A/N : ini pertama kalinya bikin fic~
ngga pede. ugh.
etto~ maaf kalo agak aneh~ lalala XD
d tunggu RnR nya ya~~
The Twin © Akarii Mayu
Disclaimer : Pandora Heart© Jun Mochizuki /Square Enix
Warning : OOC, geje, ini fic pertama. gomen aneh~
''Llys...!''. aku setengah berteriak memanggilnya. Sambil berlari lari kecil menghampirinya. Dia menoleh padaku.
''eh? Alice? Kok kamu disini? Bukannya kamu mulai sekolah besok pagi?'' dia menghampiriku, lalu tersenyum padaku. Aku mengangguk.
''yaa! Tapi aku nggak betah berlama lama dirumah!'' kataku bersemangat. Dia terkekeh.
''Kau memang tidak akan pernah berubah ya, Alice.'' dia tertawa kecil. Aku menggembungkan pipiku.
''huh. Tidak ada yang lucu, tahu'' aku ngambek. Namaku Alice Baskeville, dan yang d sebelahku, Allys 16 tahun. Kami adalah anak kembar yang sejak 8 tahun lalu, berpisah jarak. Aku ikut ayah ke Inggris. Sedangkan Allys tetap di jepang, karena bisa dibilang, dia itu sangat di sayang semua orang. Jelas, dia kan pintar sekali. Berbeda denganku. 8 tahun yang lalu, saat ayahku, Glen, mengajak kami ke Inggris, Allys menolak mentah mentah. Dia ingin tetap disini. Dia tidak ingin meninggalkan Jack, yang kini... Sejak 1 tahun lalu, telah tiada. Seminggu yang lalu, ayah dan aku kembali ke jepang. Allys dan Ibuku, Lacie, menyambut kami dengan sukacita. Akhirnya, keluarga kami utuh kembali. Lalu, aku meneruskan sekolahku di Pandora Gakuen Elite gabungan Smp dan Sma. Tentunya, aku tak ingin di pisahkan lagi dari kembaranku, Allys.
'Grakk'.
''eh?''. Aku tersentak kaget. Terbangun dari lamunanku. Gara gara suara pintu geser dari ruangan yang di buka Allys, aku jadi kembali keduniaku yang sekarang.
''hngg..''. Aku menggumam pelan. kedua alisku berkerut.
''kau baik baik saja? Kita sudah tiba di ruang guru.''. Allys menatapku khawatir. Aku menatapnya.
''ah! Itu dia..'' Allys menunjuk kearah kiriku. Aku refleks menoleh. ''itu wali kelas kita, pak Liam''. aku menatap orang yang di tunjuk Allys.
''Oh. Dia? benar dia wali kelas kita? Tampangnya kurang meyakinkan. Huh. Allys, kau duluan kekelas saja''. Jawabku sambil berdecak pinggang.
''baiklah''. Dia tersenyum padaku, lalu berkata lagi, ''jangan cari masalah padanya, lho, Alice'' Aku menatap Allys.
''huh. Baiklah. Aku tidak akan cari gara gara dengannya. Aku janji''. kataku sambil menyibakkan rambut brunetteku yang panjang. Dia tersenyum.
''baiklah. Janjimu kupegang. Dan..'' Allys menatapku tajam, ''hentikan sifat ketusmu itu, Alice''. Allys yang kalem mendadak jadi sadis. Aku sedikit bergidik ngeri.
''Huh! Baiklah!''.
===THE TWIN===
''hei Alice Baskeville''. laki laki berambut pirang itu menghampiriku. Aku hanya mengerenyitkan alis. Sekarang jam istirahat. Aku dan Allys berbeda kelas. Dan sekarang, Allys tidak ada di kelasnya karena ada rapat Osis yang mendadak. tidak ada yang mau mendekatiku karena saat perkenalan tadi pagi di kelas, aku menunjukan ekspresi tak acuh dan ketus. Jujur saja, aku dari dulu tidak bisa berhadapan dengan hal semacam itu.
''Apa?'' tanyaku ketus. Dia terkekeh.
