Luhan tidak mempercayai bahkan tidak akan mempercayai cinta. Menurutnya cinta itu hanya ketertarikan dua orang yang memiliki manfaat untuk dijalaninya. Seperti kasih sayang? Perhatian? Ataupun, seksual?

Huh, Luhan masih mempunyai kedua orang tua yang memberinya kasih sayang dan perhatian yang cukup –bahkan berlebih. Dan kalau seksual? Luhan orang yang untungnya tidak bergantung pada hal-hal yang kata orang membuat kecanduan tersebut. Seperti narkoba, udah tahu membuat kecanduan, kenapa dicoba? Bodoh. –batin Luhan. Guru homeschoolingnya dulu pernah mengatakan "Jangan terlalu mencintai dan menyayangi benda atau seseorang. Karena ketika kau kehilangannya akan teramat sakit." Untungnya Luhan tidak pernah terlalu mencintai sesuatu, hm mungkin belum.

Dan menurut Luhan ia orang yang paling beruntung didunia karena sudah memiliki apa yang orang inginkan. Seperti wajah yang menawan? Ia sudah memilikinya sejak didalam kandungan walaupun sebagian orang bahkan seluruhnya yang pernah bertemu dengannya mengatakannya manis dan cantik. Well, bukankah itu terlalu girly? Namun dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena menurutnya 'mereka itu hanya iri denganku apalagi ketampananku ini'. Dan harta? Bisa dijelaskan bahwa dia merupakan anak pemilik hotel berbintang lima. Jelas sangat tidak kekurangan harta bukan?. Dan kasih sayang? ia mendapatkannya dari kedua orang tuanya meskipun mereka sibuk tetapi tetap menyempatkan waktu luangnya untuk anak tunggalnya tersebut. Tidak masalah bagi Luhan, karena menurutnya mereka bekerja untuk dirinya 'kan? Luhan bukan anak yang suka merengek tidak mendapatkan kasih sayang dan kabur dari rumah. Menurutnya sangat kekanak-kanakan.

Namun satu kekurangan Luhan yaitu mempunyai sahabat seperti Byun Baekhyun atau biasa dipanggil Baekhyun tersebut. Menurutnya Baekhyun sangat kekanak-kanakan dan terlalu menggilai cinta. Ia bisa saja membaca seharian buku tentang cinta sejati atau semacamnya –apapun itu Luhan tidak peduli dan menangis seperti remaja perempuan yang ditinggal pacarnya. Atau ia curhat kepada Luhan dengan perasaan yang menggebu-gebu seperti contohnya Chanyeol –yang katanya kekasihnya tidak mempedulikannya dan mengejeknya idiot. Menurutnya Baekhyun dan Chanyeol –walaupun ia tidak mengenalnya sama-sama idiot. Baekhyun membalasnya dengan mengatakan bahwa hidup Luhan sangat flat.


Title : Oh My Unexpected Love!

Author : hunhankid

Main Cast(s) : Xi Luhan, Oh Sehun

Pair(s) : HunHan, ChanBaek

Genre : School-life, Drama, Romance

WARNING SHOUNEN-AI/BOYSLOVE!


"Ada perihal apa kau datang kesini?" Luhan membuka pintu rumahnya karena terdengar suara

bel yang bertubi-tubi seperti orang yang ingin menagih hutang.

Baekhyun langsung nyelonong masuk dan menuju kekamar Luhan yang terletak di lantai dua. Luhan pun mengikutinya dan membatin mengapa ia mempunyai sahabat seperti ini.

Baekhyun langsung mendudukkan bokongnya dengan seenaknya dikasur Luhan yang berwarna soft blue. Dan menengadahkan tangannya ke Luhan.

"Apa?" alis Luhan terangkat satu dengan muka cengo yang benar-benar bingung melihat tingkah sahabatnya –walaupun selalu bertingkah seperti itu. Luhan sangat bersyukur setidaknya dia masih waras.

"Minumanku. Kau tahu seberapa jauh jarak rumahku dengan rumahmu. Sepertinya kau tidak mempelajari cara melayani tamu dengan benar, Lu."

