"Please, remember me. Remember who I am."

Tokyo Ghoul © Ishida Sui

AR/AU

(I don't take any profit by publishing this fict, riiight?)

Remembrance

Sasaki Haise. Pemuda berambut putih itu hanya bisa terbaring. Selang infus mengitari tubuhnya. Di mulutnya, masker oksigen tidak pernah absen dipasangkan. Pemuda yang tahun ini berusia 19 tahun tersebut tak kunjung siuman. Hidupnya seperti berada di sehelai benang tipis, antara dunia ini dan dunia sana.

"Haise." Seorang pria menutup wajahnya. Menutup ekspresi sendu miliknya. Pria berambut putih itu senantiasa menanti sang pemuda yang berusia 10 tahun lebih muda darinya tanpa kenal waktu. Alasan kenapa dia jarang sekali terlihat saat rapat adalah hal ini.

Dia Arima Kishou. Special class investigator yang terkenal dengan julukan "CCG no Shinigami". Pria kelahiran 20 Desember 29 tahun silam itu tidak bergeming. Dia tidak dapat berbuat apa pun selain duduk diam dan menanti sang pemuda di depannya.

Sasaki Haise adalah adik kandung Kishou. Marga mereka yang berbeda disebabkan perceraian yang terjadi di antara orang tua mereka. Haise mengikuti sang ibu, sedangkan Kishou mengikuti sang ayah. Naas, orang tua mereka harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Sang ibu meninggal dunia karena penyakit, sedangkan sang ayah meninggal dunia karena diserang oleh ghoul. Kesehatan Haise yang sejak awal sudah buruk kian buruk dengan kondisi demikian. Setelah menjadi yatim piatu, Haise dan Kishou tinggal bersama. Sayangnya, kesehatan Haise telah melewati ambang batas. Kesadarannya hilang seketika dan dia dinyatakan koma.

Kishou selalu mengutuk hidupnya setelah itu. Dia tidak punya siapa pun lagi. Namun, sang pria tahu bahwa dia harus hidup. Paling tidak, demi Haise. Dia ingin tetap hidup dan memastikan bahwa sang adik dapat kembali membuka kedua matanya. Dia ingin hidup dan menunjukkan dunia yang damai pada sang adik. Dunia tanpa ghoul. Arima adalah klan pembasmi ghoul di samping klan Washuu. Namun, jumlah klan Arima menurun drastis. Klan yang dahulu dikenal seantero Jepang dengan prestasinya, kini harus menjadi benalu dan bergabung dengan organisasi yang didirikan klan Washuu. Ayah Arima meninggal saat menjadi investigator. Saat tengah menunaikan misi.

Hidup Arima tidak lagi berwarna. Dia bukanlah apa pun, terkecuali mesin pembunuh ghoul. Jika tradisi CCG dilakukan, menulis surat wasiat, sang pemuda akan membiarkan surat wasiatnya putih bersih tanpa ada coretan sama sekali. Dia tidak punya siapa pun. Untuk apa menuliskan surat wasiat? Dia juga harus hidup untuk Haise. Jika Haise bangun dan hanya membaca surat wasiat Kishou, sang pria tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan sang adik. Dia tidak ingin Haise merasakan kehilangan seperti yang pernah dirasakannya. Dia hanya memiliki Haise. Adik kandung satu-satunya.

Keajaiban datang ke dalam kehidupan Kishou ketika CCG mendapatkan informasi bahwa transplantasi kakuhou mungkin dilakukan dan memiliki peluang keberhasilan yang besar. Bukti dari analisis tersebut adalah seorang pemuda bernama Kaneki Ken. Divisi dua telah sepakat menyampaikan bahwa Kaneki Ken adalah eyepatch dan centipede. Ghoul yang beberapa kali memberikan masalah bagi CCG. Ya, ghoul itu adalah manusia. Dia pernah menjadi manusia. Manusia yang memperoleh keajaiban dan berubah menjadi setengah ghoul. Keajaiban yang datang dari hasil eksperimen dokter gila bernama Kanou. Eksperimen yang terkuak akhirnya membuka mata CCG bahwa keberadaan manusia setengah ghoul dibutuhkan, setidaknya untuk meningkatkan presentase kemenangan CCG dalam membasmi ghoul.

