Claire and Jack
Author's Note: My first fanfic, jadi mohon dimaklumi. Semoga mengerti jalan ceritanya, bahasanya, dll.. ^.^
Disclaimer : I own nothing!
Last, selamat membaca… :)
- New Year's Eve, Claire's POV. Sunshine Island -
"Jack belum datang, ya?" tanyaku pada Ibu sembari menyisir rambut pirang-lurusku.
"Belum, Claire. Sabar. Kau sudah menanyakannya padaku sebanyak 10 kali." Jawab Ibu. Ia sedang menyiapkan meja untuk makan malam keluarga.
"Satu jam yang lalu Ayah menjemput Jack di pelabuhan, sekarang belum datang juga. Liat bu, ini udah jam berapa?!" seruku sambil menyodorkan pergelangan tanganku yang nggak ada jam tangannya.
"Claire, kamu lagi gak pakai jam.." Ibu hanya bisa sweatdrop ke anaknya yang satu ini.
"Eh, salah! Maksudnya, tuh…!" aku nunjuk jam dinding yang ada di dinding(?), jam-nya menunjukkan pukul 10 malam.
"Ya udah, Ibu telpon Ayah, ya.". Ibu meraih hp iPhone 5 nya.
'Hebat, kan emak gue, eh ibu maksudnya.. pakai iPhone. Anaknya? Gak punya hand phone, hiks. #jujur' batinku dalam hati.
Tapi, sebelum Ibu menekan nomor Ayah, ada yang ngetuk pintu.
'Ketok, ketok! *coret* Knock, Knock!"
"Biar Claire aja yang buka pintunya, bu!"
Terlihatlah dua sosok makhluk *coret*, Ayah dan Jack yang bawa banyak oleh-oleh, di depan pintu.
"Kakak, aku pulang…!" kata Jack hendak memelukku.
"Jack…" kataku. Wajahku berubah cerah, melihat.. kedatangan Jack. Tepatnya, oleh-olehnya!.
"Cihuy! Asyik oleh-oleh…! Ini dia yang kutunggu-tunggu!". Akupun menyambar oleh-oleh Jack.
Jack dan Ayah hanya ber-gubrak ria melihat tingkah laku manusia satu ini. Apalagi Jack, yang kalah oleh SEKANTONG plastik oleh-oleh.
Kami bertiga-pun memasuki rumah sederhana Keluarga Stark.
- Flashback, A Year Ago -
Sebelumnya, Intro dulu ya~ *eh
Namaku Claire Stark 18 tahun, punya adik beda 1 tahun bernama Jack Stark. Ibu Chelsea Stark (Smith), Ayah Mark Stark. Tinggal di pulau, yang bernama 'Sunshine Island'. Kami keluarga petani dan peternak. DONE~
Kakekku, Tony Stark di Mineral Town memberikan warisan pertaniannya kepada Ayah, tapi karena Ayah sudah memiliki pertanian di Sunshine Island, selama 3 tahun warisan itu didiamkan saja olehnya.
Sampai, Jack yang udah beranjak dewasa, mau mengambil alih pertanian itu. Orangtua ngijinin, secara, Jack itu adik yang pandai, cekatan dan mandiri. Beda banget sama aku yang malas-malasan, lola, dan ngerepotin orang-orang se-pulau. Ibu sebenarnya berharap aku ikut, tapi ogah, ah. Ayah cuma bisa mencak-mencak, sambil bilang 'Kamu 'kan kakak, Claire!'.
Tahun kemarin aku memang diijinkan untuk tinggal di pulau, tapi ada syaratnya.. ya, tahun ini aku ikut Jack ke Mineral Town. Males sih, sebenarnya. Tapi untuk membuat Ayah-Ibu bahagia akhirnya aku mau juga.
Jack pergi, dan akan datang tahun depan untuk berkunjung dan menjemputku. Hufh.
- Flashback Ends -
"Claire jangan ngelamun! Ayo makan!" ajak Ibu.
"Eh, i-iya bu." Aku pun menarik kursi untuk duduk.
"Kenapa ngelamun, Claire? Mikirin cowok, ya.." Jack menggodaku.
"Enggak, kok! Cuma ngebayangin Mineral Town, doang. Oh ya, gimana keadaan Stark Farm?" tanyaku.
"Progress-nya lumayan! Kandang sapi, kandang ayam, sama rumah udah diperbesar sampai level akhir!" jawabnya dengan bangga. Hebat juga Jack, dalam 1 tahun progress-nya udah gitu. Tapi enak juga ,sih, udah gede rumahnya… Jadi aku tinggal menguasai aja! HAHAHA. Aku, adalah aku yang kejam..! #apaini
Jack diberi waktu 3 tahun untuk mengelola pertanian itu oleh penduduk Mineral Town. Jika gagal, pertanian itu akan dijual tanpa persetujuan keluarga Smith karena sudah melanggar peraturan hak milik tanah itu.
