Satu lagi FF abal bin amatir yang lahir begitu saja.

Okay, silahkan dibaca~

.

.

.

.

Love Will Never Get Wrong

By Ninja's Paw

.

.

.

CASTS

Kim Jongin

Do Kyungsoo

Park Chanyeol

.

.

DISCLAIMER

Dyo abang saya dari ibu dan ayah yang berbeda.

Keseluruhan isi cerita murni muncrat dari otak saya.

.

.

.

WARNING

TYPO(s), OOC, GAJE, ABAL, ALUR GAJELAS, BL/YAOI/BxB

.

.

.

.

TYPO ADALAH SEBAGIAN DARI FF

BUDAYAKAN READ n REVIEW

.

.

.

Kini kau berubah.

Aku bisa pahami itu. Ya, kau berubah karena aku. Jika saja saat itu aku tak menerima mu, maka semuanya tak akan serumit—sesakit—ini.

"tapi.. kenapa? Kyungsoo! Apa alasanmu memutuskan hubungan ini?"

"…"

"Kyungsoo.." tangannya terulur hendak membelai pipi lembut itu

"ak-aku.. aku hanya.." wajahnya tertunduk dalam. Suaranya bergetar.

"kenapa kau beg-"

"aku tak bisa memaksakan perasaanku padamu, Jongin-ah. Maaf. Aku telah berusaha sekuat hatiku. Tapi hatiku tetap saja mengatakan.." kalimatnya menggantung sebab paru-paru itu mendadak kehilangan oksigen untuk dihirup.

Jongin masih menatapnya dalam.

"aku sudah tak mencintaimu lagi. Sangat sulit menjalani hubungan tanpa rasa cinta. Terima kasih untuk segalanya, Jongin-ah." Selesai. Racun mematikan berkedok salam perpisahan itu telah berhasil disuntikkan pada Jongin.

"H-hyung.. t-ti-tidak mungkin.. kau berbohong.." bulir bening itu meluncur begitu saja.

"maafkan aku, Jongin-ah. Tapi itulah yang sebenarnya kurasakan. Aku harap kau bisa menjalani hidupmu

dengan baik" pemuda mungil itu mengulas senyum tipis. Tapi jika kau dapat melihatnya, sudut bibirnya bergetar.

Jongin masih menatap dalam manik bulat milik sang—mantan—kekasih, mencoba mencari sebuah alasan ia memutuskan hubungan yang telah mereka bina selama 2 tahun.

"aku mohon padamu, jangan sampai member yang lain tau akan hal ini. Aku tak ingin mereka mengkhawatirkan kita. Mereka sudah cukup lelah dengan semua latihan ini. Bisakah kau berjanji padaku?" Kyungsoo menggenggam lengan Jongin, mengangkat kepalanya, menatap mata tajam sang—mantan—kekasih. Berharap Jongin mau menuruti permintaan terakhirnya.

Jongin masih menatap kosong. Entah apa yang sedang berkecamuk di pikirannya sekarang.

Kyungsoo mulai mengendurkan genggamannya pada lengan Jongin, lalu hendak berbalik dan meninggalkan tempat itu hingga..

"baiklah" ujar jongin tegas.

Kyungsoo sontak menolehkan wajahnya pada Jongin. Matanya yang bulat semakin membulat saat melihat raut wajah Jongin saat itu. Raut wajah seorang yang—seperti—akan bunuh diri.

"baiklah, jika itu maumu. Kita akhiri sampai disini" ucap Jongin. Tubuh Kyungsoo menegang.

"ini semua memang salahku. Salahku yang telah mencintai orang yang tidak tepat. 2 tahun ini kupikir kaulah orang yang Tuhan berikan sebagai takdirku. Tapi ternyata tidak." Perkataan Jongin barusan sukses membuat Kyungsoo tertohok.

"maafkan aku yang telah salah mengartikan semua perhatianmu padaku. Maafkan aku yang membuatmu merasa tak nyaman bersamaku.." Jongin menatap mata Kyungsoo sendu.

"maafkan aku yang telah mencintai orang yang salah" Jongin mengakhiri kalimatnya dan berlalu dari hadapan Kyungsoo.

