Seorang gadis bersurai raven menatap layar PC miliknya dengan gelisah. Sudah seminggu ia memesan barang melalui sebuah website toko online dan barang yang dipesan nya tak kunjung datang.
Status pemesanan yang tertera mengatakan barang nya sudah dalam pengiriman, namun ia masih belum menerima barang pesanan nya.
"Ah, kapan barang nya sampai sih ?", gumam gadis itu.
Gadis itu baru saja akan mematikan PC nya ketika bel rumah nya berbunyi dan ia dengan cepat berlari menuju pintu rumah nya.
Gadis itu membuka pintu rumah dan terlihat seorang pemuda bersurai blonde berkulit putih dengan iris biru berdiri di depan pintu rumah.
Sesaat, gadis itu seolah terbius dalam pesona pria itu. Ia bertanya-tanya apa yang dilakukan seorang pemuda dengan wajah tampan dan postur tubuh yang terkesan 'jantan' dengan otot-otot lengan nya yang terlihat jelas di depan rumah nya.
"Paket untuk nona Tifa Lockhart.", ucap pria itu.
Suara pria itu menyadarkan gadis itu dari khayalan nya akan pria itu. Hey, bahkan suara pria itu terdengar merdu, sangat sesuai dengan paras nya yang sempurna.
Gadis bernama Tifa itu mengangguk dan mengambil lembar resi dan pen yang diserahkan pria itu.
"Tolong tanda tangan disini", pria itu menunjuk bagian kertas di bon. "Tuliskan juga nama anda."
"Ok", jawab gadis itu sambil menulis nama nya dan membubuhkan tanda tangan nya pada lembar resi itu serta menyerahkan pada pria itu.
Pria itu merobek lembar resi dan menyerahkan salah satu lembaran nya pada Tifa.
"Terima kasih.", ucap Tifa pada pria itu.
"Ya.", jawab pria itu sambil mengangguk dan tersenyum pada Tifa serta berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan rumah Tifa dan menaiki sebuah motor balap yang telah dimodifikasi.
Tifa sulit percaya bila seorang pria tampan seperti pria tadi merupakan seorang kurir pengantar barang. Entah apa alasan pria itu memilih profesi sebagai kurir ketika sebetulnya ia bisa saja menjadi seorang model.
Ia menutup pintu tepat ketika pria itu hendak menaiki motor nya dan tersenyum sambil memeluk paket di tangan nya. Ia tersenyum bukan karena merasa puas karena pada akhirnya menerima paket yang telah ditunggu nya, melainkan ia merasa bahagia setelah bertemu kurir tampan.
Tifa berjalan menuju kamar tidur nya dan membuka paket miliknya. Ia tersenyum menatap kosmetik yang dipesan nya datang dalam keadaan yang baik. Tidak ada satupun produk yang tumpah ataupun rusak, sepertinya perusahaan jasa pengiriman itu cukup professional.
Tanpa sengaja, Tifa melirik lembar resi itu dan membaca nya.
'Jadi, nama perusahaan jasa pengiriman itu Striffe Delivery Service ?' , batin Tifa seraya berusaha mengingat nama jasa pengiriman itu.
Tifa menyimpan lembar resi itu di dalam laci. Ia baru saja berniat mencari informasi mengenai perusahaan jasa pengiriman ketika ia tanpa sadar menyentuh ponsel nya dan terkesiap melirik jam.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore dan ia harus bergegas menuju bar milik nya untuk menyeleksi beberapa calon pegawai yang akan direkrut nya.
Dengan cepat, Tifa membuka lemari dan mengambil pakaian dan berjalan menuju kamar mandi.
...*….
Tifa memparkir mobil nya di sebuah bar bertuliskan Seventh Heaven. Bar itu terletak di sektor tujuh Midgar dan cukup ramai di malam hari.
Tifa membuka pintu dan berjalan memasuki bar milik nya. Masih belum ada seorang pegawai yang datang, ia menghampiri salah satu meja dan duduk untuk memperbaiki riasan wajah nya.
Bar itu baru akan buka pukul lima sore dan saat ini masih pukul tiga sore. Para pelamar akan datang pukul setengah empat sore sehingga masih terdapat setengah jam.
Beberapa pekerja di bar milik nya mengundurkan diri sehingga Tifa membutuhkan pegawai baru dalam jumlah banyak. Di bar milik Tifa juga terdapat ruang karaoke sehingga tidak mungkin bila ia mengurus bar itu sendirian.
Tak lama kemudian, seorang petugas kebersihan dan seorang hostess bersurai hazel brown datang. Hostess itu tersenyum pada Tifa dan menyapa gadis itu.
