6Seperti biasa saya akan membawakan sebuah cerita dengan alur cepat, feel tidak terasa dan lainnya.
Naruto mlik Masashi Kishimoto
Cerita milik otak saya.
*Drama Musikal*
Berjalan menyusuri koridor sekolah merupakan hal yang tak asing bagiku. Kakiku mengantar tubuh ini ke sebuah tempat. Perpustakaan itulah tujuanku. Setiap hari aku tak pernah melewatkan jam istirahat tanpa membaca buku.
"Hinata.." sapa seorang temanku.
"ya." Balasku sambil mengangguk.
Memang aku tidak terlalu terkenal dan aku juga cenderung pendiam. Tapi setiap di sekolah selalu ada siswa atau siswi yang menyapaku. Entahlah aku terkenal karena kebaikanku atau keburukanku, aku tak peduli. Prinsip yang aku pegang hanya satu "jangan melukai orang lain."
Oh ya, ini adalah sekolah terfavorit didaerah kami. Jadi sekolah ini cukup luas, tak salah juga bila aku harus sedikit berlari untuk segera ke perpustakaan. Jika aku hanya berjalan, waktu yang kumiliki akan habis saat perjalanan.
Setelah sedikit berlari aku sampai di depan ruang guru. Aku harus belok ke kiri untuk menemukan sebuah tangga. Setelah berjalan beberapa langkah dapat terlihat tangga berjubin merah ada di samping kananku. Tentu aku belok kekanan dan menuruni tangga itu hingga aku sampai ke lantai 2. Kurang sedikit gerakan saja, aku akan sampai ke tempat tujuanku. Aku berbelok ke kiri lagi. Dan sekitar 6 jubin dari tempatku berdiri terdapat pintu perpustakaan yang menjulang tinggi.
Pintu yang terukir indah itu berwarna hijau yang melambangkan perdamaian. Ku sentuh gagang pintu itu dan sedikit ku tekan ke bawah. Setelah terdengar bunyi 'cklek' ku dorong daun pintu itu dan terlihat petugas perpustakaan .
"kau akan melanjutkan yang kemarin Hinata?" katanya sambil tersenyum kepadaku.
"tentu." Balasku
Aku berjalan menuju meja paling pojok. Gelap, tak ada cahaya disana, namun ada sebuah lampu belajar yang diletakkan di atas meja itu. Meja itu, meja khusus untukku. Jarang ada siswa maupun siswi yang membaca buku di perpustakaan ini. mereka lebih menyukai untuk menghabiskan waktu istirahat dengan makan siang atau sekedar bergosip bersama sahabat mereka.
Setelah duduk manis diatas kursi aku mulai menarik loker yang melekat pada meja. Perlahan terbukalah loker meja itu dan terlihatlah cover dari sebuah buku. Cover itu berwarna gelap dengan judul yang ada di bagian atas, berwarna merah darah.
Setelah kurasa buku itu dapat kuambil, aku memasukkan tanganku dan mengangkat buku itu serta meletakkannya dimeja. Kututup lagi loker meja itu dan mulai membaca buku yang tadi sudah kuambil. Kubaca setiap kata, kupahami setiap kalimat lalu berlanjut ke halaman berikutnya.
Sepi nan hening. Suasana ini sengat pas untukku. Aku bisa berhayal, dan aku sangat menyukai kegiatan yang disebut berkhayal. Karena aku bisa membayangkan bahwa pemain utama dalam cerita itu adalah aku. Berawal dari hal yang sedih lalu berakhir dengan hal yang bahagia. Itulah yang kusuka dari setiap buku yang kubaca.
Tapi tidak untuk buku yang ini. Buku ini berawal dengan kesedihan dan akhirnya… aku masih belum tahu, karena aku belum selesai membaca buku itu. Setelah membaca dan memahami setiap halaman dan halaman aku dapat memprediksi bahwa ujung dari cerita ini adalah… kesedihan.