Luhan mendelik kesal, "Tapi apakah tamu yang baik langsung masuk kekamar dan mendudukkan bokongnya dikasur pemilik rumah?" sindir Luhan dengan menekan kata 'bokongnya'. Baekhyun membuka mulutnya dan hendak membalas, "Ck, tunggu disini. Akan aku ambilkan." Potong Luhan karena ia sedang malas berdebat dengan sahabat gilanya itu.

"Ada apa?" tanya Luhan kesekian kalinya setelah ia mengambil minuman kaleng dan diberikannya pada Baekhyun. Baekhyun mengehela nafas kasar sambil membuka minuman kaleng dan diminumnya sedikit.

"Kau tahu, Chanyeol–"

"Yang kau bicarakan setiap datang kerumahku hanyalah Chanyeol, Chanyeol, dan Chanyeol. Kau tahu, aku muak dengan nama itu."

"Setidaknya dengarkan aku bicara dulu!" Baekhyun mendelik dan mengerucutkan bibirnya lucu. Ia mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan, "Dia sekarang semakin tidak memperdulikanku. Aku benar-benar membencinya. Kau tahu, sekarang dia lebih dekat dengan Kyungsoo sialan si mata hantu itu, eh maksudku mata burung hantu. Bahkan dia tidak lebih imut dan menggemaskan dariku, tapi kenapa Chanyeol meliriknya?! KENAPA?!" Tanya Baekhyun sambil menggoyangkan kasar bahu Luhan. Baekhyun mengacak rambutnya frustasi lalu menghempaskan tubuhnya dikasur king size milik Luhan.

"Hey, kau bisa saja masuk rumah sakit jiwa setelah ini!" Luhan memperhatikan sahabatnya yang sudah frustasi dengan prihatin.

"Aku tahu berbicara denganmu bukan ide yang bagus. Tapi setidaknya aku sudah menceritakannya denganmu dan aku sedikit lega sekarang." Baekhyun mengalihkan pandangannya ke Luhan, "Oh hey, ngomong-ngomong, bagaimana tentang rencana orang tuamu?"

"Rencana apa?" balas Luhan dengan tatapan yang tak mengerti. Baekhyun menggeram frustasi, "Tentang kau pindah kesekolahku! Oh ayolah Lu, kau tidak bisa terus menerus sekolah dirumah seperti ini. Kau harus bersosialisasi, kau tahu."

"Err, ntahlah." Luhan membaringkan badannya di sebelah Baekhyun dan menatap langit-langit kamarnya. "Tapi sepertinya mereka sudah mengurus administrasinya. Mungkin lusa aku sudah bersekolah disana."

"Lusa?! Ok, kau bisa mengirimku pesan jika sudah sampai disana dan aku akan mengajakmu keliling sekolah."

"Wow, kau sahabat yang baik, Byun."


Luhan memandangi tempat didepannya dengan takjub. Tetapi Luhan tetap Luhan, ia pandai menyembunyikan wajah kagumnya hanya sekedar untuk jaga image. Ia memuji kemampuan orang tuanya dalam memilih sekolah. Wangja High School, sekolah yang cukup megah bahkan sangat megah untuk sekolah yang hanya menampung 500 siswa laki-laki. Oh, Luhan baru menyadari ternyata ini sekolah khusus laki-laki, karena ia hanya melihat siswa laki-laki berlalu lalang dan beberapa perempuan yang ia yakini guru disekolah ini. Ia memuji bahkan mengagumi orang yang membuat arsitektur sekolah ini. Dilihat dari arsitekturnya, tampaknya ini sekolah elit.

Luhan mengedarkan pandangannya kepenjuru sekolah dan menajamkan penglihatannya untuk mencari sahabat gilanya itu.

"Hey, Lu! Apa kau sudah lama?"

Ia membalikkan badannya dan melihat Baekhyun sedang berjalan –sedikit berlari kearahnya.

"Untungnya aku baru satu menit disini."