''kau ketus sekali, Alice?. Padahal Allys, kalem sekali''. Jawabnya sambil tersenyum senyum padaku.
''ngapain kau senyum senyum begitu? Dasar mesum!'' aku bangkit dari kursiku. Tak betah dengan orang aneh yang memiliki iris mata hijau emerald itu.
''hei. Aku tidak mesum tahu. Aku punya nama yang keren'' dia menahanku. Aku meliriknya.
''tch. Siapa peduli?'' aku menghindarinya.
''hai oz-kun.'' cewek berambut peach itu, menghampiri kami.
''oh? hai.'' Oz tersenyum pada anak itu. Aku terbelalak melihat perempuan itu. Entah mengapa, dirinya bagaikan putri yang anggun sekali.
''hai Alice-chan.. Perkenalanmu tadi pagi, manis sekalii'' dia tersenyum padaku. Aku menatapnya heran.
''err..iya kah?'' aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Aneh jika dia bilang perkenalanku manis. Aku kan menunjukkan sikap yang buruk. Dia menatapku lembut.
''Alice-chan, kau tidak melupakan namaku, kan? Fufufu. Tadi kita sudah berkenalan,lho'' dia tersenyum. Tapi entah mengapa, aku merasakan hawa membunuh disekitarnya. Aku menelan ludah. Sedangkan laki laki berambut pirang itu terlihat panik.
''e..ee?'' aku ikut panik. Kini, laki laki berambut pirang itu ada di belakang perempuan itu. Sepertinya memberi aba aba padaku.
''nee..eh? Onee-chan?'' aku memiringkan kepalaku. bingung dengan aba aba yang diberikan laki laki berambut pirang itu.
''ah~ Alice-chan memanggilku Onee-chan?'' muka perempuan itu melembut. Aura membunuhnya itu seketika menghilang.
''ehh?'' aku menatap anak laki laki itu. Dia mengangguk angguk. Tanpa banyak berfikir lagi, aku mengangguk pada perempuan itu.
''kalau begitu, mulai sekarang, panggil aku sharon-neechan yaa? 3'' dia memelukku. Aku bergidik ngeri.
''err... Ba..baiklah sha..eh, Nee-chan''.
''ah, Alice chan~ nee-chan pergi dulu ke kelas Break. Fufufu. Alice baik baik ya, sama Oz-kun.'' sharon tersenyum padaku. Aku hanya bisa mengangguk pasrah.
''dan Oz-kun! Awas kau! Jangan ganggu adik ku tersayang!'' ancamnya sambil membawa kipas besar. Oz menelan ludahnya.
''err... Baiklah sharon-chan''
''okee~ aku pergi dulu~'' sharon berjalan dengan anggunnya. Setelah dia tak tampak lagi, aku menghela nafas.
''huft... Hampir saja aku terbunuh'' aku bergidik ngeri.
''ya, Alice-chan. Kau harus berhati hati padanya..'' anak laki laki itu menatapku, ''ah! Namaku Oz vessalius. Tadi aku tak sempat menyebutkannya'' dia menyodorkan tangannya padaku.
''hn.'' aku membalas tangannya. ''Alice Baskeville. Yang tadi, makasih ya..'' aku membuang muka. Semburat merah bertebaran di pipiku (author: bertebaran? ==a). Dia terkekeh.
''Yang tadi nggak gratis lho, ~~'' dia menatapku. Aku mendelik.
''apaa? Cih. Harusnya aku sadar kalau kau itu, pria yang perhitungan''
''haha. Aku hanya ingin kau menjadi pacarku kok~ aku tertarik padamu, lho'' katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Tunggu, tunggu, Alice seakan tersadar oleh sesuatu. aku menoleh ke sekeliling. Benar saja, dari tadi, teman sekelas memperhatikan mereka. rupanya, suara Oz terdengar ke sebagian murid di kelas.
''eeh? Apa katamu? pacar?''. Cowok berambut raven itu, langsung menghampiri Oz dengan wajah panik.
