Hei, hei Lav kembali membawa cerita baru #digeplak karena tidak melanjutkan cerita.
Nah karena Hinata sedang merayakan ulang tahun yg telat, Lav membuat cerita yang bertemakan Natal dan ulang tahun Hinata bahkan Tahun Baru. Kyaaaaa….
Yupp, Lav mau mengucapkan 'Selamat Tahun Baru' #megang terompet
Hehehe, yup lanjutkan cerita saja yya….
Present
By : Lavender Orange
Disclaimer : Om Kishi tercinta pastinya, LOVE HIM
Senja mulai mewarnai bumi kala ini, langit yang berwarna kemerah-merahan menemani matahari yang akan pulang ke peraduannya. Walaupun matahari masih setia menyinari bumi, tapi suhu pada bulan desember di Tokyo tidak sehangat seperti pada musim panas. Musim dingin telah tiba, hanya salju saja yang belum muncul, mungkin Santa Claus masih enggan untuk memberikan sihirnya di Tokyo.
Seorang gadis bermata lavender ini masih setia berdiri di teras depan kamarnya untuk menemani sang matahari tidur. Ia bersenandung kecil menikmati keindahan alam yang tidak bisa dibeli dengan harta apapun. Matanya yang perak menikmati setiap detik langit yang mulai berwarna gelap. Baju hangat yang dipakainya masih membuatnya merasa kedinginan, kadang angin yang berhembus perlahan membelai tengkuknya. Namun rasa dingin mengalahkan rasa ketakjubannya terhadap alam yang tersaji didepan matanya.
Pelukan dipinggangnya mengalihkan perhatiannya dari hal yang dilihatnya, ia menolehkan kepalanya kebelakang, tanpa mengubah posisi badannya yang menghadap kedepan. Ciuman hangat diterima dipipinya, dan bisikan lembut berkata 'I Love You' dari pria yang telah menemaninya selama 3 tahun ini membuatnya tersenyum. Ungkapan kata seperti itu sudah biasa, namun hanya dari bibir pria ini yang membuat hatinya terlompat.
"Kenapa, kau tak masuk Hinata, hmm. Apa kau tidak kedinginan?" pelukan dipinggang wanita ini semakin mengerat.
"Aku ingin menikmati matahari terbenam Sasuke," wanita itu menyenderkan kepalanya kebelakang pada pundak suaminya. Sesekali ia meremas helaian biru dongker milik suaminya. Sasuke dan Hinata masih merasa betah menikmati pelukan dan kehangatan yang diterima masing-masing. Bahkan sampai matahari telah meninggalkan bumi mereka masih setia berpelukkan seperti itu. Sampai udara dingin yang menusuk kulit, menunda mereka untuk masuk dan menikmati secangkir teh hangat dan sekaleng biskuit sambil menikmati acara televisi yang romantis.
….
"Ohayou Sasuke," Hinata membuka tirai kamarnya agar matahari masuk menyinari kamarnya. Sasuke yang merasa silau, segera menutupi wajahnya dengan guling yang ada disebelahnya. Hinata hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya yang tidak mau bangun dari tempat tidur mereka berdua. Dengan perlahan ia menarik selimut lalu melipatnya, namun Sasuke masih enggan untuk bangun.
"Sasuke, kau bilang kau ada rapat hari ini. Nanti kau terlambat, kasihan klienmu kalau harus menunggu sang direktur yang terlambat," Hinata berkata lembut sambil menarik guling yang dipegang Sasuke dengan perlahan. Akhirnya Sasuke menyerah, dan duduk diatas tempat tidur. Wajah kusut sehabis bangun tidur tidak mengurangi ketampanan pada wajahnya. Sambil mengucek matanya ia memperhatikan Hinata yang merapikan tempat tidur.
"Hmm, kurasa aku akan pulang cepat hari ini," Sasuke dari tempat tidur dan mengambil handuk yang ada diatas kursi.
