YA-HA… Akhirnya selesai juga! Uwah… Aq gak nyangka ternyata susah banget.

Hontou ni arigatou buat semuanya yang udah baca dan review Devil Babysitter, dan yang minta sequelnya, akhirnya bisa aq selesaikan dengan bantuan teman-qu, meskipun aq gak bisa jamin hasilnya. Mungkin jelek banget.

Yah, pokoknya kami udah berusaha… Selamat menikmati

Disclaimer: Riichiro Inagaki & Yusuke Murata

Story: Mayou Fietry & Icha Yukina Clyne

Writen: Mayou Fietry

Sequel Devil Babysitter

"Kalau di masa depan nanti aku punya keluarga. Aku tidak mau anak-anakku merasakan hal yang sama sepertiku. Aku mau mereka tumbuh dalam keluarga yang sempurna….."

WAKARERU?

pair:Hiruma Y dan Mamori A

genre: family, drama

warning: OC, OOC, jelek, ancur, gagal, typo(maybe), sisanya bisa kalian nilai sendiri

Chapter 1


"Selamat, bayi anda kembar, laki-laki dan perempuan."

Seorang dokter mengangsurkan bayi mungil dalam gendongannya pada seorang pria berambut spike pirang yang tengah menatapnya dengan raut tegang. Disebelah pria itu tampak seorang wanita berparas malikat terkulai lemas diatas tempat tidur. Kelopak matanya menyembunyikan sepasang bola mata berwarna biru sapphire. Wanita itu mengatur nafasnya.

Sang dokter tersenyum pada pria itu saat pria tampan yang sering dijuluki iblis itu menerima bayinya. Pria itu menatap bayi perempuan cantik yang kini dalam gendongannya dengan pandangan takjub. Dia mengecup kening si bayi dengan amat lembut dan berbisik pada wanita disebelahnya.

"Kau berhasil. Kita jadi orang tua," ia juga memberikan kecupan pada wanita itu. Menandakan seberapa besar cintanya pada wanita yang selalu menemaninya itu.

Wanita itu mengangguk, "aku senang sekali, Youichi," ucapnya pelan. Wanita itu duduk di samping suaminya, seorang suster menyerahkan bayi laki-laki dalam gendongannya pada wanita itu. Mata biru itu membulat melihat bayi cantik dalam dekapan suaminya dan bayi laki-laki dalam gendonganya.

"Selamat, nyonya Hiruma," kata suster itu.

"Terima kasih," jawab wanita itu. Ia tersenyum manis, "punya dua anak sekaligus, ini luar biasa," ia bergumam, "ya Tuhan, dia cantik sekali," ucap wanita itu melihat bayi dalam gendongan suaminya. Airmata haru membasahi pipinya yang mulus.

"Itu keturunan darimu, kalau dia," jawab pria yang ia panggil Youichi itu sambil melirik bayi laki-lakinya.

"Uhm, dia tampan," istrinya menaggapi.

"Keturunan dariku," pria bernama Youichi itu menyeringai tipis. Wanita di sebelahnya ikut tersenyum.

Si kecil menguap lebar. Membuat pasangan itu tersenyum.

"Kita akan mewujudkan mimpimu waktu itu kan?"

"Hm, tentu saja. Kita sudah janji kan?"

"Jadi kau mau memberinya nama apa? Jangan yang aneh-aneh!"

"Izumi*mata air*, Izumi Hiruma, lalu kalau dia, Sora*angkasa*. Sora Hiruma"

Wanita itu tersenyum menatap pria disampingnya.

"Izumi dan Sora Hiruma. Manis sekali."

Sejak hari bersejarah itulah, kehidupan pasangan muda itu menjadi benar-benar sempurna. Meskipun sempat kerepotan merawat dua bayi sekaligus, tapi mereka berdua tetap berhasil mengatasinya. Youichi Hiruma bahkan sempat meninggalkan dunia Amefuto-nya sementara hanya untuk menemani putra-putrinya tumbuh dalam bimbingannya. Bimbingan seorang Komandan dari neraka.

