Jadi, ini ff yang terinspirasi dari novel dan film The Maze Runner series, fokusya baru ke seri 4 yang The Kill Order
MAIN CAST: Jeon Jungkook/Jung Hoseok/Kim Seokjin
SHIP: Vhope/Taekook/Hopekook/Jinhope/Jinkook
RATE: M
Warning: contain mature content(violence)
Happy Reading!
KILL ORDER
I
Jungkook mengerjap merasakan panas yang melandanya di tengah hari. Ia menudungi kelopak matanya yang dibutakan oleh cahaya matahari sepanas api neraka. Jungkook bergumam pelan, menarik napas sebelum menyeka keringat di tubuhnya yang terpanggang ditengah alun alun distrik. Jungkook teringat mimpi yang selalu menghantuinya sejak dua tahun lalu. Jungkook tahu dirinya tidak akan pernah berhenti hidup dalam kenangan menyeramkan yang membuatnya menjerit dan bangun dari tidur setiap malam.
Jungkook menghela napas dan berderap menuju alun alun kota yang sudah terbengkalai. Ia mengamati sekelilingnya dengan miris, pemandangan yang tak akan pernah berubah. Orang orang kelaparan dan terserang penyakit hingga ajal menjemput.
Jungkook melamun dalam diam, merasa iba kepada pria paruh baya yang sedang mengais ngais sampah untuk mencari makanan, tidak peduli kalau dia harus menelan bangkai hewan yang kekeringan untuk mengenyangkan perut.
Seandainya ledakan sinar matahari tidak terjadi, seperti apakah dunia Jungkook?
Bencana itu terjadi beberapa tahun lalu. Seluruh belahan bumi terbakar habis, nyaris tidak ada populasi manusia yang bertahan hidup, Jungkook dapat dikategorikan kedalam orang orang yang beruntung karena ia masih hidup paska 'kiamat'. Tapi, berapa lamakah ia dapat bertahan? Berapa lama hingga manusia sendiri saling mangsa untuk mempertahankan nyawa?
Lamunan Jungkook pun buyar ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Hey, Kook. Sedang melamun, ya?", Hoseok terkekeh kecil, lelaki berambut hitam dengan tubuh kurus dan wajah lonjong itu. Ia yang telah berjuang bersama Jungkook untuk mempertahankan hidup mereka setelah ledakan sinar matahari terjadi. Jungkook menyunggingkan sekilas senyum, meskipun sangat sulit untuk merasakan setitikpun kebahagiaan sekarang ini.
Mereka pun berjalan berdampingan, sesekali mengamati bangunan reyot yang dulunya pernah menjadi sebuah gedung perusahaan.
"Dimana Taehyung?", tanya Hoseok sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Biasanya, bocah manis itu selalu mengikuti Jungkook kemana pun ia pergi, Taehyung akan kepusingan mencari lelaki itu kalau mereka terpisah sebentar saja.
"Aku tak tahu", jawab Jungkook tak acuh.
Hoseok bergumam cemas, bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi kepada Taehyung? Mereka mengerti betul bahwa Taehyung tidak bisa berkelahi dan selalu bergantung kepada mereka berdua. Hoseok bergidik membayangkan Taehyung yang ketakutan setengah mati mencari pertolongan.
Seperti membaca pikirannya, Jungkook pun berdeham.
"Sudahlah, Hyung. Taehyung bisa menjaga dirinya sendiri".
Hoseok mengangguk setengah hati dan kembali mengamati rumah yang condong kebarat. Entah berapa lama tempat itu akan bertahan dari keruntuhan. "Aku berharap suatu hari nanti semuanya akan membaik, kau tahu? ", ucap Hoseok sembari menghela napas. Jungkook hanya mendengus geli, melirik Hoseok dengan pandangan mencemooh.
"Yang aku tahu, Hyung? Tidak ada gunanya berharap".
Hoseok menggerutu kesal dan Jungkook justru tersenyum mengejek, seperti Hoseok adalah pria terbodoh yang pernah ditemuinya, berharap pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
"Bagaimana ya, Hyung? Membayangkan hal yang tidak pasti hanya akan memperburuk kehidupanmu".
"Oh ayolah, Jungkook", Hoseok mengibaskan tangannya ke udara. "Semuanya tidak mungkin bertambah parah, ya kan?".
Seperti sebuah kutukan, tiba tiba, mereka mendengar suara bergemuruh melintas diantara jejalinan awan. Sebuah pesawat pun meluncur beberapa meter diatas kepala mereka.
"Lihat!", Hoseok menuding dengan mulut terbuka lebar.
Berg, Jungkook membeliak menatap benda itu, ia tak memercayai transportasi canggih itu sedang memeriksa wilayah kumuh mereka sekarang ini. Sudah bertahun tahun sejak mereka melihat teknologi yang sangat maju. Berg mendarat secara mulus, menerbangkan debu panas yang menyerang mata berair Jungkook. Tiba tiba, pintu palka pesawat pun terbuka dan sekelompok tentara bermasker muncul dari kedalaman Berg, senapan tergantung dipundak.
Jungkook mengernyit, "S-Siapa mereka? Mau apa mereka kema‒"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah panah meluncur tepat disamping Jungkook, mengenai pria paruh baya yang menjerit penuh derita di belakangnya sebelum tumbang ke tanah.