''Gill?'' Oz menggumam.
''Oz? Apa tidak terlalu cepat? Kau baru saja mengenalnya!''
''eh? Elliot juga?'' Oz menatap 2 laki laki itu dengan tampang innocent, ''Tentu saja, Alice calon pacarku! Kalian kenapa sih, Gill? Eliot?'' katanya bersemangat.
''Tch'' Aku menggerutu mendengar Oz berkata begitu, ''Oz, aku tidak mau punya pacar. Tpi...'' aku menatapnya dari atas sampai bawah, ''kalau kau mau jadi manservant ku, aku bersedia''. Kataku sambil terkekeh. Berharap dia segera menyerah. 'Huh, cowok kok tebar pesona.' pikirku.
''hhe?. Usulmu boleh juga. Kalau aku jadi manservant mu, kamu mau jadi pacarku,kan, Alice?'' kata laki laki bermata hijau Emerald itu, sambil memegang rambut brunette ku yang panjang. Dia hampir mencium rambutku, sampai akhirnya ada yang menarik kerah bajunya dari belakang. Dia menoleh,lalu menggerutu pada cowok berambut Raven itu.
''Gilll~ kau mengacaukan semuanya! Huh''. Dia menggembungkan pipinya. Dia ngambek. Lucu sekali. Tanpa sadar, aku terkekeh.
''Oz. hentikan. Kau baru mengenalnya. Dan kau! Baka usagi, tak akan kubiarkan kau menjadikan sahabatku ini sebagai manservant mu''. cowok berambut raven itu, menatapku tajam. Aku menggerutu.
''huh! Oz mau kok!'' aku membuang muka.
''Tch. Tak akan kubiarkan!''
''huh. Apa hak mu? Dasar jerapah!''
''apa kau bilanggg? Dasar baka usagi''
''ugh! Dasar Om-om mesum!''
''tch! Apa? Siapa yang kau sebut om-om mesum, hah?''
Alice terus berdebat dengan Gill, sedangkan Oz hanya tertawa kecil melihatnya. Alice dan Gillbert yang menyadari hal itu, langsung menatap Oz tajam.
''Oz! Lakukan sesuatu dong!'' mereka berdua berteriak bersama. Oz makin kencang tertawa. sedangkan di pintu masuk kelas, Break dan Sharon berdiri menyaksikan kehebohan yang baru terjadi itu.
''yare yare... Heboh sekali?'' Break geleng geleng. Sharon tertawa kecil.
''fufufu. Biarkan saja, Break. Spertinya bakal menyenangkan. ^^''
===THE TWIN===
''Allysss~ kau tadi kemana saja,sih ? aku mencarimu di kelas. Tapi tidak ada. Huh.'' aku menggembungkan pipiku. Allys hanya menatapku lembut. Di kamar, aku terus merajuk padanya. aku pulang duluan tadi, dan si pirang itu.. Err.. Maksudku, Oz memaksa mengantarku pulang. Kami juga di buntuti oleh cowok jerapah itu. Memang mereka pacaran, apa?. Aku terus menggerutu, mengingat hal itu.
''maaf, Alice. Tadi ada urusan yang...yah.. Penting sekali. Ini mengenai festival kembang api bulan depan. Kau pasti senang. Ya, 'kan?''
''ngg.. Senang sih. Aku juga lama tidak mengikuti festival seperti ini'' jawabku bersemangat.
''ah.. tadi kamu bertengkar dengan Gillbert ya?'' Allys menatapku dengan penasaran.
''Gillbert?'' aku menatap Allys bingung. ''maksudmu, si jerapah itu?'' ''haha. Iyaa. Pemuda berambut raven itu. Apa benar?''
''ya. Begitulah. Dia menyebutku baka usagi. Jadi kubilang jerapah yang mulai. Huh. ah, kau tahu darimana, Allys?''
''un. Aku tahu dari Eida. Dia tadi mampir ke kelasmu, lalu menceritakannya padaku''
''Eida?'' aku mengerenyitkan alisku.