Dan hasil didikan itu adalah dua bocah kecil yang jenius. Keturunan sempurna dari pasangan setan dan malaikat. Biarpun kembar, Sora dan Izumi tidak mirip sama sekali, kecuali garis wajah mereka yang cenderung mirip Mamori.

Sora memiliki rambut berwarna coklat kehitaman, seperti Mamori tapi lebih gelap, sedangkan bola matanya berwarna biru sapphire dengan pupil kecil dan sipit, seperti Hiruma, deretan gigi-giginya yang taring semua, juga ekspresi wajahnya yang terkesan galak dan tegas juga benar-benar persisi Hiruma.

Sedangkan Izumi, gadis itu punya warna rambut coklat kemerahan seperti milik Mamori dengan bola mata warna hijau ermald persis Hiruma. Bertolak belakang dengan Sora, Izumi tampak sangat manis dan lembut, persis Mamori.

Tapi, dari semua perbedaan itu, keduanya memiliki ikatan batin yang sangat kuat. Keduanya saling mengeti satu sama lain, dan mereka sangat kompak apalagi kalau dalam urusan bermain senjata dengan ayah mereka. Meskipun Mamori masih berusaha membatasi pengetahuan anak-anaknya tentang senjata.

~wakareru?~

6 tahun kemudian

Mamori menatap pantulan wajahnya yang pucat di cermin washtafel. Ia meringis pelan sambil memegangi perutnya. Mual, itulah yang ia rasakan sekarang. Wanita bermata biru itu baru saja mengeluarkan semua isi perutnya. Padahal pagi ini ia bahkan belum menyentuh makanan. Hanya cairan kuning jernih saja yang keluar dari mulutnya. Rasa asam menyerang lidahnya. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu merasa mual di pagi hari.

"Uh," ia melenguh pelan sambil berjalan perlahan-lahan keluar kamar mandi.

"Kenapa lagi kau sekarang?" seorang pria setampan iblis menghampirinya dengan pandangan dingin. Laki-laki yang telah meminangnya sejak tujuh tahun lalu, setelah sebelumnya mereka melewatkan masa pacaran selama dua tahun.

"Entahlah You, mungkin aku masuk angin," jawab Mamori pelan. Ia masih merasa lemas.

"Cih," Youichi Hiruma. Pria itu berdecak kesal mendengar jawaban istrinya. Ia menyerahkan secangkir coklat hangat, minuman yang selalu dikonsumsi Mamori tiap pagi.

Mamori menerimanya dan langsung meminumnya sedikit. Itulah yang ia butuhkan sejak tadi. Coklat hangat. Rasanya pikiran wanita itu jadi lebih tenang.

"Youichi, tolong bangunkan anak-anak ya," pintanya pada sang suami.

"Hm," cuma itu yang keluar dari bibir Youichi.

Sebelum menuju kamar anak-anak kebanggaannya. Youichi memasuki gudang bawah tanah. Tempatnya menyimpan segala macam senjata, dan setan itu mengambil Water Canon. Youichi tidak pernah mau masuk kamar anaknya tanpa senjata. Ia kapok karena beberapa minggu yang lalu Youichi dapat serangan peluru dari Izumi dan Sora saat ia akan membangunkan mereka, dan sejak itu Youichi selalu membawa persiapan sebelum masuk kamar mereka.

Tapi biarpun begitu, Youichi sama sekali tidak menyesal telah mengenalkan senjata pada Izumi dan Sora sejak mereka masih kecil. Tentu saja tanpa sepengetahuan Mamori. Bisa-bisa istrinya yang kelewat over protective itu ngamuk gara-gara anak kembarnya yang manis teracuni segala macam hal buruk darinya.

"Hey, aku kan cuma memintamu membangunkan Izumi dan Sora, kenapa kau bawa senjata?" suara Mamori terdengar setengah berteriak dari arah dapur.

"Kau diam saja. Wanita tua cerewet!" balas Youichi.

Pertama, Youichi berjalan pelan-pelan ke kamar putrinya. Membuka pintu kamar yang memang selalu tidak dikunci itu.

