Disclaimer, karakter bukan milik saya, beserta produk di dalamnya, tapi cerita milik saya.


Hentikan semua ini, Tuhan.

Akaito dan Nigaito sujud di meja restoran—nggak benar-benar sujud sih, hanya membenamkan wajah di meja dengan nelangsa. Penyebab? Frustasi. Stress. Berat. Mereka tidak menyangka, Utatane dan Oliver merupakan perpaduan yang buruk—bagai malaikat dan setan. Ah, bukan malaikat, bagai suami istri yang sudah menikah tiga puluh tahun. Selalu ada kehancuran setiap mereka berdua bertemu.

Utatane Piko, sekilas terlihat seperti pemuda—jadi-jadian—yang sopan, ramah, dan berbudi pekerti. Secara teknis memang kriteria bos yang baik. Tapi tolong jangan berbicara soal naik gaji di depannya—mau dengan alasan BBM naik sampai anak ga bisa diberi makan selama tiga hari, hati Piko tidak pernah luluh untuk mengabulkan permintaan itu. intinya, Piko merupakan atasan yang pelit.

(("Utatane-san, boleh nambah gaji?" "Hah? Apa Yuuma-san? Kelinci di rumahmu mati satu?" —Yuuma, 21 tahun adalah korban nyata))

Berbeda dengan Oliver—nama marga tidak dipublikasikan—yang merupakan bawahan super nakal dan pemalas, hobinya saat bekerja—menghabiskan waktu kerja dengan tidur di kasir. Katanya, selain efisien juga hemat waktu dan tenaga. Tapi boros uang tentunya, Piko selalu memotong gajinya hingga menjadi selembaran yen saja.

(("Akaito-san, mana Oliver?" "…Tidur, bos,"))

Memang tidak heran kenapa mereka selalu bertengkar, tapi kasus kali ini sedikit berbeda dengan kasus sebelumnya,

"Nggak sudi! Dimana urat maluku jika aku melakukannya?!" suara melengking milik Oliver sekali lagi menunjukan penolakan,

"Hanya sebulan, Oliver. Sebulan." Kali ini suara Piko membalas.

"Sebulan itu bukan waktu yang singkat,"

Menghela nafas "Kalau gitu satu bulan setengah,"

"Apa anda bodoh?"

Wajah Piko masih menunjukan ke-profesionalitas, ia mengacungkan kedua jarinya, menggunakan jurus andalannya "Gaji dipotong?"

"Silahkan," Dalam hati, dua kembar ini bertepuk tangan. Oliver memang merupakan pekerja yang suka sedekah dan tidak mata duitan. Abaikan uang, yang penting melakukan kebaikan, niscaya di kehidupan selanjutnya mendapat barokah, pesan dari mamah Oliv.

"Gaji ditambah—"

"Diterima!"

Hancur sudah sosok pekerja yang suka sedekah di mata kedua kembar itu. masa depan serta harga diri Oliver tidak lebih dari beberapa lembar alat penukar tersebut.

—walau memang sih, gaji naik adalah kata-kata sakral yang hanya diucapkan Piko sekali seumur hidup.

"Baiklah, Oliv~ lihat ini~" Piko menyodorkan setelan maid—lengkap dengan bandananya tepat di depan mata Oliver.

"What the—piip—AKU TARIK KATA-KATAKU, BOS!"

Pegawai lain, yang kebetulan lewat, bertepuk tangan. Bukan pemandangan janggal jika Oliver yang memakai baju maid mengingat wajahnya yang imut—berbeda kasus jika Big Al yang memakai, tolong jangan dibayangkan. Wajah imut Piko mengerut,

"Menarik kata-kata itu bukan seorang jentelmen,"

"Yang bener gentlemen, bos"

"Apalah itu,"

Mikuo terbahak dan menyandarkan sikunya di kepala Piko "Piko-kun, apa kamu gak kasihan sama Oliver?" refleks, Piko menendang wajah Mikuo

"Aku kasihan sama dia, daritadi dia belum bisa duduk, jadi tolong gantikan bajunya dengan ini ya, Mikuo-san" Tersenyum bisnis, Piko menendang Mikuo dan Oliver ke pojokan—beserta satu set baju maid.

