Buagh!

Buagh!

Plak!

"Akh!"

BRUK!

"Apha maumu Park Chanyeolhh?!"

Pemuda berkulit tan itu terengah disudut dinding dengan wajah babak belur. Seorang namja bertubuh jangkung yang memukulinya bernama Park Chanyeol itu menyeringai, mendekati namja yang kini tersudut tak berdaya. Bukan, bukannya namja itu tidak mampu melawan... Hanya saja... Ia punya alasan untuk tidak melawan.

"Kau tahukan hutangmu belum juga terlunas? Hm?" Chanyeol meraih kerah namja itu dan menariknya dengan kasar. Namja itu meringis karena tulang rusuknya pasti sudah ada yang patah.

Namja itu mengangguk mengiyakan, "Aku kan sering mencicil itu tiap bulan. Jadi apa masalahmu?"

Chanyeol lagi-lagi menyeringai jahat, Ia kembali menghempaskan tubuh itu ke sudut tembok, membuat orang itu lagi-lagi merasakan sakit.

"Heh, kau pikir dari gajimu sebagai pegawai kafe bisa membayarnya sampai kapan? Kau bisa mati duluan sebelum kau melunasinya." Chanyeol tersenyum meremehkan. Mata Namja itu berkilat marah, meski dalam hati Ia ingin sekali mencabik orang dihadapannya ini, tapi Ia harus tahu diri dengan situasi yang di alaminya.

"Lalu apa maumu?"

Chanyeol melebarkan seringainya lalu berjongkok mendekati tubuh Namja itu, "Bagaimana kalau kita melupakan soal hutang itu?"

Namja berkulit tan itu mengerutkan dahinya heran, meski begitu, Ia memiliki firasat buruk, Mengingat bagaimana liciknya seorang Park Chanyeol.

"Kau tahu Do Kyungsoo?"

Namja tan itu langsung mengenalinya sebagai sosok yeoja bertubuh mungil dengan sepasang mata bulat yang sejak dulu diam-diam menyukainya. Ya, dia kuliah jurusan hukum semester terakhir.

Chanyeol makin menyeringai melihat wajah orang dihadapannya, Ia merunduk dan mendekatkan wajahnya ke telinga namja itu, "Bermainlah dengannya, buat dia semakin jatuh padamu, lalu tiduri dia..." Namja itu membulatkan matanya mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Chanyeol itu.

"Ah, jangan lupa untuk merekamnya dan serahkan padaku!" Namja itu hendak mengeuarkan kalimat protes bersama dengan emosinya. Tapi lagi-lagi, Ia harus menyimpan semuanya ketika Chanyeol dengan liciknya mengatakan,

"Atau Kim Baekhyun yang ada di Pohang?" Seketika itu mata Namja itu berkilat marah, Ia refleks mendorong tubuh jangkung dihadapannya, hanya saja tubuh itu terlalu kuat dibanding tenaga orang babak belur sepertinya.

"Kenapa hm?" Chanyeol berkata dengan kalem, membuat namja tan itu menggeram marah.

"Jangan sentuh adikku... Jangan pernah." Desisnya dengan nada rendah, membuat Chanyeol tersenyun puas.

Namja bersurai madu itu berdiri dan menepuk bagian tubuhnya yang kotor dari debu. Bibirnya masih saja mengulum senyuman licik yang membuat orang dibawahnya ingin sekali merobek bibir itu, "Oke,"

Chanyeol sedikit membungkuk kearah namja di bawahnya, memasang wajah bersahabat yang memuakkan dan menepuk bahu orang itu pelan.

"Aku menunggunya. Mulailah besok, aku yakin Kyungsoo akan dengan mudah menyerahkannya padamu. Dia menyukaimu." Saat kau memperhatikannya, kau dapat melihat kemarahan di mata bulat itu.