"Oi, bocah sialan, kau sudah bangun? Ibumu sudah cerewet tuh!" kata Youichi mendekati tempat tidur Izumi. Meskipun sebenarnya dia tahu kalau anaknya sudah tidak ada di sana. Ia menyembunyikan water canon-nya dibalik kemeja.

Tidak ada jawaban.

"keh, kau mau aku menyeretmu keluar ya?" Youichi menunjukan seringainya. Tangannya bersiap-siap menggenggam senjatanya.

"Serangan akuma… YA-HA!"

Terdengar suara anak-anak kecil yang ceria, laki-laki dan perempuan. Tidak lama setelah itu terlihat air menyembur dari balik sofa.

"Disana kalian rupanya!" Youichi kembali menyeringai dan menembakan water canon-nya. Seorang gadis kecil dengan rambut merah kecoklatan sebahu dan mata hijau ermald yang cerah muncul dai balik sofa dan meluncur menuju Youichi dengan in-line skate.

"YA-HA….!" Ia juga menembakan water canon kearah Youichi yang tengah menyerangnya.

Gadis kecil itu menghindar melewati Youichi, dan terus meluncur keluar kamarnya. Sedang sibuk membalas serangan Izumi. Seorang bocah laki-laki kemudian menyerangnya juga.

"Kalian rupanya berkomplot untuk mengalahkanku ya…!" hardik Youichi sambil membalas setiap serangan anak-anaknya.

"Ohayou ayah…!" sapa Izumi setelah berhasil kabur dari ayahnya.

"Awas kau bocah sialan!" Youichi mengejar gadis itu sambil terus menembakan senjatanya.

"Lawanmu itu aku, ayah sialan!" Sora sedikit berteriak pada ayahnya yang tengah mengejar adik kesayangannya.

"Kenapa kalian ribut sekali?" Mamori muncul tiba-tiba. Sebenarnya ia sudah terbiasa dengan suasana berisik seperti ini. Memang seperti inilah pemandangan yang dilihatnya tiap pagi sejak beberapa tahun belakangan. Youichi, Izumi, dan Sora yang saling menyerang.

"Ohayou ibu!" Izumi berhenti di depan Mamori, gadis itu mengecup lembut pipi ibunya, "ibu cantik seperti biasanya. Pantas saja ayah begitu menyayangimu!"

"Eh?" pipi Mamori bersemu merah mendengarnya. Ia memandang putrinya sebentar, kemudian tersenyum kecil.

"Cih, merayu ibu sialanmu lagi heh, bocah sialan?" sahut Youichi, ia melepas kemejanya yang basah akibat serangan Izumi dan Sora.

"Hoahm… Ohayou ayah, ibu," sapa Sora malas sambil menguap lebar. Ia mengacak-acak rambut coklat kehitamannya yang agak basah.

"Sora-kun cepat mandi, kau bau!" celetuk Izumi pada kakaknya.

"Cerewet. Tanpa kau suruh juga aku akan mandi," jawab Sora cuek, kemudian berlalu ke kamar mandi.

"Youichi, apa yang terjadi? Bajumu? Padahal kau harus ke kantor kan, kenapa bajumu jadi basah begini?" tanya Mamori, cerewet seperti biasanya.

"Tanyakan saja pada anak-anak sialanmu itu!" Youichi menatap Izumi yang tengah melepas in-line skate-nya. Sepatu itu didapatkan Izumi dari Suzuna saat ulang tahunnya beberapa bulan lalu.

"Uh, capek sekali. Aku heran kenapa tante Suzu dan Yutaro-kun bisa sangat senang pakai benda sialan ini-"

"Izumi-chan, kau bilang apa? Siapa yang mengajari kata-kata itu?" marah Mamori mendengar kata-kata kotor meluncur dari bibir malaikat kesayangannya itu.

"Ayah dan Sora-kun" jawab Izumi polos.

Mamori langsung melotot kearah Youichi mendengar jawaban putrinya. Meminta penjelasan.