"Oh ya, semalam ibu menelponku. Kita disuruhnya berakhir pekan disana. Lagipula awal desember ini kegiatanku akan sedikit, dan mungkin aku akan mengambil cuti. Kau setuju kalau liburan dirumah ibuku," Sasuke menunggu jawaban Hinata sambil bersandar didepan pintu kamar mandi.
"Aku tidak masalah Sasuke, lagipula liburan akhir tahun kemarin kita berlibur dirumah Tou-san. Jadi aku setuju," ucap Hinata lembut, ia melangkah menuju Sasuke. "Aku juga kangen dengan Saki. Dia sudah berapa tahun ya. Apa kabar juga dengan Ita-nii dan Hana-nee,"ucap Hinata antusias, ia memandang Sasuke dengan mata yang berbinar-binar. Sasuke hanya tersenyum memperhatikan istrinya.
"Oke, kau harus segera mandi Sasuke," Hinata mendorong pundak Sasuke supaya masuk kekamar mandi.
"Iya, iya baiklah Nyonya Uchiha," kemudian Sasuke masuk kekamar mandi.
Setelah menyiapkan pakaian kantor untuk suaminya, ia bergegas kebawah.
"Aku menunggu dibawah dan menyiapkan sarapan Sasuke," Hinata menutup pintu kamar, namun samar-samar terdengar suara Sasuke yang menanyakan kata 'apa'.
…..
"Aku berangkat ya, Hinata. Lebih baik kau jangan menulis terlalu lama, tidak baik untuk matamu didepan komputer terus. Kapan kau jumpa fans?" ucap Sasuke panjang lebar sambil menerima tasnya yang dipegang Hinata.
"Iya Sasuke, nanti Mei akan memberitahuku. Sudah cepatlah sebelum kau terlambat," Hinata mendorong punggung Sasuke kearah mobil mereka.
"Baiklah, baiklah," Sasuke menahan tangannya pada mobilnya, membuat Hinata berhenti mendorongnya, kemudian Sasuke menatap Hinata lembut. Ia mengecup kening Hinata selama beberapa detik, tentu saja itu mengakibatkan semburat merah dipipinya. Memang ini sudah menjadi kebiasaan Sasuke untuk mengecup keningnya ketika Sasuke akan pergi, namun apabila dilakukan didepan rumah, dan diperhatikan oleh banyak tetangga membuat Hinata sangat malu.
"Kenapa kau selalu malu, Hinata," Sasuke tersenyum jahil, berusaha menggoda istrinya.
"Kau harus berangkat Sasuke," Hinata kemudian berlari menuju pintu, semburat merah itu semakin merah.
"Haha, baiklah. Sampai jumpa lagi," Sasuke kemudian masuk kedalam mobilnya, kemudian meninggalkan Hinata yang terus memperhatikan Sasuke sampai diujung jalan.
"Baiklah, hal yang harus dilakukan hari ini adalah membereskan rumah, kemudian melanjutkan cerita," Hinata berbicara sendiri pada dirinya. Ia pun masuk, dan menutup pintu rumahnya, melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
…
Hinata memperhatikan Sasuke yang masih berkutat dengan laptopnya, lampu kamar memang sudah dimatikan, hanya lampu di meja kerja Sasuke yang masih menyala. Hinata sudah berguling kesana kemari sambil memperhatikan Sasuke. Akhirnya, Sasuke menyelesaikan pekerjaannya, setelah mereganggkan tangannya keatas agar otot-ototnya tidak kaku, kemudian ia menutup laptopnya, dan berjalan kearah Hinata yang sudah ada ditempat tidur sebelumnya.
"Kau masih menunggu ya," ucap Sasuke sambil tersenyum simpul, kemudian ia mengecup bibir Hinata lembut.
"Sepertinya malam ini akan panjang Hinata," bisik Sasuke lembut kemudian mematikan lampu baca yang ada disebelahnya
…..