Saat namja itu akan membuka mulutnya, Chanyeol memotongnya dengan berkata, "Jangan berpikir kau bisa melunasinya dengan uang lagi sekarang. Kau hanya bisa melunasinya dengan dua pilihan, rekaman itu atau adikmu."

"Kau brengsek!"

Chanyeol menegakkan tubuhnya lalu mengendikkan bahunya santai, "Aku tahu." Chanyeol tersenyum bak malaikat, "Dan aku menyukainya."

"Bajingan kau!" Namja itu mendecih emosi.

Chanyeol berbalik tak perduli, Ia melangkah menuju keluar dari gudang. "Oya! Jangan lupakan rekamannya, kau hanya punya waktu dua atau tiga minggu saja Kim Jongin!"

Kim Jongin. Setelah Chanyeol menghilang meninggalkannya di gudang sendirian, Namja itu berteriak frustasi dan melemparkan apapun yang ada di dekatnya, "BRENGSEK!"

.

.

.

Handycam

By Adetya L. Maharani

.

Main Cast :

Do Kyungsoo (yeoja)

Kim Jongin (Namja)

Park Chanyeol (n)

Other :

Byun Baekhyun (y)

[Cast bisa berubah dan bertambah disetiap Chapternya]

.

Rated M (ature)

.

Hurt/Comfort /Drama/Angst

.

W(arning) :

GS FOR ALL UKE, TYPOs, OOC, NC/LIME, Bahasa agak kasar, GAJE, NGAWUR dsb.

.

.

ΠΠ_88_ΠΠ

.

.

Hari itu Kyungsoo menyelesaikan kelasnya dengan baik. Yeoja bertubuh mungil ini berniat pergi ke toko buku lalu akan bersantai sejenak untuk melepas kepenatannya seminggu terakhir dengan duduk santai di taman kota sore harinya.

Kyungsoo membereskan buku-bukunya dengan telaten, kelas sudah sepi, tinggal dirinya dan sesosok Xi Luhan, sahabatnya di meja sebelah.

"Kau mau pergi ke toko buku?"

"Hm, aku ingin membeli buku resep yang baru. Kau tahu, sebentar lagi ulang tahunku dan aku ingin membuat pesta kecil-kecilan untuk kita bertiga."

Bertiga. Kyungsoo, Luhan, dan Sehun, si albino kekasih Luhan yang juga merangkap sebagai adik sepupu Kyungsoo.

Luhan tersenyum cerah mendengar itu, "Hahaha, aku jadi tidak sabar."

Luhan sudah menyelesaikan beres-beresnya, Ia menoleh pada Kyungsoo yang masih sibuk memasukkan dan membuka beberapa bukunya.

"Kalau kau pergi besok, aku pasti bisa mengantarmu. Ini sabtu, sayang sekali, kau tahukan sabtu itu HunHan day?" Luhan memasang wajah menyesal, membuat Kyungsoo tertawa manis disela kegiatannya.

"Iya, aku tahu itu nona Oh!"

"Ya sudah, aku pergi duluan tidak apa-apa ya? Sehun selalu ngambek jika aku telat datang, dia pasti sudah lumutan ditempat parkir."

Lagi-lagi Kyungsoo tergelak mendengar keluhan si rusa cantik itu. "Hahaha. Ya sudah, hush, sana pergi!" Sejenak, Kyungsoo mengalihkan perhatiannya kearah Luhan. Yeoja tinggi itu melambai dan berjalan keluar kelas.

"Paii Kyung~"

"Hm, pai..."

Dan tinggalah Kyungsoo sendiri. Memilah buku yang harus Ia kembalikan ke perpustakaan besok pagi. Hah, memang melelahkan menjadi murid teladan di kelas.

"Akhirnya selesai." Kyungsoo tersenyum bahagia setelah lima belas menit ditinggal Luhan akhirnya pekerjaannya selesai. Ia segera meraih tasnya dan berjalan keluar kelas.

Berjalan menyusuri lorong fakultasnya dengan santai, menikmati siang yang sedikit mendung. Kyungsoo melihat isi ponselnya, sudah pukul dua, dan gedung fakultasnya masih saja ramai.