Saat itu, Kishou melihat dengan mata kepalanya sendiri. Kaneki yang pernah hidup normal sebagai manusia berubah menjadi setengah kakuja yang kehilangan akal sehatnya. Sejujurnya, Kishou tidak pernah mendapatkan tugas untuk menangani sang pemuda. Dia hanya mendapatkan misi untuk membereskan ghoul yang kebetulan melewati V14 tatkala operasi pembasmian ghoul di Anteiku dan Kaneki Ken adalah salah satunya. Ketika CCG memulai proyek quinx, Kishou tahu bahwa itu adalah kesempatan untuk membangunkan adik kandungnya.

Kishou mendapatkan ownership rights atas Kaneki Ken dan dapat memperlakukan sang pemuda sekehendaknya. Di sisi lain, dia harus mempertimbangkan isi suat wasiat Nagachika Hideyoshi yang menginginkan Kaneki Ken tetap "hidup". Semuanya seperti terjadi dalam waktu yang bersamaan dan layaknya serpihan puzzle yang mengisi lubang-lubang. Dari seluruh kejadian, dapat ditarik benang merah.

"Hak kepemilikan ada padamu, Kishou." Itulah yang diucapkan Tsuneyoshi kepada sang pria. Memberikan secercah harapan di dalam hati pria terkuat di CCG itu.

"Serahkan padaku."

'Haise ….'

Dengan demikian, kakuhou Kaneki Ken ditransplantasikan ke dalam tubuh Haise.

"Operasinya berjalan lancar," ujar dokter Shiba pada sang CCG no Shinigami.

Kishou menatap sang adik dengan tatapan tidak percaya. Setelah beberapa tahun terbaring dalam tidur panjangnya, sang pemuda akhirnya terbangun. Tapi di balik rasa syukur yang dirasakannya, Kishou sudah mengetahui risiko apa yang menanti sang pemuda dengan ditransplantasikannya kakuhou Kaneki Ken ke dalam tubuh sang adik. Haise akan menjadi manusia setengah ghoul. Itulah pula sebabnya sang pemuda bisa bangun dari komanya. Rambut putihnya bahkan mulai berubah menjadi hitam. Kaneki Ken "hidup" di dalam diri Haise. Permintaan terakhir Nagachika Hideyoshi terpenuhi.

"Haise …?"

"Kau siapa?"

Mata kelabu sang pria memandang getir. Meski begitu, senyuman tetap terulas di bibirnya. Salah satu risiko dari transplantasi itu adalah hilangnya ingatan sang penerima donor. Sebaliknya, ingatan sang pendonorlah yang menggentayangi alam bawah sadar sang penerima donor. Bagi Arima Kishou, hal tersebut bukanlah masalah. Asalkan Haise terbangun. Asalkan dia bisa hidup. Semua itu lebih dari cukup.

Kishou mengangguk lemah di hadapan Washuu Yoshitoki. "Aku mengerti."

Kesepakatan awal tetap harus dijalankan. Transplantasi kakuhou Kaneki Ken bukan tanpa bayaran. Sasaki Haise harus bekerja sebagai investigator dan menjadi mentor bagi quinx. Ada dua kondisi terkait perlakuan yang diberikan CCG kepada sang pemuda. Pertama, Haise akan diperlakukan sebagai investigator. Kedua, jika sisi ghoul di dalam diri Haise muncul dan tidak dapat dikendalikan, Sasaki Haise harus dilenyapkan.

Kishou tersenyum mendapati sosok di dekatnya. Sosok pemuda yang tengah membaca buku sembari menguap sesekali. Haise dalam ingatannya bukanlah pemuda yang gemar membaca buku. Dia yang menerima bagian dari diri Kaneki Ken menjadi gemar membaca buku. Mau tak mau, Kishou terkenang masa kecil yang dilewatkannya bersama sang pemuda.

"Bacalah." Kishou bukanlah pemuda yang pandai beretorika sekalipun di depan sang adik. Namun, siapa pun akan setuju jika melihat mata sang pemuda berambut navy blue itu … Kishou menyayangi adik kandungnya.