Ucapan final Jongin membuat Kyungsoo sadar akan keputusan yang ia ambil telah mengakibatkan luka menganga di hati Jongin. Kalimat terakhir Jongin membuat raga Kyungsoo melemah seketika hingga ia terduduk di lantai dingin itu. Rasa sesak ini bahkan lebih menyakitkan dari yang sebelumnya. Rongga paru-nya bahkan seakan berhenti bekerja. Selepas hal menyakitkan itu, air mata Kyungsoo mengalir tak terbendung. Terisak tak bersuara, bagai pita suaranya hilang entah kemana.

'aku tau ini akan menyakiti kami berdua. Tapi aku tak pernah membayangkan rasanya akan sesakit ini. Maafkan aku, Jongin-ah. Kulakukan ini demi kita semua. Karena aku mencintaimu'

Hari demi hari berlalu. Latihan ekstra keras itu masih terus berlangsung. Hampir sepertiga hari mereka habiskan di dalam ruang latihan. Semua member berusaha untuk menampilkan suguhan yang terbaik untuk fans mereka, EXO-L. Beban yang mereka tanggung semakin berat semenjak 2 member itu memutuskan untuk memutuskan kontrak dengan perusahaan, karena itulah mereka harus mampu membuktikan bahwa dengan 10 member mereka tetap dapat merebut perhatian khalayak ramai dengan gerakan dan suara yang mengagumkan.

"baiklah kurasa cukup untuk latihan hari ini. Kerja bagus kawan-kawan!" ucap sang pelatih dance menutup sesi latihan hari itu.

"kalian bisa beristirahat. Nanti sore kita akan melakukan pemotretan untuk album cover dan photobook. Dan Jongin.." manager menatap Jongin yang masih saja berlatih di sisi ruangan lain. Jongin yang mendengar namanya disebut oleh manager hanya berdehem pertanda ia menyimak perkataan sang manager.

"jangan terlalu keras berlatih. Walaupun kau dancing machine, tapi kau tetap manusia biasa. Istirahat lah" tukas manager, lalu keluar dari ruang latihan.

Jongin masih tetap bergerak meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang menghentak. Hal ini membuat member lain sedikit khawatir dengan kondisi kesehatannya jika ia terus berlatih sekeras itu.

"hey Jongin, sudah jangan berlatih terus. Apa kau tidak lelah?" tanya Suho.

"sama sekali tidak, hyung. Aku tak akan pernah lelah menari" sanggah Jongin dengan menghadiahi Suho senyuman—yang menurutnya—manis. Suho yang melihat senyuman Jongin langsung merasa mual.

"terserah kau sajalah. Ayo teman-teman, kita pulang" ajak Suho yang diikuti para member, kecuali Kyungsoo..

Kyungsoo berjalan pelan mendekati Jongin. Ia tak tega melihat Jongin berlatih terlalu keras. Jongin yang seperti ini lebih buruk daripada Baekhyun yang kehilangan eyeliner-nya.

"J-Jongin-ah" panggilnya pelan. Memandangi punggung kekar pemuda tan itu.

Jongin menghentikan gerakannya perlahan. Dilihatnya sosok mungil dari pantulan cermin besar itu. Tulang rusuknya menyempit, membuat dada Jongin terasa sesak tak terkira. Lihatlah Kyungsoo disana. Tak lebih baik dari kondisi Jongin sekarang. Tubuh kecil yang sekarang dihiasi dengan kantung mata, bibir sedikit pucat dan terlihat lebih kurus dari saat terakhir Jongin berbicara padanya, saat Kyungsoo memutuskan hubungan mereka—2 minggu lalu.

Jongin tak bisa terlalu lama memandang sosok indah itu sekarang, karena ia akan lebih hancur dari sekarang. Kenapa? Karena sesungguhnya ia sangat merindukan Kyungsoo. Betapa ia sangat ingin merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya erat sepanjang hari, sepanjang waktu. Tapi ia tak bisa. Dipejamkan matanya, berusaha menghindari netranya dari figur malaikat tanpa sayap itu.

"Jongin-ah.. kumohon.. jangan seperti ini. Kau membuat kami sangat khawatir. Kami takut kau akan sakit" ujar Kyungsoo lirih. Kalimat Kyungsoo barusan telak membuat bayangan Kyungsoo terpampang nyata di hadapan Jongin, bahkan saat matanya tertutup. Cukup. Ia takkan kuat dengan semua ini.