Saat menuruni tangga menuju lantai satu, langkah Kyungsoo tiba-tiba terhenti, jantungnya seketika berpacu dengan sangat cepat ketika pandangannya menangkap sesosok yang sangat familiar di matanya sedang bersandar di pinggiran tangga sambil mendengarkan musik dari headset putihnya.

Dia, Kim Jongin.

Namja jurusan bisnis sama seperti Sehun. Namja yang sudah hampir dua tahun Ia sukai. Namja yang diam-diam telah mencuri seluruh perhatian, perasaan, pikiran, dan hatinya.

Dia Kim Jongin.

Dan itu masalah besar ketika Jongin menyadari kehadiran Kyungsoo yang berada lima meter darinya lalu menoleh dan memandang Kyungsoo. Refleks Kyungsoo berbalik dan berjalan kembali menaiki tangga.

"Hei!" Kyungsoo memberhentikan langkah kakinya. Itu suara Jongin. Tapi dia tidak menoleh. Kyungsoo hanya melirik keadaan sekitar, siapa tahu ada orang selain dirinya disini. Tapi nihil. Tak ada siapapun selain dirinya dan Jongin.

Dengan gerakan kaku, Kyungsoo berbalik, Ia memasang wajah bingung namun gugup yang terlihat sangat lucu. Jongin tersenyum melihatnya, "A-aku?" Kyungsoo menunjuk dirinya sendiri.

Jongin mengangguk dan melebarkan senyumnya, senyum yang jarang di perlihatkan oleh seseorang yang dingin seperti Kim Jongin. Dan itu membuat seorang Do Kyungsoo terpana lalu membulatkan matanya imut.

"Ya, kau. Do Kyungsoo."

"Wae? A-ada apa kau mencariku?" Tanyanya gugup, tanpa sadar Kyungsoo meremas kemeja putih yang digunakannya. Jujur saja, Kyungsoo ingin sekali berteriak sekarang juga. Ya ampun, Kim Jongin tahu namanya!

Jongin menaiki tangga dan mendekati tubuh Kyungsoo yang berdiri makin tegang, hingga hanya tinggal satu tangga yang menjadi pemisah jarak diantara keduanya.

"Mau pulang bersamaku?"

Jongin tersenyum tampan, dan Kyungsoo menganga lebar.

.

.88.

.

Sore itu, walau mendung tapi suasana hati Kyungsoo sangatlah cerah seperti memiliki sepuluh matahari dalam dunianya.

Tentu saja. Mataharinya itu, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, Kim Jongin, dan Kim Jongin yang kini berdiri tampan disampingnya.

Menemaninya membeli buku.

Entahlah semalam Kyungsoo bermimpi apa. Padahal kalau tidak salah semalam Kyungsoo bermimpi dikroyok oleh puluhan kecoak, hewan yang paling dibencinya.

Oh, haruskah Kyungsoo berbalik menjadi menyukai kecoak setelah kejadian ini dan berharap di kroyok kecoak lagi dalam mimpinya nanti malam?

Oke, semoga saja.

"Kau mau membeli buku resep?" Tanya Jongin yang berdiri di samping yeoja bersurai hitam sepunggung itu. Kyungsoo mengangguk, meski masih gugup, tapi Kyungsoo sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Jongin, apalagi tanpa diduga, Jongin yang menurutnya sangat dingin itu ternyata memiliki kepribadian yang hangat juga perhatian.

Mengingat bagaimana Jongin meminjamkan jaketnya, dan menarik tangannya agar memeluk perutnya saat naik motor sport hitamnya tadi, membuat wajah Kyungsoo lagi-lagi memanas.

"Umm, aku ingin memasak untuk sahabat-sahabatku." Jawab Kyungsoo disertai senyuman manis. Tangannya terulur untuk mengambil salah satu buku bercover masakkan kare yang menarik perhatian Kyungsoo.