"Anak itu pada dasarnya sudah jenius. Aku sama sekali tidak mengajarinya," jawab Youichi seolah tahu arti tatapan sang istri sambil mengunyah permen karet favoritenya dengan cuek.

"Dan aku juga tidak mengajarinya. Benar kata ayah, bocah itu terlalu jenius!" sahut Sora dari arah kamar mandi yang tidak jauh dari tempat mereka bicara.

"Izumi-chan, tidak boleh. Kau tidak boleh mengucapkan kata itu. Ingat, itu kata-kata kotor yang tidak boleh diucapkan apalagi oleh gadis sepertimu," Mamori tersenyum lembut pada Izumi. Putrinya itu mengangguk dan membalas senyuman ibunya. Tapi tidak tahu juga bagaimana isi hatinya. Biar bagaimanapun. Anak seorang Youichi Hiruma tetap saja mempunyai darah setan, meskipun ibunya adalah Malaikat seperti Mamori.

"Kau juga Sora-kun, kau tidak boleh mencontoh kebiasaan buruk ayahmu, dan jangan memanggil Izumi dengan sebutan bocah!" Mamori sedikit berteriak. Ia pusing karena semakin hari anak-anaknya semakin teracuni sifat-sifat suaminya.

"Iya," jawab Sora malas. Youichi hanya terkekeh mendengar pembicaraan mereka.

"Ah, ini tidak boleh sampai ketahuan ibu. Bisa-bisa dibuang," Izumi langsung kembali melesat ke kamarnya, menyembunyikan water canon miliknya bersama senjata-senjatanya yang ia dapatkan secara illegal dari ayahnya.

~wakareru?~

"Ja ne… Ibu!" Izumi kembali mencium pipi ibunya sebelum ia berangkat ke sekolah.

"Dah, ibu," Sora melambaikan tangannya dengan malas pada sang ibu.

"Sora-kun, ingat kau tidak boleh nakal di sekolah,"

"Hm," cuma itu yang keluar dari mulut Sora.

"Kalau begitu, baik-baik di sekolah ya, sayang," Mamori mencium dua buah hatinya penuh cinta. Izumi dan Sora mengangguk kompak kemudian berjalan menuju mobil milik Youichi. Ayahnya sendiri masih sibuk dengan laptopnya di rumah.

"You, Izumi dan Sora sudah menunggumu tuh," Mamori menghampiri Youichi yang tengah merapihkan beberapa dokumen. Ia membantu pekerjaan suaminya itu agar lebih cepat.

Youichi menoleh sebentar pada Mamori kemudian melanjutkan pekerjaannya. Ia memasukan dokumen-dokumen itu dalam tasnya. Mamori merapihkan dasi dan jas suaminya. Ia tersenyum lembut. Berfikir berapa kalipun Mamori masih belum percaya kalau orang yang pernah ia benci saat SMA dulu sekarang adalah orang yang paling ia cintai.

Youichi menyeringai melihat tingkah Mamori. Ia menundukan wajahnya, membuat jarak antara wajahnya dan wajah Mamori hanya tinggal beberapa senti.

"Kenapa kau?" tanyanya.

Mamori hanya menggeleng, wanita itu menundukan wajahnya menyembunyikan rona merah yang menghiasai pipinya, "sudahlah, kau cepat berangkat. Anak-anak nanti bisa terlambat," katanya.

"Hm, baiklah. Aku berangkat dulu. Jangan kangen padaku ya, istri sialan!" dengan cepat Youichi memeluk tubuh Mamori dan mencium bibirnya.

"Kau masih pemalu seperti dulu ya," ujar Youichi menatap warna merah di wajah istrinya.

Mamori tidak bisa menjawabnya, ia hanya memalingkan wajahnya, "sudahlah. Cepat sana berangkat," Mamori mendorong Youichi. Pria itu menyeringai kecil, kemudian merangkul bahu istrinya.

"Hm, kalian sudah selesai dengan urusan orang dewasa seperti biasanya?" celetuk Sora saat orang tuanya tiba.