Pemuda itu menyodorkan sebuah buku pada seorang bocah laki-laki berambut navy blue yang tengah bermain dengan robot di tangannya.

"Aku tidak suka membaca buku."

Kishou menghela napas dan mengambil kembali buku yang dia letakkan di atas meja. Melihat ekspresi kecewa sang kakak, Haise pun berlari dan menarik lengan baju Kishou.

"Baiklah, Kakak. Aku akan membaca buku itu."

Beberapa saat kemudian, Kishou hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat Haise terkantuk-kantuk. Dia baru saja membaca beberapa halaman dan sudah didera kantuk. Tak lama berselang, sang bocah pun jatuh tertidur dengan tubuh menelungkup di atas meja. Membuat Kishou berinisiatif menyelimuti tubuhnya.

Pun. Kishou mengajari Haise yang sekarang pun karena Haise yang dikenalnya gemar melontarkan pun. Sang pria tersenyum teduh mendapati alis Haise yang bertautan saat memikirkan sebuah pun yang harus dia ucapkan.


"Kau mendengar suara itu lagi?" Tanya Kishou pada suatu hari.

"Ya, aku yakin itu adalah suara diriku yang dulu."

Entah sejak kapan, ingatan Kaneki Ken mulai mendominasi pikiran Haise. Membuat sang pemuda merasa bahwa masa lalunya adalah Kaneki Ken. Kishou tidak dapat berbuat apa pun. Dia tidak boleh mengatakan bahwa Haise adalah adik kandungnya. Dia tidak bisa menyampaikan bahwa sang pemuda bukan Kaneki Ken. Dua ingatan yang berbenturan akan membebani pikiran Haise. Bahkan di dalam CCG, Haise dianggap sebagai Kaneki Ken.

Mencari alasan, Kishou menawarkan diri untuk datang ke kediaman Haise.

"Aku akan datang ke chateau, sekalian bertemu dengan 'cucu-cucuku'."

Kishou merasa cemas. Ya, kalimat yang diucapkannya barusan hanyalah pengalihan dari kecemasannya. Buku adalah alasan agar dia bisa berkomunikasi dengan Haise. Bagaimana jika Haise menjadi Kaneki Ken sepenuhnya dan tidak dapat mengenal siapa dirinya yang sesungguhnya? Hanya satu cara yang dapat dilakukan agar dua ingatan tidak mengacaukan mental Haise. Dia harus memilih dirinya sendiri. Apakah dia memilih menjadi Kaneki Ken atau menentang ingatan Kaneki Ken dan menghidupkan dirinya sebagai Haise. Tentu saja hal tersebut bukanlah perkara mudah. Ingatan Kaneki Ken sudah amat mendominasi, sedangkan ingatan Haise nol besar. Ingatan sang pemuda sama sekali tidak ada karena koma. Peluang Kaneki Ken yang hidup di dalam diri Haise semakin besar.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Kishou menyesal. Dia menyesal menerima tawaran tranplantasi itu.


"Kishou." Yoshitoki menghampiri sang pria yang termenung sendirian di dalam gedung CCG.

Sasaki Haise pergi meninggalkan CCG. Dirinya telah dikuasai oleh Kaneki Ken. Dia memilih hidup sebagai Kaneki Ken. Dia memilih menyerah sebagai Sasaki Haise. Kenyataan bahwa kepergian sang pemuda begitu cepat pascaoperasi membuat Kishou terkejut bukan main. Hanya beberapa tahun dan Kaneki Ken telah benar-benar "hidup" di dalam tubuh Haise … seutuhnya. Satu hal yang membuat Kishou terpukul adalah kenyataan bahwa Haise pergi tanpa meninggalkan pesan apa pun untuknya. Tidak ada salam perpisahan yang terucap.

Sebagai Kaneki Ken, Haise hidup untuk mewujudkan satu tujuan. Tujuan yang tidak dapat digapai Kaneki Ken. Tujuan itu adalah memutus rantai kebencian di antara ghoul dan manusia. Hanya manusia yang berada di antara dunia ghoul dan manusia yang bisa melakukannya. Terlebih, hanya Kaneki Ken yang bisa melakukannya. Kini Kaneki Ken ada di dalam diri Haise sehingga tujuan itu menjadi tujuan sang pemuda berambut hitam-putih. Haise tengah bertaruh. Tentu saja di balik pertaruhan selalu ada pengorbanan. Pengorbanan di dunia ini sama dengan pertarungan. Haise memerangi siapa pun yang menghalangi jalannya.

