimal."

Sehun mengangguk dan menyenderkan tubuhnya ke kursi yang ia duduki. Kali ini, pasti mereka berdua akan lembur...

.

.

.

"Pecat beberapa pegawai yang ada dalam laporan ini. Lalu buat iklan untuk menarik pegawai baru di bidang Akuntan. Usahakan kau mendapatkan orang yang benar-benar sesuai kriteria. Aku tunggu laporanmu paling lambat Jumat."

Sekretaris wanita di depan Oh Sehun mengangguk setelah mendengar tugas utama di hari Senin yang cerah itu.

"Baik, Pak. Saya akan segera melaksanakannya."

Sesaat setelahnya, sekretaris cantik muda itu berlalu dari ruangan sang bos.

"Sialan si PresDir itu. Karenanya, mungkin minggu kali ini akan jadi tambah berat. Ugh! Aku ingin libur..." Sehun menggerutu sambil mengusap wajahnya lelah.

.

.

.

Lain dengan Perisemithal Company, kini Chanyeol sedang berusaha untuk menekan nafsu birahinya ketika sang sekretaris muda itu berdiri tepat di depannya. Bagaimana tidak? Sekretaris seksinya itu kini sedang menggunakan rok super mini yang akan menampakkan pahanya yang putih mulus, serta baju atasan ketat berwarna merah menggoda, membuat seorang Park Chanyeol ingin seka—

"Maaf, Pak?" Sang sekretaris menyadarkan Chanyeol dari pikiran super joroknya. Pemuda itu terlihat salah tingkah barang sejenak, namun, kemudian ia bisa menguasai raut mukanya lagi.

"Ehmm—Naihyun, tolong lakukan perombakan di bagian Marketing. Suruh kepala Marketing untuk melakukan penilaian dan pengamatan secepatnya atas kinerja karyawan mereka. Pecat beberapa yang tidak bekerja maksimal, kemudian buatkan aku iklan untuk merekrut karyawan baru."

Naihyun tersenyum menggoda. "Baik, Pak. Akan saya laksanakan secepatnya."

Sekretaris bernama Naihyun itu lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.

"Emm—Naihyun, sebentar. Besok bisa temani aku makan siang?"

.

.

.

Beruntungnya Sehun yang punya bawahan cekatan seperti mereka-mereka itu. Beberapa jam saja setelah dia memberikan perintah, iklan lowongan pekerjaan di perusahaannya sudah tersebar di semua media elektronik.

Job Vacancy

Dibutuhkan karyawan di bidang akuntansi untuk mengisi jabatan kosong pada bidang akuntan di perusahaan Lecution Company.

Seorang pemuda berambut hitam legam membaca sebuah iklan yang tertera pada koran harian yang menjadi langganannya sambil mengunyah roti sebagai sarapan paginya.

"Apa yang kaubaca, Soo?"

Pemuda itu menghentikan kegiatan membacanya dan menoleh ke sumber suaranya. Dilihatnya kini sang kakak sudah bersiap dengan pakaian rapi, berjalan menghampirinya.

"Aku sedang membaca koran. Kurasa ini cocok untukmu."

Xi Luhan, kakak dari Do Kyungsoo itu, mengambil koran dari tangan sang adik, lantas membacanya.

"Mungkin. Tapi—aku tak yakin. Ini perusahaan besar, Soo."

Kyungsoo mendengus kesal. "Kau kan pintar. Lulusan universitas terbaik di luar negeri. Nilaimu juga tinggi. Mana mungkin mereka tak mengambilmu? Ayolah, Hyung. Coba saja!"

Luhan tampak mengernyit mendengarnya, kemudian mendesah lelah. Apa salahnya juga jika dia mencoba?

"Baiklah. Aku akan mendaftar nanti siang. Kau bisa jaga rumah, kan?"

Kyungsoo menampilkan angelic smile-nya, kemudian mengangguk mengiyakan.

.

.

.

"Kau serius akan kesini?"