"Kekeke, belum bocah sialan. Makanya, kalian harus segera berangkat ke sekolah agar tidak mengganggu urusan kami," jawab Youichi sambil melempar tasnya ke dalam mobil, yang langsung ditangkap dengan akurat oleh Izumi.

Setan itu kembali mengecup bibir Mamori sebelum masuk ke mobil. Hanya sebuah ciuman singkat.

"Hati-hati di jalan ya," pesan Mamori sambil melambaikan tangannya.

"Tentu saja," jawab Youichi. Ia melirik kedua anaknya yang juga tengah menatapnya, "kami akan ngebut!" jawab mereka kompak. Mamori kali ini tidak bisa bicara apapun. Tidak bisa, kalau tiga orang itu sudah bersatu, dia tidak akan menang.

~wakareru?~

Mobil Army Jeep milik Youichi Hiruma berhenti di depan sbuah gedung sekolah dasar. Ia menatap anak-anaknya dengan malas, "sekarang kalian keluar, bocah-bocah sialan." Katanya ketus. Dua anaknya menurut, mereka turun dari mobil setelah memberikan ciuman kecil di pipi sang ayah, "kau, jaga adik sialanmu itu!" pesan Youichi pada Sora sebelum putranya beranjak.

"Tenang saja ayah, kalau ada yang berani mengganggu adik sialan aku akan menghabisi mereka!" kata Sora dengan yakin. Youichi menyeringai mendengar jawaban anaknya.

"Kalian pasti sedang membicarakan hal buruk. Lupa ya, ibu bilang itu tidak boleh-"

"Cerewet!" kata Sora dan Youichi kompak memotong ucapan Izumi.

"Ayo masuk, adik sialan," Sora melingkarkan tangannya di bahu Izumi dan menyeret gadis itu masuk ke gedung sekolah. Sora mengantar Izumi sampai ke kelas 1-1 kemudian ia sendiri melangkah ke kelas 1-3.

"Izumi-chan!" sapa seorang pria dengan rambut berwarna biru gelap, pria itu meluncur kearah Izumi dengan in-line skate, "ohayou!" sapanya saat ia tiba di samping Izumi.

"Ohayou, Yutaro-kun," jawab Izumi seraya tersenyum.

"Temanmu menangis tuh," kata Yutaro sambil menunjuk seorang gadis kecil yang duduk di dekat jendela sambil menangis.

Izumi mengikuti arah yang ditunjuk Yutaro, "eh, kenapa?" gadis itu segera menghampiri temannya yang masih menangis, "Yuka-chan, kau kenapa?" tanya Izumi, ia mengusap lengan gadis itu.

Gadis cilik yang dipanggil Yuka itu menoleh, sedetik kemudian ia menjatuhkan dirinya dalam pelukan Izumi, "Izumi-chan, huhuhuhuhu….," gadis itu menangis.

"Kenapa Yuka-chan? Kau sakit? Atau dimarahi ibumu? Tidak bawa bekal?" penyakit over protective keturunan Mamori keluar. Izumi menatap temannya yang masih menangis dalam pelukannya.

"Ayah dan ibu, mereka bercerai," ucap gadis itu pelan.

"Eh, ce-apa? Apa itu?" tanya Izumi bingung, ia baru kali ini mendengar kata itu.

"Cerai?" tanya Yutaro agak kaget. Yuka mengangguk.

"Cerai itu apa?" tanya Izumi polos.

"Kau tidak tahu? Cerai itu artinya ayah dan ibu tidak akan tinggal bersama lagi. Mereka berpisah," terang yutaro.

"Eh… Mana mungkin bisa seperti itu?" protes Izumi.

"Tentu saja Izumi-chan, aku juga bingung. Ibu bilang kami akan pergi dan tinggal di rumah tanteku dan tidak akan kembali ke rumah. Aku tidak akan bertemu ayah lagi. Sampai aku besar, aku tidak akan bertemu ayah," tangisan Yuka makin menjadi.

"Ta, tapi, kenapa? Kenapa harus berpisah? Bukankah ayah dan ibu harusnya tidak boleh berpisah?" tanya Izumi yang masih bingung.

