Halo semuanya!

Awalnya aku mau ngepost ini habis Music Melodies dan ujian selesai, tapi ya… writer's block. Dan lagi, cerita ini melompat lompat terus di kepalaku sampe aku nggak bisa belajar. Jadi kutulis aja. Ini bukan fic bahasa Indonesiaku yang pertama—meskipun ini adalah fanfiction bahasa Indonesiaku yang pertama.

Ditulis karena secara kejam cuma ada 1 fanfic KaitoAoko di sini, ditulis oleh Shoojo… RnR please!! Ya ya ya??

Aoko berdiri di tengah ruang keluarga Rumah Kuroba. Dia sedang menunggu Kaito pulang dari suatu tempat antah berantah untuk mengerjakan sebuah tugas. Awalnya dia duduk menunggu dengan sabar… tapi… lama lama bosan juga. Dia berdiri dan berjalan ke sebuah lukisan Toichi-ojisan yang tergantung di dinding.

Lukisan itu sangat indah—Toichi-ojisan terlihat sangat senang. Tapi ketika Aoko memperhatikan lukisan itu… ia melihat sejumlah tempat yang terlihat seperti sering disentuh. Pasti Kaito sangat senang pada lukisan ini. Dia mengelus lukisan itu dengan lembut… lalu mendorong sedikit.

Dan terjatuh.

Apa…

Aoko menemukan dirinya sendiri di sebuah ruangan yang tidak ia kenal. Ruangan itu berwarna putih, berantakan, dengan puluhan rak di dinding. Aoko merasa penasaran. Ia berdiri, dan melangkah.

Selang berapa langkah ia mendengar sebuah suara.

"Paris…Permata…Pandora…"

Aoko mengenal suara itu.

Ia yakin ia mengenal suara itu. Tapi suara siapa?

"Toichi… Ayahmu."

Toichi? Toichi—Toichi-ojisan? Ayah Kaito? Kenapa dia di sini?

Dengan bersemangat Aoko mulai mencari asal suara itu, tapi tidak menemukan apapun selain sebuah tape. Rupanya suara itu adalah pesan dari Toichi-ojisan. Untuk siapa?

Aoko merewind tape itu, dan merekam suaranya di handphonenya. Ia berdiri lagi, mengamati rak rak yang berjajar di depannya.

Rak yang pertama berisi trik trik sulap—bom asap, cat rambut, benda benda seperti itu. Rak itu bersih. Sepertinya seseorang sering mengambil barang dari sini (Mengenal para Kuroba, Aoko yakin seseorang itu adalah Kaito.). Aoko tersenyum ketika dia melihat sebuah bom asap yang dilabeli biru. Dia mengambilnya dan mengamatinya ketika ia berpindah ke rak selanjutnya.

Rak ini berisi alat alat penyamaran, seperti lateks, kacamata, dan pakaian. Aoko tidak mengenal sebagian besar dari mereka, tapi dia tetap melihat lihat.

Di kaki rak itu agak berdebu. Di situ terdapat sebuah buku, yang sepertinya, berpuluh tahun tidak disentuh. Penasaran, Aoko mengambil buku itu dan melihat judulnya.

Ya. Ampun.

Buku Pengangan Kaitou #1412

Kaitou 1412…. Kaitou KID!

Orang yang sangat dia benci.

Sebuah kesimpulan dibuat. Ini adalah sarang sang Kaitou KID. Tapi siapa KID? Tidak mungkin… tidak mungkin Kaito!

Aoko merasakan kemarahannya memuncak. Saat itu dia mendengar suara klik pelan. Dia berputar.

Rupanya pesan di tape itu sudah selesai.

Dia mengambil handphonenya dan keluar dengan marah dari ruangan. Batinnya membayangkan bagaimana dia akan bertanya tentang hal ini pada Kaito. Ia merasa gelisah,tak bisa duduk tenang.

Kaito datang.

"Hai Aoko!" katanya ceria. "Mau mengerjakan proyek Fujisawa-sensei?"

Aoko hanya mengangguk.

Dia tidak bisa berkonsentrasi selama mengerjakan tugas

Malam itu Aoko duduk di meja belajarnya, pesan Toichi-ojisan di depannya. Meskipun sangat sulit, ia telah berhasil menuliskan semua isi pesan itu—dan isinya membuatnya duduk diam dalam kekagetan.