Masakkan berkuah khas Jepang, "Aku juga suka kare. Tapi aku belum pernah memakan kare masakkan Jepang." Kyungsoo menoleh dan menatap wajah tampan itu, "Bisakah kau memasakkannya untukku lain kali?" Jongin tersenyum dengan tampan.

Dan hari itu Kyungsoo memutuskan untuk membeli buku resep makanan Jepang untuk Jongin.

Oh, Ya Tuhan... Kyungsoo benar-benar ingin bermimpi kecoak lagi nanti malam. Please.

.

.

.

Kyungsoo dan Jongin kini duduk bersebelahan di kursi taman, mereka memandangi anak-anak yang sedang bermain basket di lapangan. Kyungsoo tersenyum menikmati weekendnya hari ini yang berkali lipat terasa lebih menyenangkan.

Jongin menoleh dan memandangi wajah cantik yang kini tersenyum lembut seperti malaikat. Hatinya terenyuh, perasaan bersalah mulai merayapinya, matanya menatap sendu pada gadis disampingnya.

Haruskah Ia menyakiti gadis ini?

Kyungsoo balas menoleh dengan senyuman lebar, Jongin buru-buru merubah air mukanya dan tersenyum kecil.

"Kau tunggu disini sebentar, aku mau membeli es krim dulu."

Jongin menarik tangan mungil itu untuk mencegahnya pergi, menariknya lembut dan mendudukkannya lagi. "Aku yang akan membelinya."

Jongin bangkit dari duduknya, Kyungsoo masih terdiam karena gugup. Tentu saja, ini kali pertama ada namja yang mau membelikannya es krim.

"Kau mau rasa apa?" Kyungsoo masih mematung, tiba-tiba Kyungsoo merasa saraf otaknya bermasalah.

"Kyung?"

"E-eh? Vanilla. Ya, aku rasa vanilla, Jongin-sshi."

Jongin tertawa lebar melihat respon Kyungsoo yang benar-benar lucu.

"Eum, bisakah kau memanggilku... Oppa saja?"

"Eh?"

Kyungsoo menatap Jongin dengan tatapan O.O miliknya. Membuat Jongin gemas dan mengacak surai yang diikat itu.

"Kau panggil aku Oppa, dan aku akan memanggilmu dengan nama kecilmu. Mari kita gunakan bahasa nonformal mulai sekarang!" Kyungsoo dengan kaku mengangguk, wajahnya memerah karena malu juga karena segala ketidakpercayaannya terhadap apa yang sedang terjadi.

"Baiklah, kau tinggu disini ya. Aku akan kembali dengan es krim untukmu."

Kyungsoo mengangguk menurut, matanya tak lepas dari sosok berkulit tan yang mulai berjalan menjauh menuju kedai es krim yang berada di sebrang jalan.

Perlahan, sudut-sudut bibir kissable itu terangkat dan membentuk sebuah senyuman cantik sarat akan kebahagian.

"Ya Tuhan... Aku tahu kau sudah mau berbaik hati membawanya lebih dekat padaku seperti ini. Tapi bisakah aku meminta lebih dari ini? Kumohon." Bisik Kyungsoo, matanya nyaris berair mengingat bagaimana dia menyukai Jongin dua tahun lamanya.

Semenjak Ia menjejalkan kakinya di kantin fakultas bisnis, pertama kalinya Ia melihat pemuda itu duduk di salah satu meja kantin dengan headset ditelinganya. Jujur saja, Kyungsoo saat itu terpesona karena wajah tampan Jongin.

Tapi ketika Kyungsoo dan Luhan rutin beristirahat dan makan siang di kantin fakultas bisnis demi si manja Oh Sehun, Kyungsoo jadi sering memperhatikan namja bermarga Kim itu.