"Ayah dan ibu selalu saja bertengkar, aku sering lihat mereka berdua sedang bertengkar, lalu mereka bercerai," ucap Yuka disela tangisnya.

"Seperti ayah dan ibumu ya, Izumi-chan, jangan-jangan mereka juga akan bercerai?" celetuk Yutaro.

"Ayah dan ibuku tidak pernah bertengkar tahu!" ralat Izumi.

"Apanya yang tidak pernah? Mereka kan selalu bertengkar! Waktu kunjungan orang tua ke sekolah,"

"Itu-"

"Juga saat Dharma Wisata-"

"Mereka cuma-"

"Dan waktu ulang tahunmu,"

"bukan berarti-"

"Dan juga-"

"CUKUP!" teriak Izumi, "memangnya kenapa kalau ayah dan ibuku bertengkar. Mereka masih tetap bersama, mereka tidak akan bercerai!"

"Izumi-chan, awalnya aku juga berfikir begitu. Tapi ternyata, ayah dan ibu berpisah. Bukan tidak mungkin mereka juga," Yuka menghapus air matanya, "rasanya sedih sekali saat aku tahu kalau aku tidak bisa bertemu ayah lagi,"

"Tapi ayah dan ibu…."

"Sebaiknya kau berhati-hati, Izumi-chan," kata Yutaro.

"Yutaro-kun," ucap Izumi lirih. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Benar juga sih kalau ayah dan ibunya sering bertengkar. Tapi karena Izumi sudah melihatnya sejak lama, ia pikir itu bukan masalah besar. Lagipula ayah dan ibunya selalu kompak.

~wakareru?~

Saat bel istirahat berdering Sora langsung menuju kelas adiknya. Ia sudah lapar, sedangkan yang membawa bekal adalah Izumi. Sora tidak pernah membawa bekal sendiri, malas. Jadi Mamori juga selalu memberikan bekal untuk keduanya pada Izumi.

"Oi, adik sialan!" panggil Sora sambil berjalan menuju bangku Izumi di barisan paling belakang. Adiknya itu cuma menoleh sebentar, "kenapa kau?" tanya Sora.

"Sora-kun, apa mungkin kalau ayah dan ibu akan bercerai?" tanya izumi lemah.

"Mungkin saja, aku tidak tahu. Aku tidak peduli tuh,"

"Sora-kun kau ini bagaimana? Kau harus peduli, kalau ayah dan ibu bercerai kita bagaimana?"

"ya gak gimana-gimana. Lagipula kenapa kau tanya hal aneh begitu sih? Aku lapar nih!" tanya Sora dengan nada protes.

"Eh, gomen," izumi mengeluarkan kotak bento dan menyerahkannya pada Sora, kakaknya itu langsung melahap masakan ibunya yang tiada tanding.

"Kenapa kau bertanya hal gak berguna begitu?" tanya Sora setelah menelan suapan pertamanya.

"Habis, ayah-ibunya Yuka-chan bercerai. Katanya mereka sering bertengkar. Sama seperti ayah dan ibu kan?" jawab Izumi masih lemas. Ia bahkan belum menyentuh makanannya, pikirannya terus melayang ke pertengkaran-pertengkaran orang tuanya.

"hm, pasti ada yang bilang padamu kalau ayah dan ibu akan bercerai?" selidik Sora. Mengingat adiknya itu tidak terlalu mengerti urusan orang dewasa seperti perceaian.

Izumi mengangguk, dan dengan polosnya ia menjawab, "Yutaro-kun."

"Si cebol itu!" hardik Sora kesal. Emosinya selalu saja langsung naik kalau tahu ada yang mengganggu adiknya. Meskipun itu tidak disengaja, "akan kuberi pelajaran dia!"

"Eh, Sora-kun jangan. Nanti dimarahi sensei!" tahan Izumi. Tapi Sora sama sekali tidak mengacuhkannya. Ia beranjak dari tempatnya dan mencari Yutaro.

"Cebol!" panggilnya pada seorang cowok ber-in-line skate, kemudian tanpa aba-aba Sora memberikan pukulan pada Yutaro.