"Tadaima," ucap Sasuke begitu memasuki rumahnya. Ia meletakkan sepatu dirak, Sasuke heran karena ia tidak menerima sahutan 'selamat datang' dari istrinya. Setelah menaruh tas kerjanya di kursi ruang tamu, ia memutari rumah. Akhirnya Sasuke menenmukan Hinata sedang meringkuk didapur.
"Hinata," Sasuke menatap wajah Hinata yang kebingungan, diwajahnya terdapat garis-garis kehitaman pada pipi dan hidungnya. Sasuke tertawa geli melihat Hinata yang seperti tentara mau perang.
"Sasuke kau sudah pulang," ujar Hinata segera bangkit. Ia menampilkan senyumannya yang menurut Sasuke bertambah lucu dengan wajah coreng moreng begitu. Sasuke semakin tertawa melihat wajah Hinata yang kebingungan.
"Sasuke sepertinya gas habis, aku tidak bisa memasak makan malam untukmu, tadi aku mencoba memasang gas yang baru sendiri, tapi tidak bisa," Hinata berkata begitu dengan wajah kecewa.
"Yasudah kita makan malam diluar saja," Sasuke mengajak Hinata sambil melipat tangannya didepan dada. "Tapi, sebelum itu, kau harus membersihkan wajahmu dahulu. Aku mandi dulu ya," Sasuke mengedipkan sebelah matanya kemudian berjalan kearah kamar mandi. Namun, baru beberapa langkah berjalan, ia mendengar suara teriakan Hinata yang disambut oleh tawa lepas Sasuke.
…
Mantel panjang yang digunakan Hinata, masih kurang menghangatkan bagi Hinata, dari mulutnya terlihat awan tipis yang dingin. Hinata semakin rapat memeluk lengan Sasuke yang berjalan disampingnya. Sepatu boot merahnya menginjak jalanan yang basah dan lembab. Sasuke dan Hinata sengaja memilih berjalan kaki ditaman kota untuk bisa menikmati pohon natal yang berada ditengah kota. Mobil mereka diparkirkan dimall yang dekat dengan taman. Hinata dan Sasuke masih betah berjalan tak tentu arah mengelilingi taman kota, melihat toko-toko yang menjual banyak barang. Setelah lelah, mereka memasuki restoran yang menyajikan masakan perancis. Setelah meletakkan mantel mereka digantungan dekat pintu masuk, mereka memilih tempat didekat jendela karena berhadapan langsung dengan pohon natal yang besar dan penuh warna.
Seorang pelayan membawakan buku menu dan menghampiri Hinata dan Sasuke yang sedang mengobrol ringan. Sesuai dengan restorannya, yaitu restoran perancis, sesekali para pelayan harus bisa berbicara perancis.
"Quel sera le maître," kata pelayan yang mengenakan setelan jas khusus pelayan. Dengan sabar ia menunggu Hinata dan Sasuke yang sibuk melihat-lihat daftar menu.
Kemudian Sasuke mengalihkan perhatiannya dari buku menu kepada pelayan yang tersenyum kepadanya. "Ehmm, comment Foie Gras, boisson thé au citron," ucap Sasuke sambil menolehkan kepalanya sesekali kepada pelayan dan buku menu. Pelayan itu segera mencatat makanan yang dipesan Sasuke. Sasuke tersenyum memandang Hinata yang menatapnya takjub. Tentu saja, Sasuke lancar berbahasa Perancis, karena kakek dan neneknya tinggal disana.
"Bagaimana denganmu Nona," kata pelayan itu sambil menunggui Hinata. Hinata bingung harus memesan apa, karena baru pertamakalinya ia makan dimasakan perancis, biasanya Sasuke mengajaknya makan dimasakan Jepang atau di masakan fastfood, karena Sasuke senang makan masakan dirumah, jadi jarang mereka makan diluar.