Pertarungan. Itulah saat Kishou bertemu kembali dengan Haise. Kelompok yang dipimpin Haise, yang terdiri dari beberapa ghoul, bekerja sama dengan CCG untuk menumbangkan organisasi yang hendak memecah belah ghoul dan manusia serta mempertahankan siklus kebencian itu.

"HAISE!" Arima Kishou tidak pernah berteriak. Tidak pernah, terkecuali saat ini.

Kishou melihat Haise terluka parah, sedangkan dirinya sendiri harus berurusan dengan banyak SS-rated ghoul. Ketika melihat kagune yang melesat ke arah tubuh Haise, tubuh Kishou sontak bergerak. Sang pria menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Haise selamat dari serangan. Tapi sebagai gantinya, tubuh Kishou yang terkena serangan tersebut.

Kishou tersenyum. Tubuh pemuda yang dia punggungi adalah tubuh sang adik kendati sang pemuda memilih hidup sebagai orang lain. Bagi Kishou, dia tetaplah Sasaki Haise. Adik semata wayangnya. Rasa sayang sebagai seorang kakak terpatri permanen di dalam diri Kishou bagi sang pemuda. Tidak peduli bahwa dia harus menukar nyawanya demi sang adik. Itulah rasa sayang Kishou.

"A-Arima-san?" Haise terbelalak. Kagune menembus tubuh sang pria. Darah pun mengalir deras.

"Haise, ayo bertanding!"

Haise menolehkan kepala dan melihat sang kakak tengah menaiki meja.

"Kita bertanding di atas meja ini dan yang kalah harus menuruti kemauan yang menang. Jika jatuh dari meja ini, kau dinyatakan kalah."

Tentu saja pertandingan itu dimenangkan Kishou. Haise mencoba mengatur napasnya.

"Aku kalah!" Gerutu sang bocah.

"Kau harus menuruti ucapanku!"

"Kakak mau apa?"

Kishou menarik pipi sang adik. Mencubitnya cukup kencang hingga meninggalkan bekas kemerahan.

"Aku ingin kau selalu tersenyum."

"Kakak …?" Ingatan sebagai Sasaki Haise mengisi ingatan pemuda yang beranjak untuk menggapai tubuh sang kakak yang kehilangan keseimbangan.

Satu per satu kenangan itu telah kembali.

"Kakak, aku tidak ingin kita berpisah. Sekalipun ayah dan ibu bercerai, aku ingin tinggal dengan Kakak." Haise merajuk. Kabar perceraian orang tuanya telah sampai ke telinga sang pemuda.

Kishou berlutut dan mengusap kepala Haise. "Haise, kita bisa bertemu kapan saja. Jangan cemas. Aku akan selalu ada untukmu."

"Benar?"

"Tentu saja. Kau adalah adik yang sangat kusayangi. Mana mungkin aku berbohong padamu."

Janji untuk bertemu setelah orang tua mereka bercerai tidak bisa dipenuhi sang kakak. Kematian ayah dan anggota klan yang tersisa membuat Kishou mau tidak mau harus menjadi investigator di usia yang masih sangat muda. Ketika janji itu bisa dipenuhi, keduanya harus bertemu saat upacara pemakaman sang ibu.

Sekalipun Kishou tidak menepati janjinya, Haise tetap tersenyum padanya. Sang pemuda mengulurkan tangan padanya.

"Kakak, Kakak janji akan selalu bersamaku, bukan?" Haise menyandarkan keningnya di dada bidang Kishou. Napasnya terengah-engah.

"Haise?!"

Tubuh Haise terhuyung dan ambruk. Setelahnya, sang pemuda terus terbaring.

"Haise, aku berjanji akan melindungimu. Seharusnya begitu. Kenyataannya, aku tidak mampu melindungimu."

"KAKAK!"