"Piko—" "Bos—"

"Baik semua, kembali bekerja, jangan menatap pojokan disana sebelum mata anda ternodai oleh hal-hal yang mengganggu,"

—Perkataan atasan itu absolute.


Oliver merinding, rok mini yang dikenakannya mampu membuat angin sekitar menyapa paha putihnya. Ia menderita—di bilang cantik oleh rekan-rekannya.

Ia menderita—hampir diperkaos Big Al.

Ia menderita—di-suit oleh bapak-bapak homo-pedo-berkedok-pelanggan.

Ia menderita—ditatap iri dengki oleh pelanggan wanita.

Sekali lagi ia menderita—menjadi maskot restoran Piko selama sebulan.

Pekerjaannya bukan di dalam restoran lagi, melainkan diluar gedung—namanya juga maskot. Dan gigitan nyamuk seakan memperparah keadaan. Demi hewan-hewan laut, pemilik KFC bahkan lebih baik memperlakukan pekerjanya—sang icon saja hanya perlu memakai kostum ayam raksasa—Utatane Piko memang seorang manusia biadab! Harus di jebloskan ke neraka jahanam!

"Sekali berpikir untuk menjebloskanku ke neraka, kamu pakai bikini, Oliver."

Oliver mati kutu, ia lupa jika sang bos berjaga disebelahnya agar ia tidak kabur—itulah kenapa ia tidak bisa pergi dari neraka berkedok restoran ini. Oliver menyesali perbuatannya dulu—mengisi formulir karyawan baru dan menyerahkannya pada Piko.

"Wah, kamu punya karyawan wanita yang baru, Utatane-san?" seorang pelanggan berkacamata merah berpapasan dengan Piko dan Oliver.

Iris Oliver memicing, ia mengenali pelanggan itu sebagai temannya sekaligus baby-sitternya atasannya Piko. Piko hanya tersenyum bisnis dan mengangguk.

"Aku kira isi restoranmu hanya cowok, Utatane-san. Um.. siapa namanya?"

"Nama saya Olive—"

"Namanya Olivia,"

Oliver menatap Piko dengan tajam karena dua alasan, pertama ia seenaknya memotong kalimatnya, kedua ia juga seenaknya mengganti namanya—demi neptunus, Oliver belum tasmiyahan, emak beruban!

Merasa ditatap tajam, Piko menoleh ke arah Oliver "Ada baiknya kau ganti namamu untuk bisnis,"

"Hah? Kau hanya atasanku, bukan ibuku,"

Piko mengangguk, lalu melewati Oliver begitu saja "Lihatlah, sekarang kamu menjadi seperti karakter anime tsundere,"

Oliver ingin protes, tapi Piko lebih dulu menghilang di ambang pintu masuk restoran.

Fakta: Piko merupakan atasan yang tidak taat beragama.

Kata mutiara: Hati-hatilah saat mencari pekerjaan, lihat dulu atasannya seperti apa.


-Tambahan-

Oliver membuka lokernya,

'Semua seragammu sudah diamankan oleh pihak berwajib, jadi silahkan memakai seragam seperti kemarin.

P.S: banyak yang bilang kamu manis; baik pegawai lain atau pelanggan

Tertanda,

Piko Utatane'

Oliver meremas secarik kertas tersebut "MA—piip—KAU ATASAN AN—piip—piip—,"


A/N:

Saat nonton Spongebob ide ini terlintas; gimana ya kalau squid disuruh memakai baju maid oleh mister kreb?

Dan nyasarnya malah di fandom ini—dimasukan sebagai setoran event minor chara lagi.

Akhirannya gantung? Yah, itu sebagai batas aman agar tidak menjurus ke sho-ai /ohoho/abaikan, plis.

Dan itu kenapa Sekihan lewat? Sebenarnya hanya pelampiasan karena SekiPiko jarang namahousou sekaligus pelampiasan karena gak bisa datang ke konsernya.

Tolong kirimkan komentar, saran, kritik, dan apapun pada nomor dibawah ini—ralat, maksudnya kotak di bawah ini.