A/N : ..krik? Akhirnya FFn sembuh juga. Dan seperti yang saya duga. Langsung dibanjiri fanfic =)) Makanya saya ulur waktu publish fanfic yang ini, biar ga tenggelem muwahahaha *shot* Jadi...yak, saya kembali. Selamat baca~a 8"Dbd
— Baby Daycare —
- Prologue -
Ditulis oleh hibalicious
Pen-tidak-klaim-an? KHR punya Amano Akira-sensei
Hint pasangan 6918. Atau kemungkinan jadi 1869.
Hati hati dengan kemungkinan OOC dan typo, BL, OC (2795's child)
Dua lelaki dengan jas hitam yang sama terlihat berjalan berdampingan di tengah lorong mansion Vongola. Yang membedakan dari pakaian kedua lelaki itu hanyalah—warna kemeja yang mereka kenakan, dan dua kancing atas yang terbuka dari lelaki berambut biru panjang yang berjalan di sebelah kiri. Lelaki itu berjalan beberapa senti di belakang yang satunya lagi. Sengaja mengambil jarak.
Kalau saja atasan—yang tidak mereka akui sebagai atasan—tidak memanggil kedua lelaki itu ke ruangannya sekarang juga, Rokudou Mukuro tidak perlu repot-repot berjalan di sebelah Cloud Guardian Vongola yang berbahaya. Tentunya, lelaki di sebelahnya itu bisa membunuh ia kapan saja. Tapi bukan berarti Mukuro sebegitu lemahnya sehingga bisa dibunuh dengan mudah, ia hanya—masih dalam tahap rehabilitasi pasca keluar dari penjara air itu. Singkatnya, mengajak ribut Hibari Kyouya berarti memperpendek umurnya.
Membiarkan Hibari yang membuka pintu besar dengan ornamen mewah—yang merupakan pintu ruangan sang bos—itu, Mukuro menggulirkan matanya memandang ke dalam—dan hanya mendapati sosok berambut coklat karamel duduk di bangku meja kerjanya, menopang dagu. Mukuro dapat melihat perubahan ekspresi Decimo itu saat ia dan Hibari melangkah masuk; senyum hangat yang perlahan melebar menyambut mereka berdua.
"Ah—Mukuro, Hibari-san," sambutnya seramah mungkin, sedikit berhati-hati pada kedua orang yang bisa dibilang paling berbahaya di Keluarganya itu. "eto.. Ada yang ingin aku bicarakan. Um, sedikit permintaan kecil kok."
Pembicaraan atau permintaan apapun itu, baik Hibari dan Mukuro, keduanya yakin itu bukan sesuatu yang bagus. Dari nada suaranya, ini bukan seperti permintaan untuk menjalankan misi mengintai atau membunuh seperti keahlian mereka berdua. Ada sesuatu yang berbeda dari kalimat Decimo.
Hibari tetap diam menunggu Tsuna melanjutkan. Setuju atau tidaknya ia tergantung permintaan apa. Sementara Mukuro menaikkan sebelah alisnya dan menjawab, "Kufufu. Katakan."
Sedikit mengangguk, Tsuna menelan ludah dan menyiapkan dirinya untuk berubah ke HDW mode jikalau harus menggunakan paksaan untuk membuat kedua guardiannya itu menuruti permintaannya. "Begini, besok dan untuk seminggu ke depan ada pesta undangan di Itali. Hampir semua keluarga teman diundang. Dan, um, bisakah kalian menjaga putraku, Shino?"
Hibari mengernyit.
Mukuro menyeringai.
Dan mereka berpandangan untuk sedetik.
Sawada Shino? Anak dari Tsunayoshi dan Sasagawa—ah, Sawada Kyouko? Yang baru berumur tiga tahun itu? Yang benar saja. Memangnya Hibari Kyouya itu seorang pengasuh bayi? Oh—apa Decimo itu terlalu polos sampai-sampai tidak memikirkan bahwa Hibari bisa saja membuat anak pertamanya itu terbunuh entah secara sengaja atau tidak.