"sakit? Aku bahkan sudah tak dapat merasakan sakit lagi sekarang" tandas Jongin pilu, dan lantas berjalan cepat meninggalkan Kyungsoo sendiri di ruangan itu dengan garis basah di kedua pipinya. Betapa tidak? Kata-kata Jongin barusan sarat akan rasa sakit dan kesedihan. Dan itu semua disebabkan oleh Kyungsoo.

"Jongin-ah" Kyungsoo menangis. Tubuhnya bergetar hebat menahan tangis yang semakin parah.

Chanyeol masuk ke ruang latihan, mendekati Kyungsoo yang masih terisak pilu. Ternyata ia tak mengikuti member yang lain untuk pulang, namun memutuskan untuk menunggu Kyungsoo. Ya. Chanyeol tau tentang polemik antara Kyungsoo dan Jongin. Kyungsoo yang menceritakannya pada Chanyeol.

Diulurkan tangannya mengusap bahu sempit Kyungsoo, berusaha memberi sedikit ketenangan. Kyungsoo yang menyadari orang yang mengusap bahunya adalah Chanyeol—sahabatnya—sontak merangsek memeluk tubuh pria tinggi itu dan mulai menagis hebat. Kyungsoo tak peduli orang-orang akan mendengar isakannya karena ia tak kuat lagi menahan rasa sakit ini.

Kyungsoo masih saja terisak, padahal sudah 15 menit berlalu. Sekarang isakannya mulai mereda, dan Chanyeol masih saja mengusap punggung sahabat—tercintanya—itu. Percaya atau tidak, pelukan Chanyeol benar-benar dapat menenangkan perasaan melepaskan pelukannya. Meninggalkan bekas air mata pada baju yang dikenakan Chanyeol, tapi Chanyeol tak mempermasalahkan hal itu.

"ini semua salahku. Jongin berubah karena kesalahanku.. andai saja dari awal aku tak menerimanya, andai saja aku tak jatuh cinta padanya" Kyungsoo bergumam dengan kepalanya yang tertunduk dalam.

"Ya. Ini salahmu" ucap Chanyeol. Kyungsoo semakin menundukkan kepalanya.

"salahmu karena meninggalkannya hanya demi opini publik"

Kyungsoo sontak mendongakkan kepalanya menatap Chanyeol tak mengerti.

"kau tak seharusnya mengakhiri hubungan kalian hanya karena perusahaan menginginkan kau dan Sojin benar-benar berkencan demi meningkatkan harga saham mereka. Ingat Kyungsoo, karirmu mungkin dikelola oleh perusahaan, tapi hatimu sepenuhnya milikmu. Kau berhak untuk memilih jalanmu sendiri dalam hal ini" penuturan Chanyeol membuat mata Kyungsoo terbelalak. Ucapan pemuda tinggi itu benar.

Flashback

"apa ada yang anda mau bicarakan pada saya, presdir?" Kyungsoo membuka ucapannya gugup.

"aku sudah mengetahui perihal hubungan kau dengan Kim Jongin. Dan saya tak mempermasalahkan hal itu." Ucap sang presdir.

Kyungsoo semakin menegang mendengar pembahasan presdir.

"tapi.. kau menginginkan karirmu dapat menanjak lebih baik lagi, bukan?"

"i-iya presdir"

"kau sudah mendengar rumor yang menyebutkan kau dan Park Sojin berkencan?"

"s-sudah, presdir" Kyungsoo makin tak merasa nyaman dengan situasi ini, terlebih sang presdir membawa-bawa nama wanita itu.

"bagus kalau begitu. Kali ini aku ingin kau membuat pembenaran atas rumor itu"

DEG!

Tubuh Kyungsoo menegang. Apa yang baru saja Presdir katakan adalah sebuah kemustahilan baginya.

"a-apa maksud anda Presdir?"

"aku ingin kau membenarkan rumor itu. Dengan begitu saham perusahaan akan melonjak dan grup kalian akan mendapatkan bayaran yang tentunya lebih besar" jelas sang Presdir.