Baekhyun menghela nafas lega, "Baguslah. Ayo kuantarkan ke ruang kepala sekolah. Kau belum tahu dimana ruang kepala sekolah 'kan?"

Luhan menggelengkan kepalanya pelan, "Belum. Ayo."

Dibalas dengan anggukan kecil Baekhyun dan ia segera memimpin jalan.


Mereka sudah berjalan dengan waktu dua menit tiga puluh tiga detik namun belum sampai ketempat tujuan. Luhan bisa membayangkan seberapa besar sekolah ini –yang pasti sangat besar sekali. Luhan menghela nafasnya pasrah,

"Err, Baek. Apa masih lama kita sampai?"

"Mungkin sekitar tiga menit lagi kita akan sampai."

Luhan menaikkan satu alisnya, "Well. Itu cukup lama dan jauh kurasa."

Bekhyun mengangguk dan tertawa kecil, "Hey, bagaimana kita bercerita sembari mengisi waktu?" Tawar Baekhyun dengan riang.

Luhan mendengus, "Aku rasa ceritamu lebih efektif jika dikatakan gosip, Baek."

"Wow, kau sangat mengenalku, Lu." Baekhyun merangkul bahu Luhan dengan tangan kirinya dan berbicara dengan sedikit berbisik, "Kau harus tahu. Chanyeol-ku itu seorang Kingka disini."

Luhan mengernyitkan dahinya bingung, "Apa ada hubungannya denganku?" Baekhyun melepas rangkulannya dan memasukkan tangannya kesaku celana.

"Tidak sih. Tapi dia itu memiliki dua orang teman yang pastinya juga Kingka. Dan kau tahu, satu dari temannya yang bernama Sehun itu jika kuperhatikan, dia memiliki wajah yang sedikit mirip denganmu, Lu." Baekhyun menerawang, "Aku rasa kalian jodoh." Ucapnya dengan senyum yang terlampau dan seperti tak ada beban saat mengatakannya.

Luhan memutar bola matanya malas, "Siapapun yang bernama Sihun itu kupastikan tidak lebih tampan dariku."

"Sehun, Lu." Baekhyun mengoreksi. "Kau akan menyesal berkata seperti itu! Karena dia tampan seperti pria-pria di majalah Forbes! Yah walaupun masih tampanan Chanyeol-ku tentu saja. Tapi dia anak pemilik sekolah ini." Ucap Baekhyun seolah-olah tidak terima pangeran sekolahnya direndahkan "Bahkan nama kalian mirip. Sehun Luhan, Luhan Sehun. Oh, aku rasa dia takdirmu, Lu."

"Bahkan aku tidak mengenalnya!"

"Kau akan mengenalnya, Lu! Dia sangat populer dan diidolakan."

Luhan mendecih sebal dan kemudian matanya menangkap tulisan 'Headmaster Office', "Oh!" Luhan menunjuk kepintu yang terdapat papan bertuliskan 'Headmaster Office' "Itu ruang kepala sekolahnya!"

Baekhyun mengalihkan pandangannya menuju objek yang ditunjuk Luhan dan mengangguk membenarkan, "Aku rasa aku telah menjalankan tugasku sebagai seorang sahabat yang baik." Lalu ia mengecek pergelangan tangan kirinya dan melihat jarum pendek jam yang sudah menujukan hampir pukul delapan, "Sebentar lagi bel berdering. Aku rasa aku harus kekelas." Baekhyun menepuk pundaknya dua kali, "Semoga kita bisa satu kelas."

Luhan mengangguk sambil tersenyum sebentar dan berterimakasih pada Baekhyun. Dibalas anggukan kecil Baekhyun kemudian langsung melenggang menuju kelasnya.

Luhan kembali menatap pintu didepannya, menarik nafas dan menghembuskan nafasnya perlahan, "Kuharap aku bisa beradaptasi dengan baik disini."


