ROOM 176

a Meanie fanfiction

friendship, little bit romance, shounen ai

T

Happy Reading

Wonwoo mengusap peluh yang menetes di pelipis. Mengangkat semua barang-barangnya dari lobi menuju kamar bernomor 176 ini sendirian. Tahun ajaran baru, baru saja dimulai. Dan sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh kepala sekolah, siswa kelas dua dan tiga menempati asrama yang telah disediakan oleh pihak sekolah.

Wonwoo sih tak masalah. Lagipula jarak dari rumahnya menuju ke sekolah lumayan jauh. Sepeda motor miliknya disita oleh ayah karena ia kedapatan menabrak pagar rumah tetangganya. Padahal Wonwoo hanya menghindari kucing milik teman kecilnya Jihoon. Kucing bernama Mongmong itu memang sering sekali berkeliaran di jalanan depan rumah Wonwoo.

Lupakan soal kucing! Wonwoo kini harus kembali berkutat dengan barang barang miliknya yang masih berserakan. Ruangan yang ia tempati lumayan bersih. Ada dua ranjang yang menyatu dengan dinding. Dua meja belajar yang sejajar dengan ranjang, kulkas serta satu microwave yang setelah ia periksa dalam keadaan baru. Sepertinya sekolah ini benar benar mengeluarkan biaya yang besar agar siswanya dapat tinggal dengan nyaman.

Wonwoo memilih sisi sebelah kiri. Menurut ibunya, sisi kiri adalah sisi keberuntungan Wonwoo. Tak jelas juga dilihat dari sebelah mana. Wonwoo hanya menuruti omongan ibunya saja. Biar cuek begini Wonwoo adalah anak berbakti.

Saat Wonwoo sedang meletakan novel koleksi miliknya di rak yang menempel di atas meja belajarnya, ia mendengar suara pintu yang dibuka dari arah luar. Seseorang memasuki kamar mereka berdua. Wonwoo melihat seorang namja bertubuh tinggi membuka pintu. Namja itu sedikit merunduk saat didapati pintu kamar itu hampir menyentuh ujung kepalanya yang terbungkus topi berwarna putih. Wonwoo melambaikan tangan, tetapi namja itu tak meliriknya sedikit pun. Wonwoo maklum, mungkin ia sedang sibuk dengan barang bawaannya.

Wonwoo membiarkan namja itu membereskan barang barang miliknya. Ia terduduk di ranjang saat namja bertopi itu selesai memasangkan sprei di ranjang miliknya. Sprei bergambar lady bug yang sama sekali tak cocok dengan penampilan namja bertubuh jangkung itu.

"Seleramu bagus." Ucap Wonwoo. Namja itu refleks terdiam. Ia melirik Wonwoo sebentar kemudian melanjutkan memasangkan sprei Lady bug miliknya.

"Aku Wonwoo. Namamu siapa?" Tanya Wonwoo.

"Mingyu." Jawab namja bernama Mingyu itu singkat.

"Apa kau baru di sekolah ini?" Wonwoo masih penasaran dengan namja yang sangat asing di matanya ini. Bukannya sombong tapi Wonwoo hampir mengetahui semua siswa di sekolahnya. Meskipun ia baru setahun sekolah disini, reputasinya sebagai siswa yang pintar membuatnya mau tak mau jadi terkenal, terutama di kalangan para guru.

Namja itu tak menjawab, ia malah melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Wonwoo tak mengambil pusing dan merebahkan dirinya sejenak saat didengarnya suara air bergemericik. Sepertinya namja itu sedang mandi.

.
.

Wonwoo menggeliatkan tubuhnya. Menggapai selimut yang entah berada dimana. Menggerutu saat dirasa selimut berwarna biru itu tak kunjung ia gapai. Wonwoo terbangun dan menggosok matanya sambil menguap. Hari sudah gelap, terlihat dari jendela yang tirainya masih terbuka lebar. Bahkan lampu kamar pun belum dinyalakan. Tak didapatinya Mingyu dimanapun, sambil menguap Wonwoo menutup tirai jendela kamarnya kemudian mengambil handuk dan memasuki kamar mandi. Bersiap untuk makan malam.