"Aku menolak." Dan dengan penolakan tegas, Hibari bersiap keluar ruangan kalau saja tangan Mukuro tidak menariknya, membuat ia mendesis kesal menatap tajam ilusionis itu.
Mukuro menghadapinya dengan santai, walaupun ia tahu betapa berbahayanya membuat Hibari marah. Ia kemudian menunjuk pada Tsuna. "Sebentar, Hibari Kyouya. Kufufu. Kurasa Vongola belum selesai bicara."
Tsuna kembali mengangguk. "Terimakasih, Mukuro. Umm, begini, karena yang lain ikut ke Itali, jadi tidak ada pilihan lain selain kalian. Dan aku yakin kalian tidak akan mau ikut ke sana, bukan?" jelas Tsuna yang sudah hapal betul sifat kedua guardiannya itu. Mereka berdua sama-sama tidak suka berkerumun. Terutama Mukuro yang memang masih membenci mafia.
Mist Guardian lelaki itu mengelus dagunya, sedang mempertimbangkan permintaan Vongola yang menurutnya mustahil itu. Walaupun tidak menunjukkan penolakan, bukan berarti ia menyetujuinya. Sama seperti Hibari, ia bisa saja dengan mudah—sengaja atau tanpa sengaja—mencelakakan balita umur tiga tahun itu.
"..Jadi?"
"Kau bercanda, Tsunayoshi." Hibari menggosok hidungnya. Kedua alisnya mengerut atas permintaan yang mustahil itu. "Kau tidak khawatir putramu kenapa-kenapa meninggalkannya denganku dan makluk ini?" Ia menunjuk pada Mukuro. "Dan kenapa tidak memintanya pada Tetsu saja..."
"Aku tidak bercanda." Ia menumpu dagu dengan tangan kiri sambil kembali tersenyum hangat. "Dan aku percaya pada kalian, Hibari-san, Mukuro. Ah ya—Kusakabe-san akan ikut ke sana mewakilimu, Hibari-san."
Hibari memberungut.
Lelaki berambut biru yang sedari tadi diam saja memperhatikan, kini melangkah maju untuk menyuarakan pendapatnya. "Kufufu.. Aku tidak akan melakukannya dengan cuma-cuma, Vongola.."
Mengangkat alis, "Katakan apa yang kau mau, Mukuro."
Tidak bercanda, Mukuro menyeringai lebar. Menyibak rambut biru tuanya yang teruntai di bahu, ia berdeham sebelum mulai bicara. "Aku ingin tubuhm—"
DUAGH.
Tonfa metal melayang ke tulang tengkorak Mukuro, diiringi efek suara benturan retaknya tulang. Membuat yang bersangkutan langsung membalikkan kepalanya ke arah sang pelaku—yang hanya berdiri diam dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, ekspresi wajahnya seakan mengatakan ia tidak melakukan apapun. Kesal dengan sikap lelaki di belakangnya, Mukuro menyeringai miris sebelum mengeluarkan trident dari udara kosong.
"Kurasa kita sudah berkomitmen agar tidak bertarung sampai aku pulih total, Kyouya-kun."
Yang berambut hitam mengangkat bahunya. Raut wajahnya tetap datar sekalipun Mukuro mengganggunya dengan embel-embel menjijikkan di belakang namanya. "Aku tidak mengajakmu bertarung."
"..K..Kufufu.. Tindakanmu tadi sudah lebih dari cukup untuk dianggap sebagai tantangan bertarung, Kyouya."
"Aku tidak menolak kalau kau mau." Hibari menyeringai—walaupun seringainya tidak seseram Mukuro—dan menarik tonfanya entah dari mana.
Dalam sedetik kedua lelaki itu sudah melesat dari tempatnya berdiri, saling menerjang ke satu titik di mana mereka bertemu, dan—oh, dihentikan oleh keberadaan Decimo yang entah sejak kapan berdiri di tengah-tengah mereka. Kedua tangan Tsuna yang direntangkan membuat Hibari dan Mukuro langsung berhenti tepat di depan telapak tangan Tsuna—yang dalam keadaan HDW itu.