"Pesankan saja dia Coq au Vin, lalu minumannya jus jeruk saja. Winenya pakai anggur merah saja" kata Sasuke akhirnya, Hinata hanya mengangguk-angguk setuju. Setelah selesai mencatat makanan mereka, pelayan itu mengambil buku menu.
"S'il vous plaît attendez cinq minutes," pelayan itu kemudian pergi meninggalkan Sasuke dan Hinata.
Hinata menatap Sasuke yang tersenyum kepadanya. "Aku tidak tau kau masih pandai menggunakan bahasa perancis. Kupikir kau sudah lupa, karena bertahun-tahun tinggal di Jepang."
"Semasa aku kuliah, aku harus bolak-balik Jepang-Perancis untuk menyelesaikan tugas. Sesekali aku juga mengunjungi kakek dan nenek. Tentu saja aku tidak akan lupa," ucap Sasuke sambil memengang tangan kiri Hinata. "Nanti aku akan membawamu kesana," ucap Sasuke. Setelah itu mereka terlibat perbincangan ringan diiringi oleh canda tawa mereka. Tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan akhirnya sampai. Setelah mengucapkan terimakasih, Hinata mencoba makanan yang dipesankan Sasuke. Wajahnya terlihat senang ketika mencobanya.
"Oishi," Hinata mengucapkan kata itu, kemudian melanjutkan makannya kembali. Sasuke hanya tersenyum sambil memotong daging, mendengar Hinata. Mereka kemudian melanjutkan makanan sampai habis dan diakhiri dengan wine. Setelah selesai makan, mereka masih betah untuk tetap bertahan sambil membicarakan hal-hal yang ringan. Akhirnya Sasuke memilih untuk memanggil pelayan agar membersihkan meja dari alat makan yang sudah kotor. Setelah itu Sasuke menuju kasir untuk membayar bill. Hinata memperhatikan Sasuke yang menuju kasir. Sesekali Sasuke menoleh kearah Hinata. Sampai Hinata heran ada seorang wanita muda berambut merah dan berkacamata yang tak dikenalnya menghampiri Sasuke, kemudian memeluk singkat dan berbincang-bincang dengan Sasuke. Cemburu? Tentub saja Hinata merasa cemburu melihat Sasuke mengobrol asyik dengan wanita yang tak dikenalnya. Tapi, Hinata percaya ada penjelasan, mungkin itu temannya Sasuke atau mungkin kerabat jauhnya yang belum dikenalkan oleh Hinata. Hinata masih setia menunggu, akhirnya ia melihat Sasuke menunjuk kearahnya diikuti oleh pandangan wanita itu, Sasuke melambai kearah Hinata, kemudian menghampirinya.
"Hinata kenalkan ini Karin, temanku waktu dikampus dulu," ucap Sasuke memperkenalkan Karin kepada Hinata.
Hinata segera berdiri dan mengajak wanita itu bersalaman,"Ah, senang berkenalan denganmu," ucap Hinata sambil tersenyum lembut.
"Jadi ini istrimu Sasuke, wah dia cantik sekali. Maaf ya waktu itu aku tidak bisa datang, habis flu tiba-tiba menyerang," Karin mengatupkan kedua tangannya didepan dada meminta maaf.
"Hey, tidak terasa ya sudah 4 tahun kita lulus kuliah. Dan kau sudah menemukan jodohmu. Haha…. Oh ya dimana anak kalian, aku tak melihatnya. Aku ingin berkenalan dengannya, kira-kira berapa umurnya? Dan apakah dia sedang jalan-jalan dengan babysisternya," ucap Karin antusias, dia menatap sekelilingnya kemudian berhenti dihadapan Hinata yang seketika langsung berwajah murung, Sasuke juga hanya diam saja. Karin jadi bertambah bingung dengan situasi yang seperti ini.
"Maaf Karin, tapi kami belum punya anak," ucap Sasuke sambil menundukkan kepala. Karin jadi semakin merasa bersalah.