Suara riuh bak pasar malam terjadi dikelas XI-I yang pada jadwalnya mereka belajar fisika dengan Lee Seonsaengnim. Namun sepuluh menit setelah bel berdering pria tua dengan rambut keabu-abuan yang terlihat memutih itu belum menampakkan batang hidungnya. Kesempatan itu digunakan para siswa kelas dengan sebaik-baiknya. Ada yang bermain game, bercengkrama, berkejar-kejaran, ataupun berlovey dovey.

"Tolong perhatiannya anak-anak!" Suara perempuan tua menginterupsi kegiatan mereka dibarengi dengan pukulan cukup kuat disisi meja. Mereka dengan cepat kembali menuju bangkunya masing-masing.

"Hari ini Lee Seonsaengnim tidak hadir karena sakit." Pekikan kesenangan mulai terdengar dipenjuru kelas. Mereka senang tetapi mereka juga cukup prihatin dengan keadaan gurunya mengingat usianya sudah berkepala lima.

"Maka dari itu saya disini diberikan amanat kepada kalian untuk merangkum bab 3." Pekikan kesenangan mulai terganti dengan desahan kecewaan. Tapi mereka juga cukup senang karena mereka bebas dan tidak ada guru yang mengawasi.

"Dan juga," Han Seonsaengnim mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas diikuti dengan seluruh siswa, "Xi Luhan, kau boleh masuk."

Luhan melangkahkan kakinya dengan perlahan dan menetralkan detak jantungnya. Ia berharap semoga ia tidak dibully seperti kisah-kisah di drama. Oh ayolah Lu, kau mengatakan Baekhyun seperti gadis remaja ketika membaca sebuah buku romansa dan menangis tersedu-sedu. Lalu, apa bedanya denganmu?

"Kau bisa mengenalkan dirimu kepada teman-temanmu sekarang." Ucap Han Seonsaengnim seraya tersenyum.

"Annyeonghaseyo. Namaku Xi Luhan, kalian bisa memanggilku Luhan." Teman-teman barunya mengangguk dan tersenyum senang karena mendapatkan teman baru. Melihat reaksi itu, Luhan tersenyum lega dan mengedarkan pandangannya kepenjuru kelas. Dipojok kelas ia menemukan lelaki yang memekik kegirangan dan menggumamkan kata 'akhirnya kau sekelas denganku!', Luhan semakin memperlebar senyumnya.

Suara ketukan pintu tiba-tiba menginterupsi kegiatan mereka. Terlihat lelaki bertubuh tinggi teggap proposional dengan kulit putih pucat disana, ia membungkukkan badannya kemudian langsung melangkahkan kaki panjangnya menuju bangkunya. Luhan mengernyitkan dahinya heran apakah murid-murid disini tidak diajarkan sopan santun. Tetapi melihat reaksi teman-temannya saat ia mengenalkan diri sepertinya mereka cukup berpendidikan. Luhan berpikir mungkin saja lelaki ini berbeda. Walaupun Luhan mengakui, khm, lelaki ini cukup tampan –Dia terlalu gengsi mengatakannya sangat tampan, okay.

Han Seonsaengnim menghela nafas kasar melihat kelakuan anak didiknya sekaligus anak pemilik sekolah ini. Ia ingin menegurnya namun ia urungkan niatnya dan kembali mengeluarkan suara, "Baik. Ada yang mau ditanyakan tentang Luhan?"

Seorang siswa mengangkat tangannya, "Ya, Jongdae. Kau ingin menanyakan apa?"

"Hm, dilihat dari nama depanmu, sepertinya kau bukan orang asli Korea, ya?" Lagi-lagi Luhan berpikiran yang tidak-tidak. Ia tidak mungkin dibully karena bukan keturunan Korea Selatan 'kan?

"Aku berdarah Cina sejak lahir tetapi saat usiaku 7 tahun, aku sudah menjadi warga negara Korea Selatan." Siswa dikelas itu pada menganggukkan kepalanya mengerti.

"Dan sekarang Luhan, kau boleh duduk disamping Oh Sehun. Oh Sehun angkat tanganmu."

Sehun? Sepertinya Luhan pernah mendengar namanya. Tetapi kapan ia mendengarnya?