''kamu belum tahu ? Dia teman dekatku di kelas. Dia juga adik Oz''
''eeh? Adiik oz?'' aku memekik heboh.
''iya. Kau tau Oz kan?''
''tahu lah. dia duduk di belakangku. Dan dia tipe cowok tebar pesona. Aku tidak menyukainya'' aku cemberut. Sebal mengingat kejadian tadi.
''eh? Dia baik kok. Dia juga tidak tebar pesona, Alice. Dan yah.. Dia agak mirip dengan mendiang kakaknya. Jack'' Allys tersenyum tipis.
''Apa? Mereka kakak adik? Ugh.. Aku baru sadar, mereka mirip'' Aku menatap Allys sayu, ''tapi kau tidak melihat Oz sebagai Jack kan? Err.. Maksudku, mendiang Jack..''
''te..tentu tidak Alice. Aku tidak tertarik.. Un.. Padanya kok..?''
''hmm. syukurlah. Kukira kau akan menyukai nya, karena dia mirip dengan Jack'' aku menatap Allys lembut. Dia tersenyum padaku, ''tenang saja, aku tidak menyukainya,kok..''
===THE TWIN===
''Alice? Kau nggak apa,kan, aku tinggal duluan?'' Allys menatapku sayu.
''iya~ tentu saja. Memang aku anak kecil? Sudah. Berangkat saja sana. Hush'' aku mendorong tubuh Allys supaya menjauh dariku.
''err.. Baiklah. Aku duluan. nanti istirahat makan bekal bersama ya. Dah Alice'' Allys melambaikan tangan padaku. Setelah itu, menghilang dari balik pintu. Aku menghela nafas. hari ini, Allys ada rapat osis pagi. Dan karena aku malas berangkat sepagi ini, aku memutuskan berangkat sendiri. Toh aku juga sudah bukan anak kecil lagi.
''Allys ada rapat osis,ya?'' tanya seseorang padaku. Aku menoleh.
''iya, okaasan. Dia buru buru sekali'' jawabku sambil mengoles selai ke rotiku, ''lalu, mana ojiisan?'' tanyaku sambil melihat ke sekeliling.
''jiisan juga berangkat pagi, sayang. lebih pagi dari Allys''
''un.. Begitu..'' aku menaruh sendok selaiku, ''Itadakimasuu, okaasan'' aku mengigit rotiku. Okaasan tersenyum.
Ting Tong
Ting Tong
(Author: anggap ini bel rumah ya. Hahaha
Readers: #seplak)
aku tersentak. 'siapa yang menekan bel, sih?' batinku sebal. Saat aku hendak berdiri, okaasan menahanku.
''kamu lanjutkan makanmu, Alice. Biar Okaasan yang membukakan pintu''
''un~ haii, kaasan'' aku kembali duduk. Lalu Kembali berkutat dengan rotiku. Tak lama kemudian, ada yang menepuk pundakku.
''A-li-ce~'' dia berbisik di samping telingaku. Aku tersentak kaget.
''uwaa~'' aku menoleh ke samping. Kaget melihat orang itu.
''kaget? Selamat pagi, honey'' dia mengecup rambut brunneteku lembut. Aku menatapnya bingung.
''ho..honeyy? Aaa... Kenapa kau kemari pagi pagi, Oz?''
''Alicee..'' protes Okaasan padaku, ''ini masih pagi. Jangan berteriak begitu, sayang. Pacarmu ini ingin menjemputmu berangkat sekolah. Apa yang salah?'' Okaasan menatapku heran.
''pa..pacar? Siapa yang Okaasan bilang pacar? Dia buk..ukh..'' Oz menyentuh bibirku dengan jarinya. Aku tersentak.
''Alice~ bukannya kemarin kau bilang mau jadi pacarku, jika aku menjadi manservantmu? Aku mau lho~ jadi Alice resmi menjadi milikku'' Oz melirik Okaasanku, ''boleh kan, Okaasan?'' tanya Oz sambil berkedip.
''hmm. Jaga putriku, ya, menantuku'' senyum okaasanku. aku mendelik.