"Gomen, aku tidak tahu. Hinata maafnya, bodohnya aku ini," ucap Karin smabil menyalahkan dirinya dan meminta maaf kepada Hinata.
"Tidak apa-apa kok," ucap Hinata lesu. Entah mengapa, ada sesuatu didalam perutnya yang ingin dia keluarkan.
"Maaf, permisi aku kekamar mandi sebentar," Hinata segera berlari sambil menutupi mulutnya. Sasuke ingin mengejarnya namun ditahan oleh Karin. "Biar aku saja yang menyusulnya," usai berkata begitu, Karin berusaha mengejar Hinata yang sudah lari lebih dulu.
Begitu sampai dikamar mandi, Hinata segera menuju kamar mandi yang kosong dibagian paling ujung. Ia melihat hanya ada dua atau tiga orang saja yang berkaca didepan cermin memperbaiki penampilan mereka. Hinata menutup pintu kamar mandi, dan memuntahkan isi perutnya kedalam kloset. Rasanya mual sekali, berkali-kali ia memuntahkan sampai ia merasa baikan, kepalanya juga terasa pening sekali. Hinata masih bertahan didalam kamar mandi, ia merasa kamar mandi telah sepi. Segera saja Hinata keluar, Hinata melihat Karin yang sedang bersandar pada kloset dan menatapnya tajam. Hinata jadi merasa takut diintimidasi seperti itu, ditambah lagi kamar mandi disitu juga sepi, hanya terlihat mereka berdua.
Karin tersenyum sinis sambil memainkan rambutnya. "Tak kusangka ternyata 3 tahun menikah masih belum punya keturunan juga," ucap Karin pedas, Hinata hanya bisa menunduk, memang benar perkataan Karin.
"Seandainya dahulu, Sasuke memilihku, padahal sudah lama kami berteman dan mengharapkan yang dari ikatan pertemanan, namun semua itu hilang karena dia memilih KAU," bentak Karin sambil menyudutkan Hinata ketembok. "Kau tahu," Karin memegang dagu Hinata supaya matanya dapat bertatapan langsung dengannya. "Kau tahu, bahwa AKU SANGAT MENCINTAI SASUKE, namun semua itu musnah karena kau datang dengan seenaknya dan merebut belahan jiwaku, satu-satunya penyemangat hidupku," Karin meluapkan segala emosinya, Hinata hanya menangis ketakutan.
"Aku sengaja tidak datang ke pernikahan kalian berdua, karena hatiku sakit, SANGAT SAKIT," seolah-olah itu mengawali perasaannya setiap kata-kata ia tekankan kuat-kuat, Hinata semakin terpojok ia hanya diam sambil terisak namun itu tidak membebaskannya dari cengkraman Karin. Karin masih melanjutkan omongannya yang ia rasa belum selesai, "Waktu itu aku ingin bunuh diri saja, namun ada seseorang yang mengatakan bahwa aku akan mati sia-sia, maka dari itu aku masih hidup supaya bisa balas dendam kepada kalian yang sudah menghancurkan cintaku. Dan lihat, lihat karmanya, kau tidak bisa hamil. Seandainya saja, Sasuke memilihku, pasti ia sudah bahagia, tentu saja dengan anak-anak, tidak seperti kau yang mandul. Mungkin Sasuke masih bersabar untuk mendapatkan anak darimu, tapi siapa tahu saja dalam hatinya ia menyesal menikahi perempuan mandul seperti dirimu. Dan lagi pria mana yang sudah menikah tiga tahun tapi masih belum bisa mendapatkan anak dari istri yang dicintainya. Menjijikan, kenapa Sasuke tidak memilih untuk mencari istri baru yang bisa memberinya anak," Karin menatap Hinata tajam selama melontarkan kata-katanya yang pedas, kemudian ia melangkah pergi dari tempat itu. Seolah ditikam belati, hati Hinata terasa sakit diomongkan seperti itu, memang betul yang dikatakan oleh Karin, semua itu betul. Masih dalam keadaan air mata yang mengenang dipipi, Hinata meninggalkan toilet. Sasuke yang melihat Hinata keluar dari restroom segera menghampirinya, ia heran melihat air mata yang mengenangi pipi istrinya. Segera saja ia merangkum wajah istrinya, ia sedikit membungkukkan badannya, kemudian menatap istrinya meminta penjelasan 'ada apa'.