Luhan kembali mengingat-ingat nama tersebut sementara teman kelasnya mengalihkan pandangannya menuju lelaki yang sedang terpejam dengan headphone bertengger dikepalanya. Lelaki tinggi dengan mata besar yang duduk dibelakang lelaki yang dimaksud menyentil pelan tengkuknya. Sehun segera melepas headphonenya dan menolehkan kepalanya kebelakang dan teman belakangnya menunjuk kearah depan memberi isyarat.

Luhan membulatkan matanya, anak itu?! Dosa apa ia harus sebangku dengan anak itu?! Ia menjamin hidupnya takkan tenang setelah ini. Yah, walaupun sepertinya lelaki itu pendiam dan dingin, suatu kelegaan bagi Luhan untuk tidak berurusan dengannya.

Luhan mengembuskan nafasnya perlahan dan melangkahkan kakinya menuju bangku disebelah lelaki aneh itu. Sehun melirik malas kearah Luhan dan kembali memasangkan headphonenya. Luhan hanya mendengus pelan dan duduk dalam kecanggungan. Ia menolehkan kepalanya kebelakang dimana sahabat gilanya itu duduk, dan ia kembali mengernyitkan dahinya bingung melihat Baekhyun menunjuk-nunjukkan lelaki yang duduk disebelahnya sambil menggumamkan sesuatu tak jelas. Luhan mengedikkan bahunya acuh dan mengeluarkan buku dan peralatan menulisnya. Ia baru ingat! Tadi Han Seonsaengnim memberi tugas merangkum bab 3 dan Luhan belum mempunyai buku pelajaran dari sekolah ini. Awal yang bagus Luhan.

Ia dilema apakah ia harus meminjam buku dengan chairmatenya ini? Ah, Baekhyun! Ia menolehkan kembali kepalanya kebelakang namun sepertinya lelaki disebelah Baekhyun tidak membawa buku kimia. Terlihat dimana buku itu terletak ditengah-tengah antara mereka dan mereka menulis hal penting yang terdapat dibuku itu.

Ia sempat berpikir untuk meminjam buku dari teman lainnya, tapi ia takut dianggap aneh. Bukankah dia sudah memiliki chairmate? Untuk apa harus jauh-jauh meminjam buku dengan yang lain? Ditambah Luhan belum mengenal seratus persen atau bahkan Luhan hanya mengenal lima persennya, yaitu Baekhyun.

Apa sekarang ia benar-benar harus meminjam buku kepada teman sebangkunya? Ugh, sepertinya pilihan yang buruk namun ia juga tidak bisa berdiam diri seperti orang bodoh. Jadi dengan mengumpulkan keberaniannya dan menetralkan detak jantungnya yang berdegub cepat –Hey! Kenapa jantungnya jadi berdetak secepat ini?!

Luhan berdehem lalu mengeluarkan suaranya, "Permisi, apa kau mau berbagi buku kimia berdua denganku? Aku belum mendapatkannya."

"..."

Merasa tidak mendapat respon, Luhan mengucapkan kata sial berkali-kali dalam hatinya dan ingin segera meninju teman sebangkunya ini. Namun ia urungkan niatnya mengingat dia adalah siswa baru. Repurtasinya tidak boleh buruk, okay.

Luhan kembali mengeluarkan suaranya dan sedikit melembutkannya, "Apa kau tidak mendengarku? Boleh, aku meminjam bukumu?" Luhan meredamkan emosinya sebisa mungkin, ia tidak mendapat respon lagi. Ia kembali menghadap papan tulis dan menghela nafas perlahan sementara memejamkan matanya berusaha menahan emosi yang meledak-ledak didalam tubuhnya.

Ia merasa ada pergerakan disebelahnya, ia melihat dari ujung matanya lelaki itu sedang mengambil sesuatu dari dalam tasnya –ntah apa itu Luhan tidak peduli dan ia sudah sangat kesal. Tapi dirasanya sebuah buku dan diletakkannya dengan sedikit kasar dimeja Luhan. Luhan mendongak melihat lelaki itu berdiri dan pergi berjalan meninggalkan kelas.