Sasaki Haise berlari dan menangkap tubuh Arima Kishou. Sang pria kehilangan banyak darah. Kendati begitu, pertarungan masih berlangsung. Masih banyak musuh di depan mata. Mengabaikan lukanya sendiri, Haise melangkah maju setelah membaringkan tubuh Kishou. Sayangnya, sang pria tidak menyerah. Meski dengan luka menganga di dekat bagian jantungnya, Kishou mencoba untuk bangkit.

"Aku berjanji melindungimu. Mana bisa aku diam saja, terlebih saat ingatanmu sudah kembali."

"Kakak …."

Kishou mengusap kepala Haise perlahan. "Kali ini, aku akan memenuhi janjiku padamu."

Haise berlari menyerang beberapa musuh, sedangkan Kishou menghalau serangan yang datang dari arah belakang dan bertarung dengan musuh lainnya. Korban tidak dapat terelakkan. Bau anyir menguar di tempat pertarungan.

"Akhirnya …."

Haise mencoba membuka mata. Seluruh tubuhnya terasa amat sakit. Namun, sang pemuda masih bisa bangkit. Dia mengedarkan pandangan. Pertarungan dimenangkan oleh pihaknya. Kedamaian di antara ghoul dan manusia bisa diwujudkan. Sang pemuda lantas berbalik saat teringat sang kakak. Dia mencoba mencari sosok sang pria.

'Dengan ini, aku bisa hidup sebagai Sasaki Haise. Dengan ini, aku bisa hidup bersama kakak!'

Kaki Haise terhenti seketika saat melihat sosok yang dikenalnya. Arima Kishou ada di depannya. Namun, sang pria tidak bergerak. Sang pria terbujur kaku dengan darah menggenang di sekitarnya.

"K-Kakak …?"

Airma Kishou, undefeated investigator, mengembuskan napas terakhirnya. Dia tidak pernah kalah. Dia selalu menang melawan ghoul. Namun, Kishou tetaplah manusia. Dia kalah melawan kematian. Namun, setidaknya sang pria bisa pergi dengan tenang. Dunia yang damai sudah menanti. Haise tidak perlu hidup di dunia yang mencekam lagi. Dia dan mereka yang masih hidup bisa menarik napas lega. Kishou mungkin bukan bagian dari orang yang merasakan hidup di dunia yang telah damai. Tak masalah bagi sang pria. Membayangkan Haise bisa menjalani hari-harinya setelah ini saja sudah membuat pria berambut putih merasa bahagia. Kebahagiaan itu tercermin dari senyuman yang terulas di bibirnya. Sang pria meninggalkan dunia ini dengan senyuman yang sangat indah.


Beberapa tahun setelahnya, Haise telah diangkat sebagai special class investigator dan mengetuai Squad 0. Squad yang pernah diketuai mendiang sang kakak. CCG masih tetap ada. Namun, kali ini anggotanya juga bisa berasal dari kalangan ghoul. Manusia dan ghoul bekerja sama dalam mengatasi siapa pun (baik manusia maupun ghoul) yang melakukan tindak kejahatan.

"Haise?" Suara seseorang membuat Haise menoleh.

Haise telah menjadi seorang pria. Dia kini telah menikah dengan seorang wanita cantik, yakni Kirishima Touka. Saat ini, mereka berdua tengah berziarah ke makam Kishou. Makam yang berada di dekat makam orang tua mereka.

"Kenapa kau membawaku ke sini?" Wanita yang tengah mengandung itu menaikkan kedua alisnya.

Haise tersenyum. "Aku ingin memberitahukan apa pun tentangku pada kakak, termasuk menyampaikan kabar kehamilanmu."

"Kak," ucap Haise. "Aku sudah menikah. Istriku kini mengandung buah hati kami. Bagaimana denganmu? Apa Kakak bertemu ayah dan ibu di sana?"

Tes ….

Air mata pria yang kini berambut hitam sepenuhnya terjatuh.

"Aku merindukanmu. Aku membaca surat wasiatmu. Surat wasiat pertama dan terakhir yang kau tulis. Kau sangat bodoh! Kakak bodoh!" Haise terisak.

"Haise."

Haise berbalik dan mendapati Yoshitoki tengah berdiri menantinya. Di tangan sang pria yang kini sudah tampak tua, terdapat sepucuk surat berwarna putih.