''ka..kaliaaannnn~ ugh..'' aku kehabisan kata kata. Sedangkan Oz tertawa melihat tingkahku.
''sudahlah, Alice. Okaasan sudah mengijinkan hubungan ~''
''aku..aku tidak mau'' aku membuang muka.
''maaf ya,Oz. Alice memang pemalu.'' okaasan memandangku tajam, ''Dan Alice. Sebaiknya kamu segera bersiap. Atau kalian berdua akan terlambat ke sekolah''
''ugh.. Baiklaahh''
===THE TWIN===
''ugh.. Aku benci jadi pusat perhatian. Dan Oz! Lepaskan akuu'' aku meronta. Oz tertawa kecil.
''tak akan~ menyerah saja''
''ugh. Itu tak akan terjadi,Oz. Lepaskan tangankuu'' sepanjang perjalanan, Oz terus menggenggam tanganku. Dan kini, kami berada tepat di depan kelas. Suasana sudah ramai, dan beberapa menit lagi, kelas akan di mulai.
''Ohayoouu, minna~'' sapa Oz, setelah membuka pintu kelas. Semua menatap kami heran.
''ohayou, Oz-kun, Alice-chan. Dan..ah? Kalian berpegangan tangan?'' seorang cewek menatap kami bingung, ''jangan jangan,kalian pacaran?''
''EHHH?'' Sebagian anak, berhamburan menuju kami. Aku bingung.
''OZZ? Kau tak benar benar berpacaran dengan baka usagi ini,kan?''
''apa maksudmu, jerapah?'' aku mendelik ke arah Gill.
''heii Oz, bukankah kau pernah di beritakan bahwa berpacaran dengan Allys?'' Elliot menatapku tajam. Aku menelan ludah.
''All..ys?'' aku menatap Oz bingung, ''benarkah?'' Oz hanya diam. Tak ''Heii, Oz?'' tanyaku bingung. Sedetik kemudian, Oz melepaskan tanganku.
''kita duduk saja. Jam akan di mulai sebentar lagi.'' Oz berjalan mendahuluiku. Aku mematung. Tak percaya dengan yang baru terjadi. Jangan jangan, benar? Oz dan Allys memang berpacaran? Atau, mereka mantan kekasih? Lalu, untuk apa dia berpacaran denganku? Aku memegang dadaku yang terasa nyeri.
'aku kenapa? Kenapa sakit sekali dadaku? Sesak?' aku menggelengkan kepalaku. Menepis rasa sakit itu, 'sudahlah..'
===THE TWIN===
''jadi? Itu benar?'' aku mengerenyitkan alisku. Echo mengangguk. Kami sedang di koridor, sekarang. Sehabis dari perpustakaan.
''dia sering di pergoki menatap Allys. mereka sering bersama lho. Allys juga sepertinya menaruh hati pada Oz. Jadi,kami kaget,tiba tiba Oz berpacaran denganmu'' Lily tersenyum, ''atau.. Jangan jangan dia bertepuk sebelah tangan? Jadi dia memilihmu? Kalian kan kembar?'' Lily menatapku sayu.
''err. . Entah. Sepertinya, aku harus menolak Oz. Aku tak ingin menyakiti hati Allys. Allys pun tak pernah mengatakan apa apa,padaku'' senyumku. Entah mengapa, hatiku kembali sakit.
''ugh'' aku memegangi dadaku. Sesak rasanya.
''eh? Kau kenapa, Alice?'' Echo panik.
''aku baik baik saja, kok'' aku menenangkan Echo. Kami sudah berada di depan kelas.
*teng teng teng teng (Author: anggap ini bel sekolah alice ya. Buahaha (lagi lagi). Readers: #tendang)
jam istirahat berbunyi. Echo membuka pintu kelas. aku, Echo, dan Lily masuk secara bergantian. Saat tiba di bangku-ku, Oz menggenggam tanganku.
''apa?'' tanyaku ketus.
''ayo kita makan bekal bersama'' Oz tersenyum lembut padaku.