"Hai, Tifa."
Tifa meletakkan buku yang dibaca nya dan balas tersenyum, "Oh, hai, Aerith."
"Nanti, teman ku akan datang untuk melamar. Dan ia juga membawa teman nya. Kuharap kau dapat mempertimbangkan untuk menerima mereka.", ucap gadis bernama Aerith itu tanpa basa-basi. Ia bekerja di bar itu sejak bar itu buka hingga saat ini dan dapat dikatakan bila relasi nya dengan Tifa adalah pertemanan.
"Siapa teman mu ?"
"Nama nya Zack Fair. Ia memang tidak terlalu tampan sih, wajah nya juga tidak imut. Namun ia adalah orang yang sangat menyenangkan , dan aku yakin ia akan cepat menemukan banyak pelanggan serta dapat menggantikan posisi Sephiroth-san yang baru saja 'pensiun'."
Seorang Host biasanya berusia antara delapan belas tahun hingga pertengahan dua puluhan. Host dan hostess bukanlah sebuah pekerjaan berjangka panjang, sehingga ketika sudah melewati batas usia tertentu atau fisik yang tidak memungkinkan, maka diharuskan untuk berhenti.
"Benarkah ? Sejujurnya aku mulai khawatir karena banyak pelanggan yang sering berkunjung dan menanyakan Sephiroth."
Aerith mengangguk dan berkata, "Bahkan beberapa pelanggan yang kulayani juga menanyakan soal Sephiroth-san. Kurasa ia memang terkenal di kalangan pelanggan pria sekalipun. "
"Kuharap aku dapat menemukan pelayan baru yang dapat mengundang banyak klien seperti Sephiroth.",Tifa mengucapkan keinginan terdalam nya pada Aerith.
"Tenanglah, aku menjamin kau dapat menemukan nya diantara calon pelamar hari ini.", Aerith berusaha menenangkan Tifa. "Oh ya, teman dari teman ku yang juga akan melamar di bar ini cukup tampan lho."
"Oh ya ? Seperti apa orang nya ?"
Aerith mengeluarkan ponsel nya dan melirik ponsel nya. Ia tampak mencari sesuatu dan terlihat kecewa karena tak berhasil menemukan nya.
"Sayang sekali foto nya tanpa sengaja terhapus. Kalau tidak salah nama nya Cloud."
Tifa mengangguk. Ia melirik jam, lima belas menit berlalu dan ia berjalan menuju bar serta mengecek stok minuman yang tersedia sambil menuggu calon pegawai dan para pegawai yang aka datang.
…..*…..
Perekrutan calon pegawai telah dimulai. Terlihat beberapa calon pegawai mulai berdatangan.
Sebagai seorang bartender sekaligus manager dan pemilik bar, Tifa melakukan interview sendiri. Ia membutuhkan seorang hostess, seorang bartender dan dua orang host.
Kandidat host terkuat saat ini adalah seorang pria bersurai merah bernama Reno. Sekilas, penampilan nya terlihat berantakan dan cuek. Namun, dibalik itu semua, pria itu memiliki pesona sendiri dan Tifa cukup yakin bila pria itu akan laris. Lagipula, tak semua wanita menyukai host yang berpenampilan rapih, terlihat baik dan sopan, bukan ? Dengan memperkerjakan host seperti Reno, ia dapat membuat inovasi baru yang tak dilakukan bar maupun klub lain nya.
Dua orang pria berjalan beriringan memasuki bar itu. Mereka adalah calon pegawai terakhir yang melamar. Kedua pria itu terlihat sangat kontras, salah satu nya beperawakan tinggi dan bertubuh besar dengan rambut berwarna gelap, sementara yang lain nya tidak terlalu tinggi dan tubuh yang tidak terlalu besar dan rambut pirang.
Tatapan Tifa terhenti pada pria bersurai pirang itu. Ia terkesiap saat menatap wajah pemuda itu dan pemuda itu pun sepertinya terkejut.
Kedua pria itu menghampiri meja dimana Tifa berada dan menundukkan kepala dengan sopan.
"Konbawa.", sapa pemuda bersurai raven dengan tubuh kekar sambil tersenyum.
"Silahkan duduk. Apakah kalian berdua ingin melamar ?", tanya Tifa. Tifa memang merekrut pegawai dengan metode walk-in interview, sehingga para pelamar dapat langsung datang di waktu yang ditentukan dengan membawa persyaratan pelamaran.