"Apa ini?" Kening Haise berkerut.

"Surat wasiat yang ditulis kakakmu. Dia menulis surat ini untukmu."

Ini pertama kalinya aku menulis surat wasiat. Jika kau membacanya, itu berarti aku sudah tidak ada di sisimu. Aku minta maaf, Haise. Pada akhirnya, aku tidak bisa menepati janjiku untuk terus bersamamu. Melindungimu dan menemanimu adalah dua janji yang harus kupilih salah satu. Jika aku tidak ada di dunia ini lagi, artinya aku memilih menepati janji untuk melindungimu. Kau tahu? Saat kau lahir ke dunia ini, aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di seluruh dunia. Aku menjadi seorang kakak dan memiliki adik yang sangat manis. Kau sangat gemuk ketika baru dilahirkan. Ibu seringkali memarahiku karena mencubit pipimu. Ketika tahu aku menjadi seorang kakak, aku belajar mati-matian agar bisa mengajarimu. Aku ingin kelak kau menjadi orang yang bisa membuat bangga ayah dan ibu serta membahagiakan siapa pun di sekelilingmu. Aku tidak menyangka, ayah dan ibu memilih bercerai. Sejak awal aku tahu ibu melarang ayah untuk meneruskan tradisi klan Arima, yakni menjadi investigator. Sebagai penerus klan Arima, aku pun mengikuti jejak ayah. Keadaan saat itu membuatku sangat sibuk sampai-sampai tidak bisa menghubungimu dan bertemu denganmu. Ketika kita berdua bertemu, kau yang meninggalkanku dalam koma. Setelah penantianku usai, aku yang meninggalkanmu dalam kematian. Aku senang kau mengingatku. Aku ingin kau hidup dengan bahagia, Haise. Seluruh tabunganku untukmu. Pakailah baik-baik.

Haise, berteman baiklah dengan Take, Fura, Ui, dan Akira. Kemudian, aku tidak memintamu tetap menjadi investigator. Jika semuanya sudah berakhir, kau tidak perlu menanggung beban sebagai penyambung dunia ghoul dan manusia lagi. Pilihlah jalan hidup yang kau kehendaki. Tapi jika kau tetap memilih menjadi investigator, aku menerima keputusanmu. Aku tidak tahu rasanya kematian. Tapi saat aku mati, sering-seringlah berkunjung ke makamku dan ceritakan apa pun tentangmu. Aku menyayangimu, Haise. Arima Haise. Adik yang sangat kusayangi.

Touka menepuk punggung sang suami yang masih berlutut di depan makam Arima Kishou.

"Arima-san tidak akan senang melihat adik yang paling disayanginya menangis seperti ini," ujar wanita berambut sepunggung itu.

Haise mengangguk. Dia menghapus air matanya dan berdiri.

"Kak, aku minta izin memakai namamu. Aku ingin memberikan nama 'Arima Kishou' untuk anakku." Sang pemuda lalu menengadah. Memandang langit yang terlihat berarna jingga. "Aku berharap anakku nanti sepertimu. Pria kaku yang sebenarnya baik hati."

Arima haise tersenyum lebar. Mentari senja menyambut langkahnya bersama sang istri. Setelah berdoa, sang pria pun pamit. Dia berjanji untuk mengunjungi makam sang pria esok hari.

Ketika sang pria telah memunggungi nisan bertuliskan 'Arima Kishou', sosok yang sedari tadi diajak bicara olehnya tengah tersenyum. Ya, Arima kishou yang tengah duduk di atas nisannya sendiri sembari melemparkan senyuman lebar. Iris matanya tidak teralih sedikit pun dari dua sosok yang perlahan menjauh dari area permakaman.

"Sampai jumpa, Haise." Kalimat itulah yang keluar dari mulut sang pria. Kalimat yang terbawa angin hingga ke telinga Haise.

Pria berambut hitam menoleh. Merasakan namanya disebut. Dia tidak menemukan apa pun. Hanya daun yang berputar mengikuti tarian angin. Sang pria menarik tangan istrinya dan kembali melanjutkan perjalanan.

"Sampai jumpa, Kakak." Sang pria membatin.

Fin


Thanks for reading!

(Hanao Harukawa, 2015)