''sudahlah, Oz. Hentikan. Aku tahu, kau menyukai Allys. Jangan begi.. Akh. Oz!'' Oz menyeretku keluar kelas. Aku kaget.
''heii. Oz? Kau mendengarku,kan?'' aku menarik tanganku. Namun, Oz memperkuat pegangannya, ''Oz!'' bentakku. Dia menoleh. semua menatap kami heran. Kini, kami tepat berada di depan kelas Allys.
''Oz..'' alisku bertaut. Aku benci di perhatikan banyak orang seperti ini, ''ayo pergi, Oz..''
''Dengar, Alice..'' Oz menghela nafas, ''aku itu menyukaimu, bukan Allys'' semua mendadak heboh mendengarnya. Sedetik kemudian, Allys muncul.
''All..ys?'' pekikku, ''o..oz.. Lepaskan tanganku'' pintaku memelas. Allys menatapku kaget.
''Alice? Oz?'' Allys menatap kami heran.
''Allys.. Aku menyukai saudara kembarmu'' Oz menatapku, ''sejak dulu..'' aku terhenyak.
''a..apa? Bahkan kita baru berte..EHH!'' Oz lagi lagi menarikku. Kali ini, aku di peluknya erat.
''dia pacarku, Allys. Kau tidak masalah,kan? Aku memacari kembaranmu?'' tanyanya sambil tersenyum. Allys mengangguk.
''err.. Tak masalah,kok, err..Oz-kun..'' semua mendadak heboh dengan pernyataan Oz itu.
''apaa? Aku tidak setujuu'' pekikku. Masih dalam dekapan Oz.
''jadi..'' Oz melepaskan pelukannya, ''kupinjam kembaranmu dulu. Jyaa minna~'' Oz menarikku. Lalu membawaku kabur.
''lepaskaaann akuuu~'' pekikku.
''hoshh.. Hoshh..'' aku mengatur nafasku yang tersenggal senggal. Aku di bawa naik ke atap sekolah. Aku menatapnya tajam. Oz. Laki laki berambut pirang yang mengaku ngaku (?) jadi pacarku.
''aku.. Tak percaya kau lakukan itu'' aku menatapnya sebal. Sedangkan dia malah cengar cengir menatapku, ''kau bahkan baru mengenalku, Oz. Ini tidak wajar'' tambahku. Oz menatapku. Dia yang sebelumnya berada di depanku, berdiri, lalu menempatkan diri di sampingku. Aku refleks menggeser tempatku.
''kau salah, Alice..'' gumamnya, lalu menatapku, ''aku menyukaimu, lebih lama dari yang kau tahu..'' aku mengerenyitkan alis.
''he? Kita kan baru bertemu?'' aku makin bingung.
''kau.. Jangan jangan kau lupa?'' Oz menatapku. Aku membuang muka. Semburat tipis memenuhi pipiku yang putih.
''so..soal apa?'' tanyaku
''tatap aku, A-li-ce'' Oz menyentuh daguku. Aku kelabakan.
''le..lepaskan'' semburat tipis itu bertambah. Aku merasakan pipiku bertambah panas.
''jadi, kau benar benar lupa? Tch'' Oz memandangku sejenak. Lalu menyentuh dadaku. Aku kaget.
''a..aaa.. Mesum.'' aku memukul Oz. Dia tertawa.
''haha. maaf, maaf. Apa kau tidak merasakan sesuatu, Alice? Bahkan saat pertama melihatku?''
''ng?'' aku memiringkan kepalaku. Bingung, ''biasa saja?'' Jawabku sekenannya.
''sekarang? Apa disini, terasa biasa saja? Tidak merasa sesak?'' Oz meraih tanganku,lalu menyentuhkannya pada dadaku. Aku mengerenyit.
''ung.. Tidak. Tapi, tadi aku merasakannya'' Oz menatapku. Lalu tersenyum.
''dimana itu? kapan kau merasakannya?''
