He's... My Teacher?

[Asal-usul cerita dari Nilai T] Hari pertama kuliahnya benar-benar suatu kesialan. Terutama ketika kau melihat kekasihmu sendiri santai-santai saja menanggapi rayuan manja dari para fansnya. Membuat si gadis merah muda ini menumpahkan jus tomat yang sengaja dibuatnya. Kesialannya bertambah ketika jus tersebut mengenai pakaian orang lain yang ternyata adalah dosen yang terkenal killer di antara dosen lainnya.

.

.

[1]

Waktu telah menunjukan pukul delapan pagi hari. Jam masuk kuliahnya akan dimulai setengah jam dari sekarang, seharusnya itu bukan suatu masalah yang besar, hanya saja kemana lelaki pantat ayam itu menghilang?

Sakura terus mengerucutkan bibirnya kesal sambil memandangi layar handphonenya yang menampilkan aplikasi whatsapp, menunggu balasan chat-nya yang sama sekali belum dibaca dari sejak satu jam yang lalu dia chat.

Sepuluh menit lewat, Sakura menyambar ranselnya seraya memakai sneekers favoritnya dengan kesal. Dia harus berjalan kaki sekitar satu kilo meter lebih karena tidak adanya kendaraan.

Karena hari ini adalah hari pertamanya masuk kuliah, telat sedikit tidak akan menjadi masalah. Dosen biasanya akan memberikan waktu tambahan lima belas menit. Sakura menegak air mineral dari botol minumannya, ketika akan menyimpan botol berbentuk tab itu ke dalam ranselnya kembali, Sakura melihat botol bening yang lain yang berisi cairan warna merah. Mengeluarkannya dan dingin dari lemari es masih terasa.

Sakura menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan senyum yang indah. "Untuk Sasuke-kun." Tapi seketika raut wajahnya berubah menjadi keras, "huh!" tanpa berniat memasukannya ke dalam ranselnya, Sakura menarik resleting tasnya itu dan kembali menggendongnya. Dia tarik kakinya dengan malas-malasan menuju gedung menjulang tinggi yang bertuliskan Faculty of Law itu.

Kakinya berhenti begitu saja. Bibirnya terasa kelu, pemandangan di depan matanya berhasil membuat matanya panas.

Tanpa sadar, tangannya membuka tutup botol minuman berisi cairan merah untuk menahan emosinya.

Di depannya, tepat dekat pintu masuk gedung besar itu nampak seorang laki-laki berparas bak patung dewa Yunani tengah dikerubungi oleh wanita-wanita yang jauh lebih cantik darinya, oh tidak, bahkan ada beberapa laki-laki yang sepertinya memiliki kelainan seksual itu ikut mengerubungi kekasihnya.

Likuid bening itu turun begitu saja. Apa-apaan itu ekspresi wajahnya? Dia tersenyum?! Batin Sakura, walaupun gadis ini tahu jika Sasuke hanya tersenyum kecil—nyaris samar—tapi Sakura tahu bagaimana watak Sasuke. Mereka berpacaran sudah hampir menginjak satu tahun dan Sakura tahu sebelumnya Sasuke tidak pernah berlaku seperti itu pada fans-fansnya selama di sekolah menengah atas. Tapi apa yang dilakukannya sekarang?

Apa...Sasuke sudah bosan dengannya?

Tidak kuat untuk berdiri lebih lama di sana, Sakura segera membalikan badannya yang sudah terasa lemas itu hingga badan mungilnya itu menubruk dada bidang seseorang yang sedang terburu-buru berjalan ke arahnya.

Orang yang ditabraknya itu segera menjauhkan handphone yang sedang menempel di telinganya yang sepertinya sedang dalam pembicaraan yang lumayan serius karena lelaki dengan helai perak ini nampak serius.

Kemeja putihnya yang sangat rapi dengan dasi merah yang terikat di kerah bajunya seketika itu juga menjadi merah pekat dengan bau yang khas, bau tomat.

"Ahh.." Ucap si lelaki itu seraya memelototkan matanya, namun objek yang menjadi amarahnya seolah tidak peduli. Dia hanya menggumamkan kata "maaf.. maaf." Berulang kali sambil membungkukan tubuhnya sembilan puluh derajat. Setelahnya dia berlari pergi begitu saja. Kakashi Hatake, orang yang merupakan korban itu memanggil-manggilnya "pinky! Oi pinky!" Tapi percuma gadis itu menghilang dengan cepat.

Kakashi menggeram, dia menatap kemejanya yang menyedihkan padahal ini adalah hari pertama dia mengajar di semester baru setelah liburan panjang.

Kata terlambat adalah haram baginya. Tapi sepertinya kali ini dia harus mengubah semua istilah yang ada di dalam kamus kehidupannya.

