.
.
Anak laki laki berkulit pucat itu menatap mangkuk sarapan yang berisi bubur gandum dengan pandangan jemu.
Setelah bosan hanya dengan menatapnya saja, ia mengambil sendok makannya lalu mengaduk aduk gumpalan gumpalan buburnya dengan pelan. Kemudian ia mengangkat sarapannya lalu menuangkannya ke dalam mangkuk tersebut.
Ia perhatikan bagaimana gumpalan sarapannya yang menjijikkan itu jatuh.
"Inojin-sama, tolong jangan mengaduk aduk makanan seperti itu," kata seorang wanita yang berdiri tegap di samping bocah pucat itu.
"Tidak apa. Aku juga tidak mau memakan makanan ini," dengan menggunakan tangan kirinya, Inojin, memangku wajahnya, dan dengan tangan yang lain, ia gunakan untuk mengaduk aduk buburnya dengan sendok perak.
"Habiskan sarapan anda, tuan," pinta wanita itu yang mungkin sudah tidak tahan dengan kelakuan Inojin.
Inojin mendorong mangkuk makannya agar menjauh dari hadapannya." Aku tidak selera, Ayame-chan."
Ayame menghela nafas pasrah." Setidaknya habiskan susunya," katanya sambil mendorong mug berisi susu ke hadapan tuan mudanya.
Inojin menatap Ayame kesal." Aku juga tidak mau susu itu!. Rasanya tidak enak dan baunya amis seperti minyak ikan. Aku tidak mau menelan sesuatu yang tidak kusukai!"
"Saya rasa Inojin-sama menyukai susu itu," Ayame tersenyum pada Inojin yang sedang menatapnya." Karena 3 hari yang lalu nyonya meminta agar persediaan susu di tambah, karena Inojin-sama memintanya."
Inojin merengut kesal." Tetap saja aku tidak mau!" katanya bersikukuh.
Ayame hanya bisa menatap Inojin prihatin." Nanti kau sakit, Inojin.."
Apabila wanita yang bernama Ayame itu sudah memanggil tuan mudanya dengan panggilan 'kau' atau sejenisnya, berarti ia sedang sangat serius.
Tapi, untuk saat ini Yamanaka Inojin tidak memperdulikannya.
"Lalu memangnya kenapa kalau aku sakit?!. Tidak ada yang peduli aku!" nada suara Inojin berubah seketika." Bahkan ayah dan ibu," tambahnya pelan.
" Tuan dan nyonya peduli dengan anda. Jadi tolong habis-."
Prangg!.
Perkataan wanita berambut coklat itu terhenti, ketika sebuah tangan mungil mendepak mug yang ia sodorkan.
" Kalau mereka peduli aku, pasti saat ini mereka sedang sarapan dengan ku!" Inojin beranjak dari tempat duduknya dan berlari menuju kamar.
Sambil menatap kepergian tuan mudanya, Ayame meminta salah seorang pelayan untuk membersihkan pecahan pecahan mug yang berserakan.
Pecahan yang mengawali segalanya.
.
.
NARUTO MILIK MASASHI KISHIMOTO
RUSH,GAJE,TYPO
.
Fict ini hanya sekedar pengisi waktu luang
.
Ada banyak hal yang dapat membuat Inojin kembali bersemangat.
Melukis, membaca buku, atau hanya sekedar menatap foto foto keluarganya.
Inojin yakin, di dunia yang luas ini, banyak anak anak yang merasakan penderitaan yang ia juga rasakan saat ini.
Mereka bukan kekurangan uang untuk makan atau uang untuk sekolah, mereka kurang akan perhatian orangtua.
Inojin tidak butuh hal hal lain yang ibu dan ayahnya berikan game, seonggok mainan bisu, atau benda mahal lainnya.
Ia hanya ingin satu hal. Perhatian ayah dan ibunya.
Sebelum sebelumnya Inojin tak pernah merasakan marah hingga seperti ini. Ia malah bangga dengan pekerjaan kedua orangtuanya.
Ayolah, siapa sih yang tidak kenal keluarga Yamanaka.
Ayahnya bernama Sai.
Laki laki sepucat salju itu memiliki perusahaan tambang batu batu mulia hampir di seluruh dunia.
Sedangkan ibunya, Ino. Yang dikenal orang orang barbienya Jepang.
Mantan model terkenal di Pranciss yang sekarang memiliki butik dengan brand yang hampir digemari di seluruh dunia.
Bahkan Inojin tahu bahwa brand milik ibunya disponsori oleh beberapa artis terkenal asal L.A.
Pekerjaan mereka itulah yang membuat keduanya jarang di rumah. Sehari hari, Inojin selalu ditemani Ayame.
Ayame adalah wanita berambut coklat yang memiliki hati selembut kapas. Ia wanita yang selalu menemani Inojin dalam suka dan duka.
Inojin menatap jam di dinding, baru pukul 7.
Alasan yang membuat Inojin merasa selalu ditinggal adalah karena obrolan teman temannya tempo hari.
.
.
"Liburan kemarin, ibuku mengajakku menonton antraksi lumba lumba loh~~," gadis berkulit eksotis, Akimichi Couco memulai obrolan saat istirahat.