Tidak mungkin! Omong kosong apa ini?!

Baru saja Kyungsoo akan menolak usulan Presdir, pria paruh baya itu kembali berbicara.

"kudengar ibu Jongin sedang sakit parah dan membutuhkan penanganan medis yang akan memakan banyak biaya. Kau tau itu, kan? Dan juga.." Presdir menatap dingin Kyungsoo.

"bukankah ini akan berdampak positif bagi penggemar kalian? Rumor kedekatanmu dengan Park Sojin merupakan hal yang wajar. Itu yang dilakukan semua pasangan normal. Bukan begitu?"

Benar. Kali ini ucapan Presdir benar. Ibu Jongin memang sedang sakit parah, dan Jongin adalah tulang punggung bagi keluarganya karena ayahnya telah meninggal tepat sebelum Jongin debut. Dan juga..

bukankah seorang pria memang seharusnya memiliki kekasih seorang wanita?

Situasi semakin menghimpit Kyungsoo sekarang. Apakah ia harus mempertahankan hubungannya dengan Jongin yang telah berjalan 2 tahun atau meninggalkan Jongin dan menyetujui pembenaran rumor itu semata-mata untuk membantu pembiayaan pengobatan ibunya?

Kyungsoo terlihat sedang berpikir keras, dan Presdir memperhatikannya dengan seulas senyum tipis. Ia tau Kyungsoo pasti akan melakukan apapun untuk kekasih-nya tercinta.

'maafkan aku, Jongin-ah'

Flashback End

"Jongin adalah pemuda yang baik. Dia mencintaimu dengan sangat tulus, dan kurasa kau pun demikian. Bukan begitu?" Chanyeol berkata dengan senyumannya yang menawan.

Kyungsoo kembali menitikan air matanya. Ia sadar telah mengambil keputusan yang salah. Tak seharusnya ia meninggalkan Jongin hanya karena termakan oleh ucapan Pria tua yang gemar mandi uang itu.

"aku menyesal, Chanyeol. Aku emyesal telah meninggalkan Jongin. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Kyungsoo kembali menangis tersedu. Chanyeol yang melihat Kyungsoo kembali menangis pilu merasa amat tak tega. Tak ia pungkiri, mungkin Jongin yang terlampau sakit hati takkan mau menerima Kyungsoo kembali.

"kau tau? Cinta memang tak pernah salah. Tapi manusia yang jatuh cinta juga tak bisa disalahkan." Kyungsoo berhenti terisak dan menatap wajah Chanyeol.

"Cinta berlabuh kepada siapapun yang ia suka. Seperti kau yang mencintai Jongin. Apa salahnya itu? Apakah orang-orang yang menghina kalian yang menentukan jalan hidupmu? Tentu tidak. Berbahagialah dengan Jongin. Kau dan Jongin adalah pasangan paling sempurna yang pernah kutau." Chanyeol menyelesaikan kalimatnya dan menghadiahi Kyungsoo dengan Senyuman super tersenyum. Beruntungnya ia memiliki sahabat se-sempurna Chanyeol.

"terimakasih, Chanyeol. Jika saja aku tak pernah bertemu dengan Jongin, mungkin aku akan memilihmu sebagai kekasihku" gurau Kyungsoo dengan mata yang masih sembab.

"benarkah? Ah andai kau mengatakannya lebih awal, maka aku akan mengambil gerak cepat, Soo" Chanyeol menanggapi dengan gerakan hiperbolis, yang tak ayal acap kali membuat Kyungsoo tertawa.

"Nah. Sekarang selesaikan urusanmu dengan Jongin. Aku tau kau pasti bisa melakukannya" ucap Chanyeol seraya memegang kedua bahu sempit Kyungsoo, mencoba memberi kekuatan padanya.

"terimakasih, Chanyeol" Kyungsoo mengangguk lalu memeluk Chanyeol sekali lagi, lalu berjalan keluar dari ruang latihan untuk menemui Jongin.

"andai kau tau bahwa aku pun disini mencintaimu setulus hatiku, soo" gumam Chanyeol.