Pukul 18.30 Wonwoo mengunci pintu kamarnya dan bersiap menuju lantai bawah. Ia bertemu dengan temannya Soonyoung yang akan makan malam juga.

"Wonwoo-chan. Kau turun juga?" Ucap Soonyoung riang. Wonwoo memukul kepala Soonyoung. "Aku bukan anak kecil." Balasnya. Soonyoung hanya tertawa hingga mata sipitnya seolah tertelan oleh kedua pipi gembulnya. Mereka berdua berjalan beriringan menuju lantai bawah yang telah disulap menjadi kantin.

"Bagaimana kamarmu?" Tanya Soonyoung. Ia membuka tutup puddingnya dengan hati-hati seolah takut pudding itu akan meloncat keluar saat ia buka.

"Bagus." Jawab Wonwoo. "Teman sekamarku yang tidak bagus." Lanjutnya lagi.

"Kenapa dengan dia? Ah kau sekamar dengan siapa?" Soonyoung menjilati tutup pudding yang ia buka membuat Wonwoo mengernyit jijik.

"Anak baru. Namanya Mingyu."

"Ah! Anak baru itu sekamar denganmu rupanya?"

"Maksudmu? Kau tahu dia Soonyoung?" Tanya Wonwoo penasaran.

"Eey, kupikir semua sudah mengetahuinya. Gosip ini sudah ada sejak liburan berlangsung. Kau tahu?!" Wonwoo meletakan sumpitnya merasa tertarik.

"Ceritakanlah." Pintanya. Soonyoung berdehem. Ia bahkan mengacuhkan pudding favoritnya saat ini.

"Dia pindah kesini atas rekomendasi kepala sekolah. Menurut kabar, di sekolahnya dulu ia pernah membunuh dan dia datang dari panti asuhan." Bisik Soonyoung. Wonwoo terdiam. "Lalu apa salahnya jika panti asuhan? Aku juga dari panti asuhan kalau kau lupa." Wonwoo berdehem dan melanjutkan acara makannya yang tertunda. Soonyoung memasang raut wajah menyesal.

"Wonwoo-chan maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu. Lagipula aku hanya menceritakan yang aku dengar saja. Sebagai permintaan maafku, kau boleh ambil puddingku ini." Soonyoung mengatupkan dua tangannya didepan wajah Wonwoo. Sikap memohon. Wonwoo tersenyum. "Sudahlah. Aku tidak tertarik dengan puddingmu. Kau bisa ambil punyaku kalau kau mau." Soonyoung bersorak dan segera mengambil pudding Wonwoo riang. "Ckck. Kau ini." Wonwoo tersenyum melihat tingkah temannya.

"Sebentar! Tadi kau bilang apa? Membunuh?!" Wonwoo berkata ngeri.

.
.

Mingyu berjalan dengan pelan. Ia berhenti di depan kamar bertuliskan Room 176. Membuka knop pintu dan berdecak saat dirasa pintu kamar itu terkunci. Dengan malas ia mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.

"Hyung, aku kekamarmu sekarang." kembali melangkahkan kakinya menuju ujung lorong yang sepi.

.
.

"KENYANG!" Soonyoung bersendawa keras sambil menepuk perutnya. Wonwoo hanya tersenyum kecil dan ikut menepuk perut Soonyoung. Mereka tertawa bersamaan. Bahkan dengan lelucon kecil seperti itu mereka berdua bisa tertawa-_-

"Kupikir aku melihat Mingyu." Wonwoo menyipitkan mata ke arah lorong tak jauh dari mereka berdiri.

"Mana! Mana!" Soonyoung berkata heboh. "Ayo kita ikuti." Bisik Wonwoo. Mereka berdua mengikuti langkah Mingyu dengan pelan. Soonyoung bahkan mencopot sandalnya agar mereka tak ketahuan. Langkah Mingyu berhenti di depan sebuah pintu di ujung lorong lantai 2. Lorong yang selalu gelap dan sepi. Wonwoo dan Soonyoung berpandangan. "Tak mungkin." Soonyoung memasang wajah shock. Saat itu juga sepasang tangan memeluk pinggang Mingyu dari arah depan. Wonwoo dan Soonyoung melihat Mingyu membelai rambut panjang seseorang yang tengah memeluknya.

"Jeonghan Sunbae .." bisik Wonwoo.

.TBC.