Beberapa anak langsung mengerubungi meja Couco yang kebetulan di samping kanan meja Inojin. Mereka mulai menceritakan pengalaman liburan kemarin. Inojin hanya mendengarkan saja.
" Lalu bagaimana rasanya dicium lumba lumba?"
" Minggu besok aku minta mama ke sana deh."
" Bagaimana dengan mu Inojin?. Kau pergi kemana?" tanya gadis berkacamata merah, Uchiha Sarada.
Semuanya menatap Inojin penasaran.
Inojin menunduk lalu menjawab malu malu," aku, tidak pergi kemana mana."
" Hah..., keluargamu suram sekali ya," timpal Shikadai lalu menguap lebar.
Sarada menyikut Shikadai agar ia tutup mulut." Orangtua dia sibuk, baka Shikadai!"
Shikadai mengedikkan bahu tak peduli lalu kembali ke kursinya.
Chouco menatap Inojin tak percaya." Benar tidak pergi kemana mana?. Walaupun ibuku sibuk, ia selalu mengajakku jalan jalan saat akhir pekan."
Setelah Chouco mengatakan itu, Inojin mendengar beberapa bisikan teman temannya.
" Tidak seru ya jadi Inojin."
"Mama dan papanya tidak perhatian ya..."
Karena ucapan teman sekelasnya itulah, dalam sekejap Inojin membenci pekerjaan kedua orangtuanya.
.
.
"Ibu kapan pulang?" tanya Inojin saat ia menelfon ibunya.
"Inojin kenapa?. Kangen ibu ya~~. Malam ini ibu pulang lebih cepet kok," jawab seseorang di sebrang sana.
"Hump. Tapi bener ya pulang cepet. Karena kemarin ibu juga ngomongnya gitu," kata Inojin sambil menatap langit langit kamarnya.
" Gomenn Inojin-kun. Kemarin karena berkas ibu hilang."
Inojin berguling di atas tempat tidurnya." Bu, tadi nilai ulangan matematika ku kedua tertinggi di kelas."
"Benar?!. Kyaaaaa, putraku memang pintarr. Lain kali paling tinggi ya. Yosh!, sebagai hadiahnya Inojin-kun mau apa?"
"Aku mau jalan jalan akhir pekan bareng ibu dan ayah," kata Inojin.
"Bareng ibu dan ayah. Emm..., boleh. Memangnya Inojin mau kema-, tunggu", tampaknya Ino menjauhkan telpon, dan mengobrol dengan seseorang di sana.
Terdengar tarikan nafas dan hembusannya." Inojin sayang, ibu usahain kita pergi jalan jalan nanti. Tapi maaf ya, sekarang ibu sibuk. Nanti ibu telfon kalau ada waktu. Jangan lupa kerjain tugas rumah. Bye bye darling."
Pet. Sambungan telfon terputus sebelum Inojin mengucapkan sesuatu. Inojin hanya dapat menatap telepon genggamnya dengan dongkol.
Inojin memutuskan untuk menelfon ayahnya untuk memberitahu rencana jalan jalan akhir pekan mereka. Mungkin ayahnya bisa mengosongkan jadwalnya.
"Ada yang bisa saya bantu," ketika sambungan tersambung, yang menjawab adalah suara wanita di ujung sana.
Inojin menggerutu dalam hati. Seharusnya melalui nomor pribadi saja bukan lewat nomor kantornya.
"Hm. Bisa tolong sambungkan aku pada ayah?" pinta Inojin tanpa terdengar nada meminta atau memelas.
"Owh, Inojin-sama ya?. Saya kira orang lain," dari nada wanita itu mengatakan namanya, Inojin bisa menebak ia pasti wanita yang selalu memakai rok ketat dan selalu memajukan bibirnya sekitar 2 centi agar terlihat seksi. Tapi Inojin menganggapnya ia hanya terlihat seperti kera.
"Memangnya siapa lagi yang memanggil direktur dengan sebutan ' ayah ' kalau bukan aku," kata Inojin dengan nada ketus.
Detik berikutnya terdengar gerutuan atau cicitan berbentuk sumpah serapah untuk Inojin.
"Kau mengatakan apa?!"
"Sa..saya tidak mengatakan apapun. Tapi Inojin-sama, Sai-sama sedang mengadakan rapat penting."
Inojin memincingkan matanya."Kau tidak bohongkan?"
"Tentu saja tidak."
"Kalau begitu sampai kan pada ayahku untuk pulang cepat hari ini," Inojin berdecih lalu mengatakan "Kalau kau tidak menyampaikannya, kuminta agar ayahku memecat mu!"
Inojin memutus telfonnya dengan kesal. Tapi detik berikutnya ia tersenyum, karena ia telah berani mengambil tindakan.
Ayo kita habiskan akhir pekan bersama, ayah ,ibu.
.
.
.
A.N
Gimana fictnya?. Aneh gak?. Idenya muncul menjelang tidur jadi maklumi aja kalau jelek atau abal.
Tolong koreksi ya kalau ada kesalahan dengan direview.
Oh ya, Scarleet mau bilang satu hal kalau aku sendiri gak percaya idenya macam sampah kayak gini. Masak Ino sama Sai jahat mau ninggalin Inojin sendirian.
Jadi tolong jangan kebawa emosi ya... ^ω^