Kyungsoo terus Mencari tahu, dan mencari tahu, hingga perasaannya merambah dan membuat Jongin menjadi satu-satunya namja yang berseliweran di pikirannya. Sejak saat itu Kyungsoo sadar kalau Ia jatuh hati pada seseorang yang dingin bernama Kim Jongin. Anak fakultas bisnis semester terakhir yang mahir bermain basket dan menyukai kopi. Ketika di kantin Selalu duduk di tempat yang sama, penyendiri, yatim piatu dan hanya memiliki satu-satunya adik yang kini duduk di kelas 3 SMA dan tinggal di Pohang bersama bibinya.

Oh, apakah Kyungsoo terdengar seperti stalker?

Kalau ya, terimakasih.

"Ini punyamu."

"Eh?"

Kyungsoo sedikit terlonjak saat sebuah tangan terulur dengan es krim berwarna putih dihadapannya.

Ia mendongkak, Jongin tengah tersenyum dengan es krim rasa cokelat di tangan kirinya.

"Kau melamun," Jongin dengan iseng mencolekkan es krim vanilla itu ke bibir merah Kyungsoo.

"Yak!"

"Hahaha." Jongin tertawa saat Kyungsoo berteriak nyaring tapi langsung bungkam dan menjilati es krim yang melumeri bibirnya dengan tampang kesal.

"Kau iseng sekali, kemarikan." Kyungsoo mengambil es krimnya dan Jongin kembali duduk disamping Kyungsoo.

Dan setelah itu mereka hanya terdiam menikmati dinginnya es krim dan pemandangan taman yang kini mulai sepi.

Drrrttt...

Kyungsoo berbalik saat mendengar suara ponsel bergetar, Ia mengorek isi tasnya mencoba mencari ponselnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih sibuk menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.

"Itu punyaku,"

Kyungsoo langsung menoleh saat Jongin berbicara sambil memperlihatkan ponselnya yang bergetar karena panggilan masuk dari 'Bacon' ?

Jongin mengangkat panggilan tersebut tanpa mengalihkan perhatiannya dari Kyungsoo yang juga memperhatikannya sambil melahap es krimnya.

"Yeoboseyo, Baek?"

"Hm, baiklah... Oppa akan mengusahakannya besok."

"Belajarlah dengan Baik, kurangi main basket dan fokuslah untuk ujianmu! Jangan lupakan makan, jangan malas membantu bibi ya?"

"Baiklah. Aku tutup."

Piip.

"Itu Siapa?" tanya Kyungsoo dengan tatapan polosnya, untuk kesekian kalinya Jongin tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap lumeran es krim yang ada disudut bibir Kyungsoo.

Kyungsoo sontak memundurkan tubuhnya. Kaget dengan tindakan Jongin.

"Adikku."

"O-oh."

Jongin mengacak rambut Kyungsoo lembut, "Ayo kita pulang. Aku akan mengantarkanmu."

Kyungsoo mengangguk gugup, ia membuang sisa es krimnya yang masih setengah dan menggendong tasnya lagi. Jongin dengan berani meraih tangan mungil itu dan membawanya berjalan.

Sedangkan Kyungsoo hanya bisa terdiam, mencoba menyimpan moment ini sebanyak yang Ia bisa.

.

.

.

Kyungsoo berguling-guling di kasurnya dan sesekali berteriak. Ia masih ingat kejadian tiga jam yang lalu, dimana Jongin mengantarnya sampai ke apartemennya.

Kyungsoo juga ingat bagaimana aroma mint yang memikat menguar dari tubuh tegap yang sempat Ia peluk sepanjang perjalanan pulang tadi. Dan Kyungsoo sekai lagi menjerit, ketika mengingat bagaimana Jongin meminta nomor ponselnya dan berkata akan meneleponnya pukul delapan nanti.

"Kau tidak boleh tidur dulu."

"Bagaimana aku bisa tidur kalau aku saja masih bermimpi?" Kyungsoo tertawa lebar dan menutupi wajahnya dengan bantal, menyembunyikan wajahnya yang kini memerah.