Kakashi dengan kesal memutar kembali tubuhnya dan berjalan menuju tempat parkiran, dia perlu pakaian baru dan kembali ke rumahnya adalah ide yang buruk. Hell, dia belum ada niatan untuk menyewa ataupun membeli apartment di sekitar kampusnya. Bukannya dia tidak mampu, hanya saja berada dengan orang tuanya membuatnya merasa lebih nyaman.

Mungkin sebentar lagi, atau mungkin bulan berikutnya baru dia akan memulai hidup mandiri, sambil mengenyam gelar doktornya di kampus idamannya selama ini.

Oxford University

Ya, Kakashi Hatake, dia adalah dosen yang mengenyam pendidikan dual degree dengan gelar cum laude itu kini sedang mengajukan lamaran beasiswa S3 di Oxford University. Pengumumannya adalah tiga minggu dari sekarang.

Tapi hal sepele yang tidak terduga seperti ini justru malah terjadi, yang seharusnya di hari pertamanya dia mengajar setelah libur semester itu dengan tepat waktu dan memberikan kesan teladan pada para mahasiswa baru ataupun lama harus kandas gara-gara sosok gadis dengan rambut noraknya yang.. Pink ?! Kakashi mengacak rambutnya.

Jadi, apa yang harus kulakukan? Gumamnya, dia menghempaskan pantatnya cukup kasar di balik kemudi. Brosur yang tadi entah SPG atau SPB dari mana telah menyelipkan selembaran brosur di knop pintu mobilnya. Kakashi meliriknya, yang kemudian mata malasnya itu membacanya dengan seksama.

Outlet baju baru dengan diskon 75%? Seulas senyum tercetak di wajah tampannya yang tertutup masker itu.

.

.

oOo

Setelah berjalan dengan cara berputar ke belakang kampus agar tidak bertemu dengan sang kekasih, Sakura akhirnya sampai di depan kelasnya. Dia menghela napasnya sejenak yang kemudian mendorong dengan pelan pintu tersebut.

Kelas masih saja ribut. Sakura mengusap dadanya lega, syukurlah dosennya di mata kuliah pertama ini sepertinya telat datang.

Mata emeraldnya yang masih terlihat sembab walaupun sudah dia cuci di toilet itu menelusuri itu kelas. Semua bangku di belakang telah terisi penuh.

Kelas yang diisi oleh mahasiswa kurang lebih sebanyak empat puluh lima orang itu kini hanya menyisakan bangku di depan.

Ya sudahlah, lagipula kampus berbeda dengan sekolah menengah atas. Besok kalau dia datang lebih pagi, dia akan mendapatkan bangku di tengah-tengah. Bangku yang ideal.

Sakura menaruh ranselnya.

Ia menopang dagunya. Kejadian tadi kembali mengusik isi otaknya, "Sasuke-kun no baka!" rutuknya. Segera saja dia ambil ponselnya.

Aku lupa menjemputmu. Kau sudah di kelas kan?

Sakura mendengus sebal. Dia taruh kembali ponselnya.

Tepukan hangat di pundaknya membuat Sakura menoleh. Di dapatinya seorang perempuan yang di matanya sangat cantik dengan rambut pirang diikat tinggi dengan iris matanya yang biru laut menandakan kalau dia adalah keturunan asing itu berhasil membuat si gadis merah muda mengejapkan matanya

"Ya?" Jawab Sakura.

"Boleh aku duduk di sebelahmu?" Tanya si gadis pirang, Sakura mengangguk cepat. "Tentu, kenapa tidak?" Langsung saja si pirang kini telah berpindah tempat duduk.

"Kau baik sekali. Perkenalkan namaku Ino, Yamanaka Ino." Ino mengulurkan tangannya, Sakura menjabat uluran tangan Ino. "Sakura, Sakura Haruno." Mereka melempar senyum.

Satu sks telah terlewat dan dosen Pengantar Ilmu Hukum itu belum tiba juga. Ketika ada seorang SBA masuk dan mengabarkan dosen pertama tidak bisa mengajar karena ada sedikit masalah itu langsung membuat para murid di dalam berhamburan ke luar. Kebanyakan dari mereka langsung menyerbu kantin fakultas dan mengisi perut yang belum sempat sarapan itu. Termasuk Sakura dan Ino.

.

.

Mereka berbincang-bincang tentang banyak hal. Sampai tidak terasa waktu telah menunjukan pukul sebelas lewat dua puluh menit yang mana mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang merupakan empat sks itu sebentar lagi akan selesai dan dilanjut dengan mata kuliah Logika.

Sakura sedikit murung ketika tahu dia dan Ino tidak sekelas di mata kuliah Logika. Sakura segera pamit karena sejujurnya dia belum mengetahui di mana kelas berikutnya berada.

