Double Chocolatos.
.
.
Summary : Penantiannya penuh yang tak ada ujung dan tak berbatas,pasti selalu di ingin berkeinginan untuk .KiHyun .
.
.
.
.
.
"Tanganmu bergetar Kyuhyun. Kau juga menjatuhkan eskrimu. Ada apa denganmu?" Kim Kyuhyun, lelaki berusia tepat dua puluh lima tahun dua bulan yang lalu, tersenyum. Namun, senyuman terpaksa di sana yang tergambar jelas. Matanya menatap di belakang lawan bicaranya.
"Aku... tidak apa-apa." Shindong, sahabatnya sekaligus hyung kesayangannya yang biasanya suka curhat dengan Kyuhyun meneliti perubahan muka Kyuhyun. Senyum itu terasa kaku. Kyuhyun biasanya tidak seperti itu kecuali jika ada yang membebani pikirannya.
"Hyung, kau tadi ingin bicara apa?" Kyuhyun mengalihkan. Pandangannya juga berusaha fokus pada wajah Shindong yang selalu tersenyum. Ia mengunyah permen karet di mulutnya. Perpaduan Eskrim dan permen karet rasa mint adalah luar biasa.
"Kaulah yang kenapa. Sebenarnya aku hanya ingin menyampaikan berita bagus. Tapi sepertinya akan kutunda dulu sampai moodmu membaik hahaha."
"Kau suka membuatku penasaran hyung. Pasti tentang pasanganmu lagi. Cepatlah ceritakan padaku sebelum kalian putus hahaha dasar playboy gendut. Auuhhh!" Kyuhyun meringis. Jidatnya tepat di pukul di tengahnya.
"Nanti aku tidak jenius lagi hyung!" Shindong tertawa. Ia merasa sedikit lega mengalihkan Kyuhyun dari pikiran-pikirannya.
"Memangnya kau serius ingin melanjutkan S3-mu?"
"Tidak. Terimakasih. Jika kau yang membiayaiku pun aku tak sudi. Kau pikir tidak lelah apa belajar terus. Lama-lama rambutku rontok dan habis. Nanti Choi Kyuhyun tidak tampan lagi." Shindong menyeruput kopinya. Matanya sedikit menyipit marasakan pahitnya kopi pesanannya.
"Kim Kyuhyun. Ingat, margamu sudah berubah." Kyuhyun membalasnya dengan decakan.
"Biarkan aku membawa marga kebanggaanku di sini Hyung. Lagi pula aku tidak terlihat sudah menikah." Shindong memutar matanya malas. Ia memandangi muka Kyuhyun dengan intens.
"Wowowo...jangan-jangan kau mulai tertarik padaku hyung. Ck bermimpilah." Kepala Kyuhyun terdorong ke belakang. Shindong dengan gemasnya menoyor kepala yang berisi pikiran-pikiran narsis Kyuhyun.
"Hyung! " Kyuhyun mengajukan muka protes.
"Apa?! Dasar gila. Mau dikemanakan mayatku nanti jika aku merebutmu darinya bocah!"
"Kau juga bocah! Kita seumuran!"
"Seumuran pantatmu. Aku lebih tua tiga tahun bocah."
"Pantatku memang seumuran. Mereka terlahir kembar! Kau akhirnya mengaku tua hyung! Hahhaha" Shindong melengos. Ia selalu kalah jika beradu mulut dengan si bocah. Dan ia berhasil membuat Kyuhyun sedikit melupakan masalahnya.
"Hey. Hey. Ya! Kau larikan kemana permen karetmu!" Shindong mengacak rambutnya frustasi melihat tindakan bocah yang Kyuhyun perbuat. Kyuhyun menempelkan permen karet yang sudah bosan ia kunyah di atas meja kafe tempat mereka duduk. Kyuhyun hanya membalasnya dengan tawa. Tangannya masih sibuk melebar-lebarkan permen karet itu di tempel.