Byun Baekhyun mengangguk antusias. "Aku akan mencoba bekerja pada bidangku!"

Huang Zi Tao, sahabat Byun Baekhyun, menghela napas bosan. "Ini sudah kesembilan kalinya kau mengatakan akan melamar pekerjaan, dan kau selalu berakhir pulang dengan air mata karena ditolak."

Baekhyun mencebikkan bibirnya. "Itu dulu! Sekarang, aku janji, aku akan mendapatkan pekerjaan ini!"

"Tapi ini perusahaan besar, Baek. Persemithal Company? Kau yakin?"

"Sangat yakin! Aku akan mendapatkannya!"

Tao memutar matanya bosan. "Terserah kau saja, Baek."

"YAK! Tao! Kau mau kemana?! Kau harus mengantarku ke perusahaan ini!"

"Pergi saja sendiri, aku mau tidur."

"Tao! Aku tak berani kesana sendirian! Aku buta arah!"

.

.

.

Sehun sedang memeriksa laporan atas para pelamar yang datang ke kantornya. Total ada dua puluh pelamar. Sebagian besar adalah perempuan.

Sehun mengangguk ketika matanya sesekali ketika ia memeriksa latar belakang para pelamar di bagian akuntan-nya.

Pada saat ia memeriksa berkas-berkas tersebut, matanya tertuju pada salah satu foto yang tertempel disana.

Sedetik kemudian, dia mengangkat gagang telepon yang ada di depannya. "Camelia, segera ke ruanganku."

Setelah menutup telepon itu, pintu ruangannya terketuk pelan sebelum seorang wanita dengan pakaian minim berjalan mendekatinya. Sesekali, wanita itu mengerling nakal, mencoba menggoda atasannya yang bahkan tak melirik kepadanya.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyanya dengan nada yang sedikit berlebihan.

Sehun berdecak kesal, kemudian berbicara pelan. "Aku ingin kau memanggil pelamar ini untuk segera ke ruanganku. Sekarang."

Sekretarisnya yang bernama Camelia itupun mengernyit heran. "Tapi, Pak. Ini tugas bagian Personalia."

Sehun mengibaskan tangannya acuh. "Segera lakukan apa yang aku suruh."

"Tapi, Pak, menurut ketentuan perusahaan di—"

"Camelia! Aku atasanmu dan penguasa perusahaan ini. Peraturan bisa kuubah kapanpun aku mau, dan sekarang cepat kau lakukan tugasmu!"

Camelia tersentak, namun kemudian menyeringai nakal. "Oke—Bos Sehun."

Sehun mengangkat kedua alisnya heran. Bagaimana bisa bawahannya bisa bersikap begitu tak sopan dan berlebihan seperti itu?!

Beberapa menit kemudian, pintu ruangannya kembali terketuk pelan. Sehun mengangkat wajahnya yang tenggelam dalam berkas-berkas yang baru ia baca.

"Masuk."

Sepersekian detik setelah ia menggumamkan kata "masuk", pintu itu terbuka. Sehun menatap tajam pada seorang pemuda yang kini sedang menutup pintu itu.

Pandangan mereka bertemu sejenak. Sang pemuda membelalakkan matanya ketika Sehun menatapnya dari tempat duduknya.

"Selamat datang di Lecution Company. Silakan duduk," ujar Sehun dengan nadanya yang biasa.

Pemuda itu langsung terkesiap ketika mendengar nada bicara Sehun. Dengan canggung, ia langsung berjalan kearah Sehun.

Sehun mempersilakan pemuda itu untuk duduk di sebuah bangku yang tepat berada di depannya. Pemuda itu duduk dengan patuh, namun masih tak mau menatap Sehun. Wajahnya ia tundukkan teramat dalam.

"Jadi—kau berniat melamar pekerjaan disini?"

Pemuda di depan Sehun tersebut mengangguk tak yakin.

"Kau lulusan Oxford? Kau kuliah disana?"