''ungg.. Tadi. Sewaktu di koridor. Saat Echo dan Lily mengatakan bahwa kau dan Allys berpacaran? Ung.. entahlah~'' aku menatap iris mata emerald itu. Dia tersenyum menatapku.
''huft. Susah ternyata, membuatmu menyadari hal itu. Bahkan kau juga melupakanku,ya'' Oz menatapku sayu. Aku makin bingung. Sedetik kemudian, Oz kembali memegang daguku dengan tangan kirinya. Tangan yang kanan digunakan untuk mengunci kedua tanganku.
''Oz? Apa yang kau lakukan?'' aku panik. Dia tersenyum.
''aku ingin membuatmu mengingat pertemuan kita. Kau melupakannya,kan?'' aku mengangguk.
''ya..aku memang lupa. Tapi, kau mau melakukan apa?''
''diamlah. Kau akan tahu, Alice'' aku mengangguk, ''baiklah..''. Sedetik kemudian, Oz mengangkat daguku. Aku menatapnya heran.
''tutup matamu, Alice'' aku mengangguk. Lalu menutup mataku. Setelah itu, aku merasakan sesuatu menempel di bibirku. Terasa lembut. refleks aku membuka mataku. Keget. Oz sedang menciumku. Aku berontak. melepaskan ciuman lembut itu. Oz menatapku.
''Alice..'' dia meraih wajahku. Lalu mendekatkan wajahnya padaku. Aku panik.
''ugh.. Oz..'' ak berusaha berontak. Namun usahaku sia sia. Oz mencondongkan kepalanya,lalu kembali menempelkan bibirnya padaku.
''oz..ung..hen...ti..ungg...'' aku mendorong Oz. Namun sia sia. Dia makin menyudutkanku dengan dinding di belakangku. tangan kanannya, memegang tengkuk kepalaku. Aku berontak. Pipiku terasa panas. setelah itu Oz melepaskan bibirnya. Namun, dia mendekatkan wajahnya lagi. Kini, dia menjilati bibir atasku. Lalu mengecupnya. Aku berontak.
''Oz!'' aku mendorongnya. Kini sekuat tenaga. Dia menatapku.
''Apa yang kau lakukann?'' aku menatapnya Marah. Air mataku hendak keluar. Oz kelabakan.
''ma..maafkan aku Alice'' Oz mendekatiku. Aku menangis. Dia mendekapku erat.
''le..lepasss!'' teriakku. Oz mengunci tangannya. Membuatku tak bisa lari dari dekapannya.
''Alice.. Kau benar benar melupakanku,ya'' aku berhenti menangis. aku menatap Oz bingung, ''bahkan kau lupa? Kita dulu juga pernah berciuman seperti tadi?'' aku mengangguk.
''aku baru mengenalmu. Kau.. Jangan jangan,kau bertemu dengan Allys? Bukan aku..'' aku menatapnya.
''BUKAN! kau yang bertemu denganku dulu. kau yang membuatku gila, selama ini.'' Oz melepaskan pelukannya. Lalu berjalan mundur. ''aku tahu, kau dan Allys dulu sama sama menyukai Jack. Namun kau mengalah padanya. Dan untuk melupakan Jack, kau meninggalkan kota ini,kan?'' aku terhenyak.
''da..darimana kau..?'' aku menatapnya shock. Dia tersenyum.
''aku selalu memperhatikanmu. Alice Baskeville'' dia mendekatiku, ''walau kau lupa padaku, aku yang akan mengingatkanmu''
''a..apa? Err.. Aku.. Aku nggak mau'' aku merapatkan tubuhku pada dinding di belakangku.
''kau pasti akan mengingat pertemuan kita dulu. Dan pasti.. Aku bisa menggantikan posisi Jack di hatimu'' dia mengambil rambut brunetteku. Lalu menciumnya. Aku mendelik, ''karena dari dulu, kau memang sudah jadi milikku, Alice..''
~~ TBC ~~
A/N : gimana ? aku ngga terlalu bisaa njabarin kata ~ bingung~
=3= /
tunggu chapter berikutnya ya~ di tunggu~
smoga cpet~
ehehe X3