Kyungsoo masuk ke dalam dorm. Dilihatnya ruang tengah sangat sepi. Tentu saja, mereka pasti sedang tidur di kamar masing-masing karena kelelahan setelah latihan hari ini. Dilangkahkan kakinya menuju kamarnya—dan Jongin. Degupan jantungnya semakin jels terdengar. Ia sangat gugup saat ini.

Dibukanya daun pintu itu, terlihatlah ruangan dengan nuansa minimalis. Dan degupan jantungnya semakin kencang saat ia melihat sesosok pemuda tengah berbaring dengan selimut menutupi keseluruhan tau orang dalam selimut itu adalah Jongin. Kyungsoo duduk di tepi ranjang—tepat di sisi tubuh Jongin. Kepala Kyungsoo tertunduk. Mencoba merangkai kata yang tepat.

"J-Jongin-ah.."

Jongin tak menanggapi panggilan Kyungsoo. Hal ini semakim membuat Kyungsoo merasa bersalah.

"aku tau kau mungkin sangat marah kepadaku dan membenciku sekarang.." tubuh Kyungsoo sedikit bergetar menahan tangis.

"tapi aku sungguh tak menyangka rasanya akan sesakit ini. Aku.. aku sungguh bodoh telah sembarangan mengambil keputusan" satu bulir air mata turun dari manik bulatnya.

"Jongin-ah.. maafkan aku. Maafkan aku yang tak menepati janjiku untuk selalu bersamamu.. aku menyesal Jongin-ah" ia mulai terisak. Namun Jongin masih tak menghiraukannya.

"Jongin-ah" panggil Kyungsoo. Diberanikannya untuk menyibak selimut yang menutupikepala Jongin. Dan sekarang terlihatlah wajah Jongin yang pucat pasi, serta menggigil.

"Jongin-ah!" Kyungsoo panik setengah mati mendapati kekasihnya dalam keadaan yang sama sekali tak baik. Diletakkan tangannya pada perpotongan leher Jongin.

"astaga kau demam tinggi, Jongin-ah!" Kyungsoo dengan sigap berlari ke dapur untuk mengambil beberapa peralatan untuk mengompres Jongin.

'jadi sejak tadi aku berbicara, bahkan menangis, kau tak mendengarnya? Ah sungguh memalukaaan!'

3 hari kemudian

Jongin sudah dirawat di rumah sakit sekarang karena demamnya yang tak kunjung turun. Namun dari hari ke hari kondisi Jongin semakin membaik. Selama itu pula Kyungsoo merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ia sama sekali tak mengijinkan orang lain menggantikannya untuk merawat Jongin dengan alasan "ini adalah kesalahanku, dan aku harus bertanggungjawab".

Hari ini seperti biasa Kyungsoo masih menemani Jongin di ruangan perawatannya. Ia duduk disamping tubuh Jongin dan menggenggam tangannya. Matanya tak bisa lepas dari sosok pria tan di hadapannya ini. Kyungsoo mendapatkan izin dari managernya untuk merawat Jongin hingga sang kekasih sembuh.

Jongin membuka matanya perlahan. Matanya mencoba beradaptasi dengan cahaya di ruangan itu.

'rumah sakit?'

Lalu dilihatnya seseorang tengah terlelap dengan tangan mungilnya yang terlipat sebagai bantalan untuk kepalanya.

'Kyungsoo..' ucapnya dalam hati. Ia tak ingin membangunkan Kyungsoo. Betapa tidak. Lihat Kyungsoo sekarang. Tubuhnya terlihat makin kurus karena sepanjang hari merawat Jongin dan tak mementingkan kondisinya samasekali.

Tiba-tiba Kyungsoo menggeliat. Dibukanya mata doe itu. Alangkah terkejutnya Kyungsoo mendapati Jongin tengah memperhatikannya dengan intens.

"J-Jongin-ah.. kau sudah siuman?" ucapnya gugup.

Jongin tersenyum

"pertanyaan macam apa itu? Kau ini. Kenapa aku bisa disini?" tanya Jongin. Nada suaranya masih lemah.

"kau terkena demam tinggi. Dokter bilang kau kelelahan hebat. Kau baru siuman setelah 3 hari tak sadarkan diri" jelas Kyungsoo.

"begitukah? Sepertinya ada orang yang bertanggungjawab atas kejadian ini" ucap Jongin iseng.