"Ya, kami berdua ingin melamar sebagai host", jawab pemuda bersurai raven itu. Sementara pemudai bersurai pirang itu sejak tadi hanya diam.
"Kalau begitu, aku akan mewawancarai kalian terlebih dahulu.", ucap Tifa pada pemuda bersurai raven. Ia tak menggunakan bahasa formal pada para pelamar karena merasa lingkungan pekerjaan ini tidak terlalu formal.
Pemuda bersurai raven itu tersenyum dan mengangguk dengan penuh optimisme. Sebetulnya, Tifa tidak terlalu menyukai pria itu dan merasa bila pria itu sama sekali tidak cocok sebagai host. Namun, harus diakui bila ucapan Aerith sama sekali tidak salah, pria itu memiliki pengetahuan luas dan menyenangkan serta senyum yang menawan.
Tifa mewawancarai pria itu dan membaca C.V serta ijazah pria itu. Latar belakang pendidikan pria itu hanya sekolah menengah atas, namun pria itu memiliki pengalaman dua tahun magang sebagai pelayan café semasa sekolah dan lima tahun sebagai 'butler' di butler café terkenal. Ia ingin melamar sebagai host untuk mencoba lingkunagn kerja baru.
Sebetulnya, cukup sulit bagi Tifa untuk memutuskan apakah ia akan menerima pria itu atau tidak. Namun, ia merasa bila pria itu lebih baik menjadi bartender.
"Bila kau terpilih sebagai bartender, apakah kau bersedia ?"
"Bartender, ya ?", gumam pria bernama Zack Fair itu. "Mungkin aku akan berpikir lagi. Bagaimana dengan gaji dan hari libur ?"
"Libur diberikan satu kali seminggu di waktu yang sudah ditentukan. Untuk gaji, sebagai bartender kau akan mendapat gaji pokok lima belas ribu gil dan tambahan dua puluh lima persen dari keuntungan minuman yang terjual. "
"Lalu bagaimana dengan host ? Bisakah anda menjelaskan mengenai jam kerja ?", tanya Zack dengan terus terang, namun ucapan pria itu tak terdengar kasar.
"Kau bekerja mulai pukul lima sore hingga dua pagi. Jam kerja host dan bartender sama. "
Zack mengangguk. Terlihat jelas bila sebetulnya pria itu sangat ingin direkrut sebagai host. Pria itu memiliki kemampuan berbicara yang cukup baik dan memiliki kepercayaan diri.
Kini merupakan giliran pria bersurai pirang itu melakukan wawancara. Tifa membaca C.V milik pria itu. Pria itu bernama Cloud Striffe dan berasal Tatapan Tifa terhenti saat ia membaca tempat kelahiran pria itu, ia terkesiap dan berusaha mengingat siapa pria itu.
Pria itu bernama Cloud Striffe dan berasal dari Nibelheim dan pindah ketika Midgar ketika berusia dua belas tahun. Pria itu baru saja mengundurkan diri dari SOLDIER, pasukan khusus Shinra Company, karena merasa jenuh dengan pekerjaan nya. Pria itu lulus dari sebuah universitas dengan nilai yang cukup baik.
Cloud memiliki pengalaman bekerja selama empat tahun di butler café selama kuliah dan menuliskan bahwa saat ini ia sedang menjalankan usaha jasa pengiriman barang yang belum lama ini dirintis nya.
"Cloud, apakah motivasi mu untuk bekerja sebagai host ?"
"Sebetulnya, aku tidak terlalu suka berbicara dan bertemu dengan banyak orang. Namun, aku membutuhkan banyak uang dan akan bekerja dengan giat. Menurutku, host pekerjaan yang memiliki gaji besar.", jawab pria itu.
Zack menatap Cloud dengan tatapan tak percaya saat mendengar pria itu mengucapkan motivasi nya dengan jujur. Ia menginjak kaki Cloud sebagai pertanda dan menatap teman nya dengan kesal.
"Apakah kau memiliki pengetahuan mengenai meracik minuman ?", tanya Lightning.
"Tidak"
"Apakah kau tertarik untuk menjadi bartender ?"
Cloud mengangguk.
"Baiklah. Kau kuterima sebagai bartender.", ucap Tifa sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
Cloud membalas uluran tangan Tifa dan mereka berjabat tangan,
- To Be Continued-
Arigato udah baca fict ini. Gomen kalau fict ini terkesan aneh & membosankan. Awalnya, author dapat ide pas nerima kiriman dari olshop & berdasarkan hobi author belanja online #plak
Oh ya, author mengharapkan kritik, saran & review bwt fanfict ini.