"Sora-kun!" teriak Izumi.

Dalam hitungan detik dua anak kecil itu sudah berkelahi.

"Sora-kun, jangan!" teriak Izumi melihat Sora yang masih berniat menghajar Yutaro, untung saja seorang sensei berhasil melerainya.

"Hiruma, Kobayakawa. Kenapa kalian berkelahi?" tanya sensei setelah berhasil memisahkan dua anak itu. Dia membawa dua orang itu ke ruang guru kemudian menghubungi ornag tua keduanya. Sora dan Yutaro saling tatap dengan sinis. Izumi memperhatikan mereka dari luar ruang guru.

"Sora-kun bakka!" umpatnya pelan.

"Jelaskan padaku kenapa kalian berdua berkelahi?" sensei itu menatap dua anak di depannya dengan pandangan tajam.

"Dia mengganggu adikku," jawab Sora lantang.

"Aku tidak mengganggu Izumi-chan!" kilah Yutaro. Karena ia memang tidak merasa melakukan apapun pada Izumi.

"Jangan bohong, cebol sialan! Kau bilang-"

"Cukup," sensei memotong ucapan Sora. Ia shock mendengar muridnya yang baru kelas 1 SD sudah berani menggunakan kata-kata kotor itu. Benar-benar anak seorang setan, pikirnya, "ibu kalian akan datang sebentar lagi."

"Cih sial. Ibu pasti ngomel-ngomel!" gerutu Sora.

"Sora-kun!"

"Yutaro-kun!"

Suara dua perempuan itu menggema di ruang guru. Keduanya saling pandang, kemudian menatap dua anak kecil di ruangan itu.

"Nyonya Hiruma, nyonya Kobayakawa, silahkan duduk," sensei mempersilahkan dua wanita itu masuk dan duduk di samping anak-anak mereka.

Mamori dan Suzuna mengangguk kemudian duduk di samping anak mereka masing-masing, "Sora Hiruma dan Yutaro Kobayakawa berkelahi," sensei membuka pembicaraan.

"APA?" Mamori dan Suzuna memekik kompak membuat sensei menutup telinganya sebentar.

"Dia mulai duluan," Yutaro mengadu.

"Tidak, kalau kau tidak mengganggu adikku," balas Sora.

"Sora-kun, hentikan," ucap Mamori tegas. Putranya itu melengos.

"Kuharap mereka bisa kembali berteman, dan nyonya Hiruma. Maaf, tolong jangan biarkan Sora mengucapkan kata-kata kotor," wanita yang sudah mengabdi di sekolah ini selama tiga tahun itu beridik sendiri saat mengucapkan itu.

Mamori kembali menatap Sora dengan galak, "maaf sensei. Saya akan berusaha," jawabnya lemah. Dalam hati ia marah sekali pada suaminya karena bagaimanapun, ini karena Youichi tidak pernah mendukungnya untuk mengajarkan hal baik pada anak-anaknya.

Setelah beberapa saat mengobrol dengan sensei itu, Mamori dan Suzuna keluar dari ruangan itu bersama anak-anak mereka.

"Youichi bakka. Aku akan buat perhitungan dengannya!" kata Mamori kesal.

"Mamo-nee, tenanglah. Mamo-nee ini tidak pernah berubah. Selalu saja bertengkar dengan You-nii," ujar Suzuna.

"Habis, dia itu menyebalkan. Pokoknya kalau bertemu, aku akan memarahinya!"

Sora memandang Izumi yang tengah menatap ibunya dengan pandangan sedih, ayah dan ibu memang selalu bertengkar, bisik hati kecilnya.

T.B.C


Gimana, gimana, gimana? Jelek banget?

Aq tahu, karakter Sora kayaknya kelewatan untuk anak seusianya, tapi mengingat ini anak dari Komandan dari Neraka, akhirnya aq dan Icha sepakat buat pakai karakter itu.

Yosh, seperti biasa minna…. Kami mohon riview-nya…. Kritik, saran, flame, apa pun deh, jengan lupa….!