Pemuda itu tak menjawab pertanyaan Sehun, ia malah terdiam kaku seraya meremas kemeja yang ia kenakan sekarang.

"Jadi—selama ini kau berada di Inggris?"

"..."

Sehun mendesah lelah ketika lawan bicaranya sama sekali tak mau merespon pertanyaannya. Sosok calon bawahan yang menjengkelkan, bukan?

"Apa kau tahu? Aku mencarimu selama ini..."

.

.

.

Park Chanyeol memijat pelipisnya frustasi. Sementara pelamar pekerjaan yang sekarang sedang duduk di depannya, terlihat sedang tersenyum lebar seraya menatap ruangan di sekelilingnya saat ini.

Sama seperti Sehun, beberapa jam yang lalu Chanyeol memutuskan untuk menyeleksi sendiri karyawan-karyawan yang mendaftar di perusahaannya. Dia ingin mendapatkan karyawan yang seksi dan berbodi mulus, katanya. Setali tiga uang, sekalian dia mendapatkan suguhan enak.

"Jadi, namamu adalah Amber?"

"Yap!"

"Dan—kau yakin, kau bukan namja?"

Pelamar di depannya mengernyit tak suka. "Tentu saja! Aku wanita tulen."

"Tapi kau berdandan seperti lelaki! Jangan salahkan aku!"

Chanyeol menjerit frustasi. Dia kira, pelamar di depannya adalah wanita cantik dengan tubuh aduhai. Di foto juga nampak "cewek sekali". Tapi, kok kenyataannya—

"Kau bisa keluar..."

"A—APA?!"

"SELANJUTNYA..."

Pelamar bernama Amber itu berdiri dengan muka heran. "Lalu—aku... bagaimana?"

"Maaf, mungkin lain kali. Cepat pergi. Aku harus menyeleksi dua puluh pelamar lagi."

Muka Amber nampak memerah. Entah karena malu atau marah. Dia meninggalkan Chanyeol dengan menghentakkan kaki—dan berakhir dengan bantingan pintu.

Chanyeol mendengus kesal. Andai saja si Amber ini mau berpakaian "cewek sekali" seperti kekasihnya dan tidak bertingkah seperti lelaki, maka—

"Permisi..."

Lamunan Chanyeol membuyar ketika ada seorang pelamar lain yang sekarang sudah membuka pintu ruangannya dan mulai berjalan riang kearahnya.

Mata Chanyeol membulat seketika. Mulutnya terbuka lebar, untung saja air liurnya tak ikut keluar. Matanya dengan jeli mengikuti pergerakan orang yang sedang melangkah menuju kearahnya itu. Dia—terpesona.

Tanpa dia sadari, orang yang membuatnya memikirkan hal-hal aneh itu ternyata sudah mendudukkan dirinya di kursi di depan Chanyeol.

"Saya mendaftar untuk bagian Marketing."

Kalimat itu menyadarkan Chanyeol dari imajinya. Dia terhenyak, kemudian, dengan kikuk, ia mulai membuka berkas milik si pelamar ini.

"Jadi—namamu Byun Baekhyun?"

"Benar sekali."

"Dan kau adalah seorang namja?"

"Iya."

"Bukan yeoja?"

"Tentu saja! Pertanyaan konyol macam apa itu."

Chanyeol kembali tersentak ketika dia mendengar tawa merdu dari Baekhyun. Tanpa dia sadari, pandangannya langsung terpaku pada wajah sempurna nan indah milik Baekhyun.

Dan orang yang ia pandangi malah mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Uhm—ada apa?"

Chanyeol gelagapan ketika dia kepergok sedang menatap pemuda di depannya. "T—tidak. Tak ada."

"Oh."

Chanyeol kembali menatap Baekhyun seperti seorang kucing yang sedang menatap ikan bandeng saja. Apa masih ada namja berparas cantik lebih dari dia, batinnya bertanya.

"Halo?" Baekhyun mengibaskan tangannya di depan wajah Chanyeol. "Kau dengar aku? Halo halo?"