Luhan mendengus keras-keras. Diremasnya buku pemberian lelaki itu dengan keras-keras juga untuk melampiaskan kekesalannya. Mukanya sangat jelek saat ini.

Ia mendengar kikikan geli dari arah belakang dan menemukan Baekhyun sedang tertawa tertahan seolah mengejek dan lelaki disampingnya hanya senyum-senyum melihat Baekhyun dan Luhan secara bergantian.

Luhan memutar bola matanya dan memilih mengabaikan mereka. Hidupnya tak boleh sia-sia hanya karena ia duduk dengan orang paling menyebalkan yang pernah Luhan temui.


Baekhyun menyesap sedikit vanilla latenya, "Well, bagaimana rasanya sebangku dengan Kingka sekolah, Lu?" Baekhyun menaikturunkan alisnya dan tersenyum sedikit mengejek kearahnya.

"Kingka?" Luhan mengernyitkan dahinya, "Sehun.." Luhan menahan nafasnya, dan menghembuskannya, "Aku baru menyadari ternyata dia adalah Sehun yang kau maksud." "Tidak ada yang dibanggakan. Kelakuannya sangat buruk dan menyebalkan. Kurasa prestasinya juga buruk." Luhan kembali meminum frappenya hingga setengah.

Baekhyun mengangkat bahunya, "Memang," kemudian mendecih kecil, "Tetapi kau sangat beruntung, Lu. Bisa sekelas dengan dua Kingka sekaligus."

Luhan memutar bola matanya malas, "Beruntung? Huh, bahkan aku tidak merasa mendapat keuntungan!" Dan mengelap sudut bibirnya dengan punggung tangannya, "Siapa lagi kali ini?"

"Chanyeol, kekasihku tentu saja."

"Lelaki yang tadi duduk disebelahmu?" Baekhyun mengangguk membenarkan, wajahnya terpancar kebanggaan saat ini.

"Sepertinya kelakuannya tidak jauh berbeda dengan anak itu."

"Anak itu? Sehun?" Baekhyun mencoba menebak dan dibalas anggukan kecil Luhan. "Kau salah, Lu. Dia bahkan sangat baik dan ramah, sampai semua orang mengira Chanyeol menyukai mereka." Baekhyun mengerucutkan bibirnya, "Padahal hati Chanyeol hanya memilikiku." Mengakhiri perkataannya dan menopang wajah dengan tangannya serta mengaduk-aduk malas vanilla lattenya.

Luhan berdecih, "Kau terlihat menjijikkan, Byun."

Baekhyun mendelik sebal kearah Luhan dan mencibir, "Karena kau belum tahu bagaimana rasanya jatuh cinta!"

"Ugh, itu sangat tidak penting okay."

"Terserah kau." Baekhyun memainkan jari kukunya, "Tapi aku punya berita bagus untukmu, Luhan sayang."

Luhan mengernyit jijik atas panggilan 'sayang' yang Baekhyun berikan, namun hatinya juga cukup was-was karena tahu jika Baekhyun memanggil seperti itu pasti tidak jauh dari hal-hal buruk dan kesengsaraan buat Luhan.

Baekhyun menyeringai dan menatap Luhan, "Mulai saat ini, kau akan menjadi teman belajar Oh Sehun."

"Apa?" Karena hal-hal buruk dan kesengsaraan itu akan benar-benar terjadi.


To Be Continued


Hey-hey ini kali pertama author (gapantas disebut author sih) abal-abal ngepost ff yang juga abal-abal di ffn. Sebenarnya rada takut di bash atau apalah kayak author yg lain. Mereka yang udah profesional aja di bash gitu kan, apalagi daku yg masih gembel-gembelan dalam menulis. Tapi dengan rasa penasaran yg meledak-ledak, yauda deh ngepost. Jadilah ff boring ini-_,- tapi karena daku masih baru boleh dong minta kritik/saran/atau cuap-cuapnya dikotak review?

Sorry for the typo(s)