Toichi-ojisan adalah Kaitou KID yang pertama. Ia mencari sebuah permata yang mengeluarkan air mata yang membuat mu abadi—bernama Pandora. Ia tidak mau permata itu jatuh ke tangan yang salah. Tapi ketika seseorang berusaha merekrutnya untuk mencari permata itu, ia menolak. Ternyata ia adalah anggota sebuah organisasi mematikan… dan seseorang, dengan nama kode Snake, dikirim untuk membunuhnya.

Di buku Kaitou #1412 Aoko melihat catatan Kaito… tentang kematian ayahnya yang merupakan pembunuhan, balas dendamnya, kemunculan kembali Snake… tujuannya. Segalanya.

Dulu Aoko membenci KID. Ia tidak tahu apa tujuannya. Tapi ia tahu, sekarang ia tidak membenci KID lagi. Bahkan jika ia tidak tahu kenapa KID mencuri, ia takkan bisa membenci KID. Ia takkan bisa membenci Kaito.

Karena Kaito pasti memiliki alasan yang sangat bagus untuk melakukan hal seperti ini. Dan kini alasan itu ada di tangannya. Tapi Aoko tidak bisa membiarkan Kaito menghadapi mereka sendiri! Apalagi mendengar keluhan ayahnya tentang orang yang berusaha membunuh KID. Mereka tak pernah tertangkap.

Kaito…kenapa kamu memutuskan untuk melanjutkan ini? Kamu tahu itu berbahaya!

Airmata jatuh dari kedua matanya.

Sebuah keputusan ia buat.

Ia akan membantu Kaito, tak peduli apa konsekuensinya.

Beberapa hari kemudian, Aoko memasuki kelasnya.

Semalam setelah kejadian itu, ia telah berhasil memasuki ruang KID dan mengambil sebuah… yah… hang glider yang disembunyikan dalam bentuk sebuah tunik… monocle… dan topi, tentu saja. Dia juga membeli gaun malam dan legging berwarna putih. Ayahnya tidak tahu akan hal ini.

Dan headline koran pagi itu, yang dipegang Kaito, membuatnya melonjak.

"KID Mengumumkan Pencurian Selanjutnya!"

Apa? Aoko memang sudah banyak berlatih, sangat banyak berlatih, tapi…

"Pagi Aoko!" Kaito berseru dengan cerianya. Aoko mengeluh. Bagaimana dia bisa sebegitu ceria ketika ia akan segera menghadapi segerombolan polisi?

"Pagi juga." Katanya ketus. Lalu dia duduk.

Kaito hanya nyengir lebar, sesuatu yang membuat Aoko curiga. Sangat curiga.

Dari sudut matanya, ia melihat Kaito melakukan sebuah gerakan. Aoko mengerang. Tidak bisakah ia tenang hari ini? Apa dia tidak tahu seberapa gugupnya Aoko? Gerakan tangan itu—dia mau melakukan trik membalik roknya—

"Jangan lakukan itu Kaito!" Aoko membentak dan berdiri, dengan sukses menggagalkan trik Kaito.

"Wow, Aoko sangat mengerikan hari ini!" Dia melambung di seluruh kelas, sebagai jaga jaga jika Aoko tiba tiba melemparnya dengan pel. "Dia tahu kapan dan bagaimana aku membalik roknya—"

Aoko duduk lagi, kesal. Pikiran balas dendam melintas di pikirannya. Bagaimanapun, dia sudah menguasai trik ini…

Aoko menarik sebuah bom asap biru dan cat rambut. Pelan pelan dia menjalankan triknya. Tak ada yang sadar.

Tiba tiba—puff! Asap warna biru mengepul di sekeliling Kaito, dan sedetik kemudian ia muncul, rambut berwarna hijau neon.

Sunyi.

Dan tawa memenuhi seluruh ruangan. Tidak setiap hari rambut Kaito berubah warna—kalau Hakuba sih, sering. Kaito cemberut, dan dengan asap pink yang mendadak muncul di kepalanya, rambutnya kembali berwarna normal.

Aoko tertawa. Trik itu sudah mengembalikan kepercayaan dirinya.

Jadi? Jadi? Jadi? Gimana? Sekali lagi, RnR ya! Ada yang nduga nggak Aoko bakal ngapain??