"5 hari lagi kita berangkat ya, Claire!" kata Jack sambil menyuapkan 1 piring nasi ke mulutnya dengan santai #apaini
"Iya, iya, inget kok!" jawabku malas.
"Kamu lapar, ya Jack? Piringnya kemakan, tuh." Lanjutku singkat, Jack makannya itu santai, tapi bisa habis 5 porsi.
"Eh, iya. Lupa.. kirain biskuit." Jack nyengir.
Ayah dan Ibu hanya sweatdropped ngeliat Jack.
- Five Days Later -
Pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan Ibu, "Claire, Claire…"
"5 menit lagi, bu." Jawabku lemah.
Zzz… Aku terlelap sebentar, sampai..
"Claire…! Bangun…!" ibu teriak-teriak ditemani oleh suara panci yang dipukul-pukul pake Jack, eh, sendok maksudnya.
"Ibu, 'kan kata Claire 5 menit lagi…" kataku menutupi kepala dengan bantal.
"5 menit apaan?! 30 menit lagi kapalnya berlayar, Claire! Kamu tidur apa mati, sih? Susah banget dibangunin!" Ibu jadi sangar.
"Ah, masa..?" aku melihat ke pergelangan tanganku, eh, lagi gak pake jam. Akhirnya ngeliat ke dinding.
"APA?!" aku kaget ngeliat jam.
Aku kalang kabut ke kamar mandi. Habis mandi aku lari-lari ke kamar, pakai baju. Lalu ngambil tas dan koper kecilku.
"Ayo, bu!" aku narik tangan Ibu dan berlari ke pelabuhan. Ayah dan Jack udah duluan buat ngurus tiket.
Sesampainya…
"Hosh, hosh. Mana Jack, bu?" kataku ngos-ngosan. Aku balik badan buat liat Ibu. Keadaan ibu berantakan, keringat bercucuran, rambut kemana-mana.. *lebay
"IBU! Ibu kenapa?" tanyaku panik.
"Kamu larinya cepet banget, Claire. Ibu teriak-teriak gak didengerin! Kopermu juga ngalangin jalan ibu!" Ibu keliatan sangar lagi. Ngebetulin rambutnya.
"Maaf bu… yang penting kan gak telat.." aku nyengir kuda.
"Rambutmu berantakan, Claire. Duh." Ibu merapikan rambutku.
"Ah, santai aja, bu…" aku pun mengikat rambutku.
"Ibu, Claire!" teriak suara yang kukenal, Jack.
Aku lambai-lambai gak jelas ke Jack. Lalu menghampirinya dan Ayah.
- Boarding : Mineral Town -
"Dah, Yah. Dah, Bu." Aku memeluk mereka bergantian.
"Kalau sampai sana, jangan lupa telpon pakai telpon yang ada di Inn, ya!" ibu memberikan kotak bekal padaku, "Kamu belum sarapan, kan?"
Aku mengangguk, "Makasih bu!"
'TOOOOOOOOOOT!' suara panjang peluit yang memerintahkan penumpangnya untuk segera masuk ke kapal.
Aku dan Jack pun melambaikan tangan pada mereka. Aku berlari kecil, air mataku bercucuran. Enggak deng, aku gak nangis kok!
Setelah waktu perjalan 30 menit, akhirnya terlihat lah pantai di depan kapal. 'Akhirnya sampai..' batinku.
Aku pun menarik koperku dan mengikuti Jack yang sedang menuju pintu keluar kapal.
Aku menghirup udara segar. Di pantai itu terdapat sebuah rumah kecil dan sebuah sea lodge yang tidak berpenghuni, di pintunya ada secarik kertas yang bertuliskan;
"Kai's Seaside Lodge. Hanya buka setiap Summer! :3"
Aku bergidik melihat emoticon ':3'.
Dan di rumah kecil itu ada secarik kertas, juga.
"Zack's House. Dilarang masuk tanpa permisi! :o"
Lagi-lagi ada emoticon. Aku menghela nafas, 'Apa ada sesuatu yang langka? Binatang? Barang berharga? Privasi?' batinku.
"Ehem!"
Aku kaget mendengar suara batuk di belakangku. Jack? Enggak mungkin, ah. Aku membalikkan badanku.
Di sebelah Jack, berdiri seorang lelaki yang tinggi, kulitnya gelap, dan tangannya kekar. Menggunakan baju kaus dalam dan celana jeans ditambah kain lap lecek(?) di lehernya.
"Aku Zack. Salam kenal!" ia tersenyum memamerkan gigi-giginya yang pake behel *boong deng.
"E-eh…" aku tergagap.
_TO BE CONTINUED_
Author's Note : Gaje? Maklum, pemula :D Maaf kalau ada typo, ceritanya gaje, dll. *nunduk*
Dan makasih yang udah read, makasih banyak kalau ada yang mau nge-review… ;)
EDITED (setelah kesekian kalinya) 25/08/2012