Sakura berjalan di sepanjang koridor. Fakultas Hukum di Tōdai merupakan Fakultas dibidang Soshum nomor satu di Jepang. Fakultas terbaik yang dimiliki Tōdai sehingga rata-rata isinya lebih banyak orang-orang pintar nan sombong. Atau banyak duit nan sombong, dan sejenisnya. Sehingga Sakura merasa minder untuk bertanya pada orang-orang sesama mahasiswa di mana letak kelasnya.

Jadinya dia hanya mondar-mandir di koridor gedung B. Ketika emeraldnya memandang sebuah pintu kayu besar bertuliskan RUANG SBA segera saja dia ketuk, dan dorong tanpa menunggu sahutan dari dalam.

Saat kepalanya menyembul, ruangan terasa tidak berpenghuni. Hanya ada satu sosok yang berdiri di ujung depan jendela kaca yang besar menghadap langsung kota Tokyo.

Rambut lelaki itu berwarna silver yang melawan gravitasi. Sakura berdehem sedikit seraya menginjakan kakinya lebih jauh ke dalam ruangan ber-AC itu.

"Pe-permisi pak, saya mau bertanya kalau kelas Logika dengan dosen Ibu Mitarashi Anko itu di sebelah mana ya pak?" Tidak ada sahutan. Kakashi yang masih kesal dengan sosok murid yang tadi menumpahkan jus di kemeja putih kesayangannya terlihat enggan menanggapi pertanyaan orang bodoh yang sepertinya menganggap dirinya SBA.

"Sa-saya sudah mencarinya di sepanjang koridor dan lantai dua pak." Lanjut si murid. Meledak sudah emosi Kakashi.

Dia membalikan tubuhnya dan seketika itu juga mata mereka yang sama-sama terbelalak itu saling bersiborok.

"KAU—?!" Geram Kakashi.

Secepat kilat Sakura keluar dari ruangan ber-AC yang mulai terasa panas itu sekuat tenaga. Napasnya terengah-engah.

"Ja-jadi.. Orang tadi adalah SBA?!" Katanya ketika dia masuk ke kelas yang entah kelas apa. Yang jelas kalau dia masuk ke dalam kelas, SBA tidak mungkin mengejarnya kan?

Sosok perempuan muda masuk ke dalam ruangan dengan penggaris kayu setinggi satu meter berada di tangan kirinya.

Kelas mendadak hening. Sakura terheran-heran, ah sial dosennya sudah datang.

Bagaimana caranya dia keluar? Dan mengatakan, saya salah kelas? Oh ayolah dia akan menjadi bahan tertawaan.

"Selamat siang anak-anak. Saya adalah Anko Mitarashi, dosen yang akan mengajarkan kalian mata kuliah Ilmu Logika. Ada pertanyaan? Kalau tidak, mari kita mulai ke materi. Saya sarankan kalian untuk membeli buku Sjachran Basah." Sakura membelalakan matanya, jadi dia tidak salah kelas? Ah lucky! jerit innernya.

.

.

Dua mata kuliah yang lumayan melelahkan itu walaupun sebenarnya mata kuliah pertama tidak ada dosennya tapi kejadian dengan lelaki perak—Kakashi—yang dikiranya SBA cukup menguras tenaganya.

Bertemu dua kali dalam keadaan tidak terduga bukanlah kejadian yang diharapkannya. Terutama dengan SBA, dia tidak ingin berurusan dengan SBA karena mereka bisa saja mmengutak-atik absen miliknya kalau kita sampai berurusan buruk dengan mereka. Gagal dalam mata kuliahpun bukanlah suatu ketidak mungkinan walaupun kalau sampai ketahuan akan dikenakan pasal berlapis.

Sakura yang sedang berjalan menuju arah gerbang kampus itu segera berlari untuk sembunyi saat mobil Sasuke melintas. Dia tidak ingin berurusan dengan kekasihnya untuk saat ini.

Setelah mobil Sasuke tidak tertangkap retina hijaunya, Sakura keluar dari tempat persembunyian. Dia meregangkan tubuhnya, otot-ototnya terasa pegal.

"Hei pinky!" Sakura menahan tubuhnya sendiri ketika indera pendengarannya menagkap suara yang memanggilnya yang berasal dari belakangnya. Segera saja kepalanya menolah dan seketika itu juga dia terbelalak lagi.

SBA muda beruban itu lagi?! Jeritnya pelan yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri. Tatapan mata onik di dalam mobil sport silver itu seolah ingin menelan Sakura hidup-hidup. Gadis ini menegak air liurnya susah payah, mengangkat kaki kanannya dan secepat kilat dia kembali berjalan memutar arah menuju jalan yang tidak mungkin dilalui oleh mobil.

Kakashi mendecih sebal. Dalam hatinya dia berjanji tidak akan gagal untuk kembali memberikan pelajaran bagi mahasiswa tidak beretika seperti si gadis merah muda itu.

.

.

.

.

To be continue

Catatan: Disarankan untuk membaca Nilai T terlebih dahulu.