Kyungsoo kembali menundukkan kepalanya dalam. Ia tau ini semua adalah kesalahannya.

"Jongin-ah aku-"

"Kyungsoo" potong Jongin. Kyungsoo menatap Jongin.

"aku tau semuanya. Sehari sebelum aku demam, Chanyeol meceritakan semuanya kepadaku" Jongin tersenyum lembut.

"ta-tapi-"

"sudahlah, tak ada yang perlu dipertanyakan lagi. Aku tau kau kau mencintaiku, dan aku pun begitu" potong Jongin lagi.

"tapi.. ibumu.." nada Kyungsoo melemah

"ibuku sudah sembuh 2 bulan lalu. Presdir hanya menggunakan kita sebagai alat untuk mendongkrak saham perusahaannya dan membuat rekening-nya semakin buncit" Jongin menjelaskan dengan tenang.

"tapi biaya pengobatan ibumu sa-"

"aku sudah menabung, Kyungsoo. Kau pasti menyadarinya. Selagi member lain membeli barang-barang mewah hanya untuk dipajang di kamar mereka, aku hanya membeli barang yang sangat kuperlukan saja. Selebihnya uang itu kusimpan untuk pengobatan ibuku" Jongin menjelaskan dengan tenang.

"Jongin-ah" Kyungsoo langsung menghambur ke dalam pelukan Jongin. Dan si pemuda yang sedang sakit itu menyambutnya dengan senang hati. Betapa ia sangat merindukan kekasihnya ini.

2 hari kemudian

"kau sudah bisa pulang besok pagi" ujar Kyungsoo senang.

"benarkah? Syukurlah. Aku sudah sangat merindukan para member dan ketiga anakku" ucap Jongin gembira.

"ketiga anjing yang tak bisa diam itu?" Kyungsoo mencibir.

"kenapa? Mereka juga anakmu, kan?" Jongin menjawab, bermaksud membela ketiga anaknya—Monggu, Janggu, Jangah.

Kyungsoo ikut tertawa kecil melihat kelakuan kekasihnya yang seperti ini.

Jongin memperhatikan Kyungsoo yang sedang mengupas buah disampingnya. Lihat itu. Padahal Kyungsoo hanya mengenakan Sweater rajut putih berlengan panjang, namun hanya dengan melihat leher Kyungsoo saja ia sudah kegerahan.

'kenapa Kyungsoo selalu terlihat seksi? Bahkan jika seluruh tubuhnya dibungkus aluminium foil-pun ia akan tetap terlihat seksi—sepertinya' Jongin menelan salivanya. Beberapa cuplikan video imajiner berputar di kepalanya. What a pervy Jongin.

"um.. Kyungsoo"

"ya?" jawab Kyungsoo.

"sesampainya kita di rumah.. apakah aku boleh mendapatkan jatahku?" tanya Jongin dengan memperlihatkan puppy eyes-nya yang mengerikan itu.

"ya! Kau baru sembuh dan sudah memikirkan hal itu?! Aku tak mau!" tolak Kyungsoo dengan wajah merah padam.

"oh ayolah Kyungsoo. Apa kau tega padaku? Hampir sebulan aku tak menyentuhmu. Apa kau tak merindukanku?" Jongin telah sembuh seutuhnya dan kembali pada sifat aslinya. Pervert.

Wajah Kyungsoo masih semerah buah tomat.

"aku.. juga merindukanmu"

EPILOG

"Jongin-ah"

"ya, sayang?"

"apa kau tak lelah?"

"tidak sama sekali. Rasa rinduku mengalahkan rasa lelahku"

"tapi ini sudah pagi. Kita harus sarapan"

"aku memang akan sarapan. Dan sarapannya sudah terhidang dihadapanku"

"apa maksudmu?"

"wanna go another round, babe?"

"ya! Kita sudah melakukannya sepanjang malam!"

"aku tak menerima penolakan, Kyungsoo"

"….. baiklah mungkin satu ronde lagi"

"kau yang terbaik, sayang"

.

.

.

FIN

Maaf banget kebanyakan moment ChanSoo-nya:^(

Saya sadar ini FF bahkan tak layak baca, namun apa daya hanya ini yang bisa saya tulis.

Mind to Review? :^)