"Aku ingin pergi dari sini Sasuke," ucap Hinata terisak, tanpa mengatakan apapun, Sasuke mengandeng Hinata menuju pintu keluar, setelah mengenakan kembali mantel mereka, mereka segera meninggalkan tempat itu. Sasuke mengajak Hinata duduk disebuah taman yang sepi, tentu saja ini sudah pukul 10 lewat, pantas saja tempat disekitar Tokyo sudah mulai sepi. Udara yang dingin membuat Hinata kedinginan, seakan tahu istrinya kedinginan, Sasuke segera memeluk Hinata, membawanya kearah dadanya yang bidang. Hinata merasa nyaman diperlakukan seperti itu, ia menangis semakin keras, berusaha mengeluarkan emosinya. Sasuke hanya diam memeluk Hinata sampai tangisnya mereda.
"Sudah mau cerita?" Tanya Sasuke begitu tangis Hinata berhenti. Hinata menggangguk sejenak.
"Maaf aku masih belum bisa memberikanmu keturunan," ucap Hinata lesu. Sasuke melepaskan pelukannya lalu merangkum wajah Hinata dan mengecup bibirnya singkat. Kemudian mata mereka saling bertatapan. "Tidak apa-apa, semua itu pasti ada waktunya. Kita harus bersabar ya," Sasuke tersenyum lembut.
"Tapi sebagai seorang istri aku merasa gagal belum bisa memberikanmu keturunan padahal kita sudah tiga tahun menikah Sasuke," Hinata masih kecewa. "Mau tiga tahun bahkan sepuluh tahun pun, aku masih bersabar sampai Uchiha Junior lahir dari rahimmu Hinata. Jadi jangan sampai kau berbicara begitu," Sasuke masih merangkum wajah Hinata, kemudian ia menarik nafas. "Aku sangat mencintaimu Hinata. Aku tidak peduli kita mempunyai keturunan atau tidak, asal kan kau tidak akan pernah meninggalkanku," ucap Sasuke tulus, ia masih menatap Hinata yang masih merasa kecewa. Namun setelah itu Hinata tersenyum, perlahan ia mengenggam tangan Sasuke yang merangkum wajahnya, ia memengang erat tangan Sasuke. "Aku juga sangat mencintaimu Sasuke," Hinata kembali tersenyum, Sasuke kembali mengecup bibir mungil Hinata.
Hinata kemudian menurunkan tangan Sasuke dari pipinya, dan menggengam tangan Sasuke erat, "Maka dari itu aku ingin membuatmu bahagia."
"Apa yang akan kau lakukan untuk membuatku bahagia Hime?" Sasuke bertanya sambil tersenyum, ia masih betah memandangi wajah istrinya.
Hinata memejamkan mata kemudian menarik nafas, berusaha mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya sendiri, perlahan air matanya kembali mengalir, namun ia berusaha tersenyum.
"Aku rela kau menikah lagi dengan wanita lain, atau diceraikan sekalipun."
To Be Continued
Silakan disini tersedia batu-batu yang siap ditimpukkin ke Lav.
Sekali lagi Lav bikin panpic baru tanpa memikirkan panpic yang lain.
Nggak tahu kenapa, Lav lagi pengen bikind cerita yang beda, akhirnya begini. Habis kalau mau horror, ntar Lav ketakutan sendiri #habis rumah Lav deket rumah kosong ma kuburan, nanti tau-tau ada yang nongol begimana….
WUAAAAAA… #sarap
Yasudah deh Review ya Readers #puppy eyes