Kurang 5 bab aku sudah bisa menyelesaikan buku ini. Namun sayang bunyi bel masuk mengganggu aktivitasku saat ini.
"ahh…. Bel sudah berbunyi rupanya." Gumamku dalam hati.
"kau harus segera kembali ke kelasmu Hinata." Perintah Anko-sensei yang sedang berjalan ke arahku.
"baiklah Anko-sensei, aku akan kembali!" balasku dengan senyuman yang tak lupa kusertakan.
Memberi tanda agar besok kubisa melanjutkan membaca buku ini. Lalu memasukkannya ke dalam loker yang melekat dimeja. Berdiri dari kursi dan merapikan seragam yang sedang kugunakan. Mendorong kursi masuk kemeja, agar terlihat lebih rapi.
"aku kembali ke kelas dulu Anko-sensei." salamku pada penjaga perpustakaan sekolahku ini. Anko-Sensei hanya membalas dengan anggukan.
Segera kulari membuka daun pintu perpustakaan lalu menutupnya kembali. Berlari kearah tangga dan menaiki tangga. membelok ke kanan melewati ruang guru dan sampai dikelas 3-1 Masih kurang beberapa meter lagi dari tempatku berdiri sekarang agar aku sampai di kelas tepat waktu.
"ahhhh…. Sial! Aku lupa ini pelajaran Kurenai-sensei." sesalku dalam hati, karena tak memperhatikan waktu.
Segera kupercepat lagi langkahku. Setelah sampai di depan pintu kelas, jantungku berdegup kencang. 'Jangan sampai dia murka kepadaku' doaku sebelum mengetuk pintu kelas. Setelah merasa doaku akan dikabulkan, aku mengetuk pintu kelas.
Tok..tok..tok..
"masuk!" teriak Kurenai-sensei dari dalam kelas.
Aku mendorong pintu, masuk secara perlahan dan menutup pintu kembali. Aku berajalan ke arah untuk meminta maaf atas keterlambatanku. Tapi kurasa Tuhan menjabah doaku. Sebelum aku berjalan lebih dekat ke dirinya, dia meayun-ayunkan tangannya untuk menyuruhku kembali ketempat duduk. Aku pun mengangguk dan berjalan menuju tempat dudukku.
"pokoknya minggu depan drama musikalnya harus jadi! Saya nggak mau tahu pokoknya ketua kelas mengumpulkan flashdisk yang sudah ada filmnya!" terang Kurenai-sensei tentang tugas yang sedikit susah, menyesatkan dan terlalu memaksakan.
"iya Kurenai-sensei." teriak para siswa maupun siswi yang ada dikelas.
Guru seni budaya itupun keluar dari kelas. Hanya singkat, padat, dan tidak jelas materi yang dia jelaskan. Yang ku ketahui drama musical adalah drama yang diselingi degan nyanyian. Dan setiap drama musikal lebih dari satu orang. Tentu ketua kelas lah yang bertugas untuk membagi kelompok.
Tak peduli dengan suasana kelas yang sekarang ribut karena ingin sekelompok dengan orang yang diinginkan, aku memasang earphone di telingaku. Earphone berwarna ungu muda kini sudah bertengger ditelingaku. Kubuka hp yang sedari tadi dalam genggamanku, lalu memilih lagu yang ingin kuputar. Sudah kutentukan aku ingin mendengar lagu Gumi-Echo (English) yang di buat oleh Circrush. Yang akhir-akhir pekan ini menjadi populer.
Nada – nada lagu tersebut sudah terdengar dalam telingaku. Karena kebiasaanku bernyanyi di kamar mandi, aku bernyanyi seenakku sendiri didalam kelas. Mengikuti irama dan menyanyi seindah - indahnya seolah aku hanya sendirian dikelas itu.
"The clock stopped ticking forever ago"
"how long I have been up?"