"Kau diterima."

"Eh?! Secepat itu? Bahkan kita belum wawan—"

"Kau diterima jadi sekretarisku."

Mata Baekhyun membulat seketika. "A—apa? Tidak! Aku kan mendaftar di bagian Marketing!"

Chanyeol tersenyum lebar. "Tak apa. Yang penting kau dapat kerja, kan? Yang butuhkan kerja, bukan bagian pemasaran."

"Tapi—!"

Chanyeol mengabaikan teriakan Baekhyun, kemudian mengangkat gagang telepon di depannya.

"Naihyun, ke ruanganku segera."

/"Baik, Pak."/

Baekhyun masih mengernyit heran, kemudian mencoba menjelaskan. "Dengar. Aku datang kesini karena di koran jelas-jelas terbaca bahwa kau membutuhkan seo—"

"Anda memanggil saya, Pak?"

Baekhyun berhenti berbicara dan langsung melongok ke belakang. Naihyun, sekretaris Chanyeol, terlihat sedang berjalan kearah mereka setelah Chanyeol menganggguk padanya.

"Aku ada perlu denganmu."

"Maaf, Pak. Tapi jadwal makan siang kita berdua masih dua jam lag—"

"Ah! Bukan tentang makan siang..."

Naihyun mengernyit heran mendengarnya. "Lalu?"

Chanyeol tersenyum lebar. Kaki kanannya ia silangkan keatas kaki kirinya. Tangannya terjulur untuk mengambil sebuah kertas putih yang ia simpan di laci meja kerjanya.

"Bawa ini pada bagian personalia. Dan minta uang pesangon."

Naihyun masih membatu, ia tak menggubris kertas putih yang jelas-jelas ia ketahui apa isinya. Mulutnya membuka lebar, sama dengan bola matanya.

"A—apa? M—maaf, Pak. Ini mungkin kesalahan semata. Bu—bukankah kita ada janji makan berdua siang ini?"

Baekhyun mendelik jijik pada wanita yang kini berdiri di sampingnya itu. Chanyeol malah tertawa mendengar perkataan Naihyun.

"Kau benar. Berarti siang ini aku akan makan siang dengan—dia." Chanyeol menunjuk muka Baekhyun dengan bolpoin yang dia pegang.

Baekhyun melotot horor. "APA?!"

Naihyun, yang mungkin baru saja menyadari jika ada Baekhyun disana, langsung mengalihkan tatapan tajamnya pada Baekhyun. Iris matanya menggelap sempurna, membuat Baekhyun bergidik ngeri ketika dia menatap sang pemuda imut itu.

"Ya. Kau kan sekretaris baruku. Nah, Naihyun, kau bisa pergi ke bagian Personalia. Selamat pagi, semoga harimu menyenangkan."

"AKU MEMBENCIMU, PARK CHANYEOL!"

Chanyeol tertawa, kemudian melambaikan tangannya pada Naihyun yang meninggalkannya sembari menghentak-hentakkan kakinya sebal. "Sama-sama, Naihyun!"

Mata Baekhyun memicing tajam menatap Chanyeol. "Aku tak ingin jadi sekretaris bos mesum sepertimu."

Chanyeol angkat bahu tak peduli setelah tangan kanannya menggoreskan sebuah tanda tangan pada berkas Baekhyun. "Sudah sah. Kau sekarang menjadi sekretarisku. Kalau kau mengeluarkan diri, kau harus ganti rugi berjuta-juta."

"APA KATAMU?!"

.

.

.

Luhan pulang kerumah dengan wajah tertunduk lesu. Dia bahkan tak sempat mengucapkan salam ketika dirinya sudah membuka pintu rumah sewaannya.

Kyungsoo adiknya terlihat sedang tertawa kecil sambil makan popcorn dan menonton kartun Pororo kesukaannya. Ketika mendengar derap langkah menuju kearahnya, Kyungsoo menoleh dengan takut-takut.

"Oh Hyung! Kau mengagetkanku!"