"Aku hanya terlalu baik hati menambahkan pegawai kafe ini pekerjaan. Kau tenang saja hyung" Kyuhyun masih cekikikan. Shindong dengan heboh menutup-nutupi apa yang Kyuhyun perbuat dengan badannya dari pandangan pegawai kafe itu.
"Kyuhyun. Carilah hiburan untuk dirimu sendiri. Jalan-jalan ke luar negri itu ide yang bagus. Seperti aku misalnya. Pergi ke Maldives pulang membawa calon istri hahahaha" Kyuhyun menghentikan kegiatan joroknya dengan permen karetnya. Ia menatap Shindong lama. Sedetik kemudian ia memeluk Shindong yang terhalangi oleh meja. Jadinya sulit. Tapi meja tak menghalangi kebahagiaan yang baru saja di beritakan.
"Selamat Shindongi hyung! Akhirnyaaaa...hyungku tercinta yang tak pernah kurus ini mendapatkan jodohnya! Aku bahagia sekali..."
"Terimakasih."
"Lalu? Aku harus pergi ke Maldives juga dan pulang membawa calon istri? Akan kucoba!" Kali ini Kyuhyun hanya mampu mengerang sakit. Jitakan Shindong di kepalanya benar-benar membuat otaknya bergeser kembali.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Dari mana saja kau Kyuhyun sampai pulang larut seperti ini?" Kyuhyun berjalan melewati suaminya yang berdiri menyandar di pegangan tangga. Ia melirik sekilas pada suaminya itu. Dan berlalu begitu saja naik ke lantai atas dimana kamar mereka berada tanpa sepatah kata pun terlontar.
Tak terdengar apa-apa lagi dari mereka. Kyuhyun sibuk dengan muka mengantuknya dan suaminya, Kim Kibum hanya menggeram dalam hati. Ia sama sekali tak di anggap oleh istri-namjanya ini.
Kibum segera menyusul Kyuhyun ke kamar mereka dari pada terlarut dalam pikiran yang bukan-bukan mengenai Kyuhyun. Ia memasuki kamarnya dan menutupnya tanpa menguncinya. Jika ia kunci pintu kamar itu maka sudah di pastikan Kyuhyun akan pindah dan tidur di kamar lain di rumah mereka seperti yang sudah-sudah.
Selalu seperti ini. Kyuhyun selalu tidur tanpa mengganti bajunya dengan piyama. Kaus kakinya masih di kaki. Hanya sepatunya yang dia lepas. Itu pun sudah kemajuan. Biasanya Kyuhyun tidak akan repot-repot melepaskan segala aksesoris di badannya. Tanpa sikat gigi atau pun mencuci wajah, kaki dan tangan. Kyuhyun sudah bisa langsung tidur dengan nyenyaknya. Dan hanya Kibum, yang dengan sabar mengurusi istrinya itu. Seharusnya bukan seperti ini. Tapi kenyataan bahwa Kibum sangat mencintai Kyuhyun tidak bisa di sangkal lagi.
Kyuhyun seperti kebutuhannya.
Kyuhyun bagaikan bunganya dan Kibum tangkainya. Jika daun bisa tumbuh tinggi menyamai sang bunga, maka tangkai tak bisa. Bagi Kibum, Kyuhyun begitu jauh, tinggi. Tapi begitu dekat. Cinta Kibum pada Kyuhyun tak pernah sampai. Begitulah deskripsinya. Dan bagi Kyuhyun, Kibum adalah...entahlah. Kyuhyun tak pernah menganggap Kibum berarti. Hanya sampai situ saja. Status suami dan istri. Mereka saling membutuhkan selayaknya pasangan pada umumnya. Namun, pasangan hati, mereka tak saling memiliki.