Drrtt... Tiba-tiba dering lagu Payphone milik Maroon5 terdengar, panggilan masuk ke ponsel Kyungsoo.

Kyungsoo dengan semangat melompat dan melihat deretan nomor baru yang diyakininnya Sebagai Jongin.

"Yeoboseyo?"

"Ye-yeoboseyo..."

"Aku pikir kau sudah tidur... hehe."

Kyungsoo tersipu, Ia menaruh ponselnya dan berlari ke balkon.

"Kyaaaaa!"

Dan Kyungsoo hanya keluar untuk itu. Ia berlari lagi kedalam dan mengambil ponselnya.

"Kyung?"

"Ah, hehehe. Belum oppa, aku... aku menunggumu menelepon." Cicit Kyungsoo malu-malu. Jongin terkekeh disebrang sana.

"Jinjja?"

"Umm..."

"Kau sudah makan?"

.

.

.

"Umm, ne oppa. Terimakasih sudah memberi tumpangan hari ini."

"Tidak. Aku yang menginginkannya. Bagaimana kalau besok aku menjemputmu? Bolehkah?"

"Eh? Benarkah?"

"Aku akan menjemputmu setengah delapan. Berdandanlah yang cantik ya, hehe."

"Oppa!"

"Ya sudah, tidak usah berdandan karena kau sudah cantik kok."

"Yak, Oppa! Berhenti menggodaku!"

"Hehe. Ya sudah, pergilah tidur... Jaljayo."

"Eumm, ne Oppa. Nado jalja."

Piip.

"Cih, pintar sekali dia membual."

Namja jangkung itu melemparkan ponsel pintarnya asal, dari ekspresi wajahnya dia dalam mood yang buruk. Ya, memburuk setelah mendengarkan rekaman suara yang baru dikirimkan oleh Jongin.

Chanyeol merebahkan tubuhnya di ranjang, matanya terpejam memikirkan sesosok wajah cantik yang selalu menghantui pikirannya.

Dan beberapa menit kemudian matanya kembali terbuka, tubuhnya berubah menyamping untuk melihat bagian dinding kamarnya yang tertempel oleh puluhan foto seorang gadis mungil dengan berbagai ekspresi. Mulai dari yeoja itu yang sedang berada di kelas, di kantin, membaca buku di taman, tertidur di perpustakaan, sampai foto dimana gadis itu sedang menatap kagum seseorang yang berada di seberangnya.

"Hancur. Kau harus jadi milikku."

.

.

.

.

TBC/END?

.

Bacotan Author : Holaaa, aku bawa ff baru. Dan ini chaptered. Maafin bgt, ff ku masih banyak bgt yg terbelengkalai tapi udah bawa yang baru. Maafin (/-\) huhehehehe.

Ff ini terinspirasi dari ff yang dulu pernah aku baca tp aku lupa authornya siapa. Hehehe, tapi judulnya sama kok Handycam. Tenang, tp ff ini ceritanya tetep bakal beda kok, beda bgt malah. Soalnya ff itu aku gak pernah baca sampe tamat, jd gak akan sama dong ^^

Dan sekali lagi aku minta maaf, udah ngejadiin Chanyeol yang baik hati, tidak sobong dan rajin menabung ini jadi Jahat bangeeeeeet T-T

Dan juga, Kalo penulisannya ancur maaf ya, ini ngebut soalnya, no edit loh... di hape pula.

Aaaaaaa. Insya Allah ini ff gak akan lebih dari 10 chapter deh. Dan Chanyeol juga gak bakal jd yang jahat mulu.

Dan, Yaamvoooon, makasih buat respon kalian di ff Alcohol Effects. Aku terhuraaaaaa~ ~(T^T)~ bgetbgetbget. #CivokReaderAtu-Atu#

Yaudin deh, Di review ya... Semoga responnya bagus^^ dan kalian suka.

Follow twitterku yaa adeeeett ^^

Yehet,

Xoxo... 14.01.19

REVIEW :*