Luhan melepas sepatunya dan menaruhnya ke tempat alas kaki, kemudian menatap Kyungsoo malas. "Maaf. Aku lelah."

Kyungsoo mengangkat alisnya heran ketika mendapati kakak tirinya itu datang dengan raut wajah yang tak biasa. Dia bahka berpikir bahwa—

"Apa—wawancaranya tak sukses?"

"Sukses. Aku di terima."

Kyungsoo makin mengernyit heran. "Lalu kenapa wajahmu seperti itu? Kau sakit? Ditodong penjahat? Dicegat preman? Atau apa?"

Luhan tertawa dan langsung mendudukkan dirinya di sebelah Kyungsoo di sofa ruang tengah. "Atasanku adalah seseorang yang ingin sekali kuhindari."

"Siapa?"

"Oh Sehun."

Raut wajah Kyungsoo mendadak berubah.

Oh Sehun.

Ingatan Kyungsoo melayang kembali ke belasan tahun silam. Partikel-partikel berisi memori yang mengendap dalam otaknya kini kembali hadir menyapanya. Belasan tahun yang lalu. Ketika ia masih kecil.

"Sehun! Sehun! Tunggu Kyungsoo!"

"Tidak mau! Sehun mau memetik bunga disana! Hyung tidak usah ikut!"

Kyungsoo kecil mengcengkeram tangan Sehun erat. Dia mencebikkan bibirnya lucu. "Kenapa Kyungsoo tak boleh ikut?!"

"Nanti kalau Hyung jatuh terpeleset kena lumpur aku tak mau memapahmu, Hyung..."

Kyungsoo makin mencebik. "Ya sudah! Ambilkan aku bunga mawar satu, ya!"

"Tidak, Hyung. Bunga mawarnya tinggal satu."

"Memangnya itu untuk siapa? Eomma-mu?"

Sehun beralih menatap Kyungsoo. "Untuk Luhan Hyung."

Kyungsoo kecil tercenang. Matanya menatap punggung Sehun yang berlari menjauhinya, memetik mawar merah itu dengan hati-hati sambil tersenyum secerah bunga matahari.

Mata Kyungsoo kecil berair. "Se—sehunnie..."

Untuk Luhan Hyung. Ini untuk Luhan Hyung. Itu baik untuk Luhan Hyung. Luhan Hyung tak boleh begini-begitu. Luhan Hyung harus ini-itu. Luhannie suka ini. Selalu Luhan. Selalu.

"Kyungsoo?"

"..."

"H—hei, kenapa kau menangis?"

.

.

.

Tao sedang memasak di dapur ketika dia mendengar suara pintu depan di banting keras. Dia melongokan kepalanya ke arah suara itu berasal, kemudian berdecak kesal. "Jangan biarkan kau mengganti pintu lagi karena ulahmu, Byunbaek!"

Baekhyun berjalan lelah kearah sofa di depan televisi.

Tao mengernyit menatapnya. Sejurus kemudian, dia langsung mengelap tangan kotornya, kemudian berjalan menghampiri Baekhyun yang sedang duduk sambil memejamkan mata.

"Tumben kau tak menangis saat kau ditolak."

Baekhyun tertawa kecil. "Siapa bilang aku ditolak?"

"Sudahlah Baek. Mukamu tertekuk seperti baju kusut begitu. Kau pasti ditolak lagi, kan?"

Baekhyun membuka matanya, kemudian menegakkan tubuhnya untuk duduk di samping sang sahabat. "Aku diterima."

"Serius kau diterima jadi—"

"—jadi sekretaris—"

"—jadi Market—apa? Sekretaris? Kenapa bisa?!"

Baekhyun menggeleng lesu. "Entahlah. Yang pasti, aku merasakan kalau setelah ini hidupku tak tenang lagi, Tao."

Tao mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah! Aku lupa! Aku sedang menyiapkan makan siang untukmu!"

"Lupakan. Aku sudah makan siang dengan bosku."

"APA?!"

TBC