Setelah Kibum mengganti baju Kyuhyun dengan piyama, dan mengelap wajah Kyuhyun yang terpejam dengan tissu basah, Kibum mengecup sekilas kening itu. Lalu ia membawa tubuhnya berbaring di samping Kyuhyun. Memandangi wajah Kyuhyun yang terlelap dengan tenang sebagai pengantar tidurnya, adalah kebiasaanya selama dua tahun ini. Dalam doa tidurnya Kibum berharap bahwa ia ingin jika esok tiba, Kyuhyun akan memandangnya dan membalas segala perhatiannya selama ini.
.
.
.
.
Dedaunan kering terbang tertiup angin. Membaur dengan tanah, membusuk dan menjadi pupuk bagi pohon di sekitarnya. Daur ulang alami yang terjadi di bumi. Suara angin yang di dominasi oleh suara gesekan antara pepohonan, dahan dan ranting yang saling memukul, menimbulkan suara 'kretekk' dan 'duk-duk-duk'. Dedaunan yang saling bersentuhan dengan daun pohon lain. Suara kumbang-kumbang yang menyaingi kicauan burung, dan suara kegiatan-kegiatan binatang hutan yang lain. Suara alam adalah nyanyian yang terbaik. Begitulah yang sedang Kyuhyun alami saat ini. Ia sedang menyusuri hutan entah hutan apa, yang terasa tak asing, tapi juga ia merasa belum pernah kemari. Senyumnya merekah. Menyisir pandangannya di sekitar. Ia banyak menemukan hal lain di hutan ini yang tak akan di jumpai di perkotaan. Angin yang berhembus sejuk menerbangkan helaian rambutnya. Ia memejamkan matanya sesekali. Menikmati hembusan yang sejuk dan menenangkan hati ini. Langkahnya kian terasa ringan seperti kapas. Berjalan begitu saja tanpa batu sandungan atau akar-akar. Kemudian ia bersenandung. Meski hanya bergumam, tapi dengan nada yang indah. Ia sampai berputar-putar menikmati kesendiriannya. Ya, ia belum sadar bahwa di hutan ini ia sendiri. Seketika ia melihat Siwon, kakak kandungnya berjalan berdua menggandeng sebuah tangan. Bukan tangan Kyuhyun, itu tangan orang lain yang bukan dirinya. Latar belakangnya bukan di hutan lagi, melainkan di sebuah taman yang memiliki air mancur di setiap jalannya. Air mancur itu akan keluar secara bergantian dalam dua detik. Kyuhyun berlari mengejar Siwon yang bersama orang lain. Ia tak rela Siwonnya bersama orang lain selain dirinya. Maka ia angkatlah sepatunya. Berlari mengejar mereka dengan kaki telanjang. Namun, semakin Kyuhyun mengejar maka jarak mereka semakin jauh. Kyuhyun juga terkadang terpeleset dan jatuh. Tubuhnya terluka di mana-mana. Tapi Kyuhyun tetap bersikeras mengejar mereka. Kali ini dengan deraian air mata. Diiringi isakan memilukan. Tak ia hiraukan sekujur tubuhnya yang terluka meskipun tak terasa sakit. Hingga sebuah tangan menariknya menjauh dari taman itu. Dan Kyuhyun terbangun sudah dari mimpi buruknya. Merasakan belaian tangan lembut yang menghapus sisa air matanya. Dan matanya menangkap raut wajah suaminya, Kibum dengan raut cemas. Kyuhyun dengan satu sentakan kasar menyingkirkan tangan Kibum. Mengabaikan desahan kecewa dari suaminya. Sedetik kemudian, ia kembali meneruskan tidurnya membelakangi Kibum.
.
.
.
.
.
End or Tbc?
.
.
.
Nyezeekk sumvvah jadi Kibum. Kyu lu jahat bgd!
.
Fi lagi pulang kampung eh malah mood Fi buruk bgd. Jadilah menistakan Kibum.
Eh iya fi nulis di hp, so tulisannya pasti berantakan. Harap dimaklumi yaaa... pasti pas publish hasilnya seberantakan suasana hati.
Ditunggu reviewnya...^^
Terimakasih^^