"Apa apaan?!", otak Jungkook tidak bisa memproses segala hal yang terjadi secara bersamaan. Para tentara menyusuri distrik mereka dan melancarkan serangan yang membuat para pria dan wanita ambruk dengan jeritan melengking. Panah berterbangan alih alih peluru, menyalurkan cairan yang langsung melumpuhkan tubuh mereka hingga tak berkutik.
Hoseok berjengit ngeri ketika teriakan orang orang merobek gendang telinganya, ia nyaris tak merasakan cengkeraman Jungkook yang berusaha menariknya keluar dari kekacauan.
"Hoseok!", Jungkook menyeru panik, mengguncang pundak pria itu hingga ia terkesiap kalut. Hoseok menoleh tak percaya, bola matanya melebar melihat kekacauan yang berada disekitar.
"Hoseok! Lari!".
"A-Apa yang terjadi, Kook?!".
Jungkook menggertakkan giginya keras, "Kita akan mati!".[]
Hoseok terhenyak dari kekalutan ketika Jungkook kembali berteriak. Orang orang tergopoh gopoh menyelamatkan diri, beberapa dari mereka sudah terkena anak panah dan menjerit memekakan.
"Ayo, Hyung!", Jungkook menggeret Hoseok dengan panik, namun, pria itu terlalu terguncang untuk bereaksi.
"S-Siapa yang tega melakukan ini?!", Hoseok memberontak kuat, berusaha menolong para pria dan wanita yang dibantai seperti sekawanan binatang. Jungkook menggeleng kacau, tidak ada gunanya menyelamatkan mereka, semuanya sudah terlambat. Satu satunya kesempatan untuk berlari adalah sekarang, dan Hoseok justru membeku ditempatnya.
"Aku tidak tahu, Hyung! Tapi mereka mengiginkan kita mati, Ayolah!". Hoseok mengangguk kalut dan mereka berlari secepat kilat. Detak jantung pria itu bertalu talu di dalam dadanya.
"K-Kook! Tunggu!".
"Ada apa lagi?!".
"Dimana Taehyung?!".
"Tae-", Jungkook langsung memucat, bagaimana mungkin ia bisa melupakan pria itu? Ia menoleh dengan kepanikan membuncah, terlalu banyak orang yang saling tubruk untuk menyelamatkan diri. Hoseok melirik ke kanan dan kiri, bola matanya bergerak gerak mencari Taehyung diantara sekerumunan orang yang berlari tunggang langgang.
"Hyung, kita harus pergi!".
"Aku tak akan meninggalkan Taehyung!".
"Kau harus!", Hoseok membuka mulut hendak mendebat, tetapi tentara Berg sudah menodongkan senjata mereka, hanya berjarak beberapa meter dari kedua pria itu.
"Merunduk!", Jungkook menurunkan kepalanya tepat ketika sebuah panah meluncur dan berdesing desing di udara. Ia bergerak dengan cepat, mengelak dari panah panah yang berterbangan tanpa henti.
Hoseok berteriak di atas kericuhan, pria itu mencoba mengatur detak jantungnya yang memburu liar. Mereka berdua pun mempercepat lari, otot otot mereka menjerit ingin berhenti tetapi mereka terus melangkah. Hoseok melindungi kepalanya dengan kedua tangan, berjengit tiap letusan panah meluncur disekitar tubuhnya yang ditarget bertubi tubi.
"Apa yang mereka inginkan, sih?!", Hoseok mengernyit ketika Jungkook tidak kunjung menjawab. Hoseok berpaling dan jantungnya langsung mencelus. Jungkook membeku ditempat, kedua tangannya terkepal penuh amarah. Hoseok mengerti tindakan sangat berbahaya sedang terpikirkan oleh Jungkook.
"Apa yang kau pikirkan, Kook?!"
Jungkook berbelok dan menarik Hoseok untuk berlindung dibelakang tumpukan kayu yang lapuk, "Kita harus melawan mereka balik".
Hoseok terkejut, "Apa kau gila?!".
"Dengarkan aku, Hyung! Dunia telah hancur dan keadaan sudah cukup buruk, aku tak akan membiarkan para bedebah itu menghancurkan tempat ini juga!".
"Aku tahu! Tapi‒" Hoseok belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Jungkook bangkit dan berlari menuju Berg. Apa dia gila?!
"Kook! Jungkook! Berhenti!".
Lelaki itu tak mendengar teriakan Hoseok. Ia menatap para tentara dengan amarah yang menggelegak. "Apa yang kau inginkan, hah?! Mengapa kau menyerang kami?!". Hoseok membelalak menatap temannya yang menjerit seperti orang tidak waras. Ia Ingin menolong Jungkook dan Hoseok membenci dirinya sendiri karena terlalu pengecut untuk mengambil tindakan.
"Pergi! Jangan ganggu kami! Kami tak pernah melakukan apa pun!".
Seorang tentara mendadak berderap kearah Jungkook, tak menghiraukan ucapan bocah itu dan mengunci target tepat dijantungnya.
J-Jungkook…
Hoseok membelalakkan mata kaget, tubuhnya gemetaran hebat ketika laras senapan terdesak pada dada temannya. Tentara itu meletakkan jemarinya di pelatuk, dan tanpa sadar, Hoseok pun menghambur tepat kearahnya.[]