"I don't know"
"I can get a grip"
"but I can let go"
"there wasn't anything to hold on to touch"
"why can I see?"
"why can I see?"
"all the colours that you see."
"please can I be!"
"please can I be!"
"colour full and free!"
"what the hell's going on? Can someone tell me please"
"why I'm switching faster than the cannels on tv"
"I'm black then I'm white no something isn't right"
"my enemy's invisible, I don't know how to fight"
"the trembeling fear is more than I can take."
"when I'm up against"
"The Echo in the mirror"
"Echo.o.o.o.o.o….."
Aku masih belum menyadari bahwa ada beberapa mata memandangiku. Dan tetap mengikuti aliran irama.
"I'm gonna burn my house down, into an ugly black"
"I'm gonna run away now and never look back"
"I'm gonna burn my house down, into an ugly black"
"I'm gonna run away now and never look back"
"I'm gonna burn my house down, into an ugly black"
"I'm gonna run away now and never look back"
"I'm gonna burn my house down, into an ugly black"
"I'm gonna run away now and never look back"
"I'm gonna burn my house down, into an ugly black"
"and never look back"
"and never look back"
"and never look back"
"and never look back"
"and never look back"
Orang yang memperhatikanku semakin banyak.
"what the hell's going on? Can someone tell me please"
"why I'm switching faster than the cannels on tv"
"I'm black then I'm white no something isn't right"
"my enemy's invisible, I don't know how to fight"
"what the hell's going on? Can someone tell me please"
"why I'm switching faster than the cannels on tv"
"I'm black then I'm white no something isn't right"
"my enemy's invisible, I don't know how to fight"
Semakin bertambah banyak..
"the trembeling fear is more than I can take."
"when I'm up against"
"The Echo in the mirror"
"the trembeling fear is more than I can take."
"when I'm up against"
"The Echo in the mirror"
Irama indah itu sudah habis dan kini berhenti. Kini semua mata yang ada dikelas menatapku. Aku yang sedari tadi sibuk dengan nyanyianku mulai menyadari bahwa aku menjadi pusat perhatian kelas. Aku pun mengambil sebuah buku dan memasang ekspresi tidak sadar dengan tatapan mereka, ku buka bagian tengah buku dan secepat kilat aku menundukan wajahku dan menutupi kepalaku dengan buku yang kubuka tadi.
'bodoh! Hinata bodoh!' gerutuku dalam hati.
Pikiranku mulai melayang bahwa akan ada suara tawa yang bertujuan untuk mentertawaiku. Namun pikiranku buyar setelah terdengar tepuk tangan dari semua siswa maupun siswi yang ada dikelasku. Aku pun menyernyitkan alisku dan mencoba berpikir 'apakah mereka… menyukai…. nyanyianku?' dengan perasaan takut dan malu yang bercampur aduk, aku mengintip ke teman-teman yang memberiku tepuk tangan dari celah buku. Semua itu benar! Mereka menyukai nyanyianku. Setelah melihat kenyataan ini akupun memberanikan diri untuk membuka penutup kepalaku yaitu buku tadi.
Ku buka perlahan buku yang menutupi kepalaku. Setelah buku itu terbuka dengan sempurna aku mulai menaikkan kepalaku dan menatap seisi kelas. Semuanya tersenyum padaku, akupun membalas senyuman mereka.
Bagaiman guys?
Apakah kurang?
Kurang apanya?
Silahkan REVIEW!
Dan jangan lupa beri solusinya oke!
Melalui kolom Review dibawah ini atau langsung ke kontak saya!
Atau Cuma mau menambah teman?
Gak papa deh terserah tujuan kalian para reader's tercinta.
Id Line : kito_auna
Pin bbm : 7bfbd18e (lebih sering on)
Lanjut/berhenti terserah anda.
Sekian bye-bye
=] Happy Birthday Hinata (27 Desember)
=] Happy Birthday Author (28 Desember)
