[ inikah akhir dari kisah kita? –halitaufan– ] (jangan percaya summary!)
End
Langit menggelap. Sesaat kemudian menitikkan air mata. Seakan turut berduka melihat sang anak pengendali elemen petir yang akan hilang.
Serangan bertubi-tubi yang diberikan alien kubus itu membuatnya hampir kehilangan kesadaran. Wajahnya yang selalu dingin pun kini dinodai bercak darah – miliknya.
"Halilintar!"
Setetes air mata jatuh.
"Aku akan menyelamatkanmu!"
Nafasnya memburu.
Ia tersenyum. Mengusap wajah sang adik dengan lembut. "Terima ka… sih, Taufan."
"Tapi jika ini memang takdirku untuk mati, bisa kuucapkan permohonan terakhir?" Taufan mengangguk cepat, mendekatkan telinganya supaya mendengar lebih jelas.
.
.
.
.
"Bayar utang."
Taufan cengo. Sedetik kemudian menampar Halilintar. "EKAMPRET, KIRAIN APAAN. 10 SEN JUGA! CEPET MATI GIH!" Lalu berdiri. Membiarkan kepala Halilintar mencium tanah.
"ADUH! SAKIT BEGO! YANG INI SERIUS, SUWER."
"Yaudah cepetan!"
…
"Cium dong. Aku kangen masa-masa kita baru pacaran."
Sang pengendali angin jongkok. "Itu doang?"
"Kalo mau lebih gak masalah." – lalu Halilintar kena tampar lagi. Masih sempet modus ternyata.
Taufan mendekatkan wajahnya. Mengecup bibir sang kakak singkat.
.
.
.
.
.
.
"Dengan kekuatan halilintar, aku akan menghukum kalian! HYAAA!"
Ternyata Halilintar mirip-mirip Senou Weit, dicium langsung bangkit.
Dengan pose yang enggak banget, dia mengeluarkan tongkat berlambang petir, kemudian mengarahkannya ke arah sang alien dan robotnya.
"HUWAA!"
#TaufanCengoPart2
"Pulang yuk, nanti kamu demam."
Dan fanfiksi ini berakhir dengan adegan digendongnya Taufan ala tuan putri.
-owari.
[A/N]
Sudah saya bilang jangan percaya summary kan?
Hai, saya author baru. Bisa dipanggil K-itsune atau Vanila. Fik ini abal banget ya? :''D soalnya lagi galau nungguin buka puasa wwww /masih lama. Uhh… saya pengen punya temen di fandom ini… tapi minder – soalnya saya cuma bocah baru lulus esde. A-ada yang mau jadi temen saya? /lah.
Terakhir – terima kasih sudah membaca!
K-itsune