De javu.
"Hentikan." Dengan suara serius, memandang bergantian Guardian Cloud dan Mistnya itu. "Aku tidak mau dengar alasan. Kalian berdua, jaga Shino selama seminggu. Tidak ada perkelahian, aku ingin kalian rukun saat aku kembali."
Baik Mukuro maupun Hibari tahu betapa berbahayanya Tsuna sekarang. Walaupun mereka yakin ia tidak akan tega membunuh mereka berdua, tapi Tsuna dalam keadaan seperti ini dapat melakukan apapun untuk membuat mereka menuruti perintahnya. Dan Hibari tidak menganggap remeh Tsuna dalam HDW.
Tsuna menarik tangannya, kembali menatap bergantian kedua orang rival itu. "Aku akan menempatkan kalian di apartemen khusus. Flame dan ilusi tidak bisa digunakan." Ia kemudian melirik sekilas pada Hibari. "Dan tidak boleh membawa senjata."
Tidak mempedulikan tatapan protes dari kedua orang itu, Tsuna berjalan ke arah pintu dan membukanya, mempersilahkan mereka untuk meninggalkan ruangan. "Kalian boleh keluar."
Detik itu juga, baik Mukuro dan Hibari merasa seminggu nanti akan menjadi hari-hari terburuk dalam hidupnya.
Dan mereka berdua tahu jelas, bahwa mengasuh balita bukanlah hal yang mudah.
Apalagi dilakukan oleh kedua orang yang—uh, seperti mereka.
- oOo -
Rokudou Mukuro memandang hampa sebuah ruangan apartemen yang bisa dibilang tidak terlalu besar itu. Sejauh mata memandang ia hanya mendapati ruangan kecil dengan beberapa sofa dan televisi layar lebar di depannya. Dibatasi dengan tembok yang setengah ke atasnya merupakan kaca, ia dapat melihat tempat tidur lebar yang langsung bersebelahan dengan kaca jendela besar di mana bisa dilihat keseluruhan kota dari sana.
Menolehkan mata ke sebelah kanan, sebuah dapur kecil di sana. Kabinet, kulkas dua pintu, wastafel dan meja makan minimalis dalam sebuah ruang berukuran 2x3 meter saja. Dan di sebelah utara dapur terdapat pintu yang Mukuro yakin itu adalah kamar mandi.
Yang benar saja—
—apartemen yang menurutnya kecil begini untuk dua orang dewasa dan seorang balita?
Mukuro mencolek-colek bahu Tsuna dengan ujung telunjuknya. "Kau yakin, ini—tempatnya, Vongola?"
Mengangguk, Tsuna berjalan ke dalam, membuka lemari pakaian yang di dalamnya sudah berisi pakaian Hibari, Mukuro, dan Shino anaknya untuk seminggu. Ia juga membuka kulkas dan kabinet di dapur untuk menunjukkan persediaan makanan selama seminggu yang sudah tersedia di sana, sehingga Hibari dan Mukuro tidak perlu pergi ke luar apartemen untuk membeli makanan.
Ia benar-benar serius.
Kalau saja, kalau saja bisa, mungkin Hibari sudah membengkokkan tonfanya saking kesalnya atas misi yang harus ia terima kali ini. Sayangnya, tonfanya pun disita oleh Tsuna. Dan bahkan boxnya juga. Sekarang ia tidak akan bertemu Roll untuk seminggu. Bayangkan betapa beratnya hal itu baginya. Seminggu tanpa Roll? Ia akan kehabisan moe moe no chikara-nya. Dan sekarang hanya ada Hibird untuk menghiburnya.
Ini mimpi buruk.
Hal yang sama berlaku pada Mukuro. Seminggu bersama Hibari Kyouya di sebuah apartemen sempit namun mewah—oh iya, ditambah seorang balita yang pastinya akan merepotkan. Ayolah, ia tidak terbiasa dengan anak-anak. Dan ia yakin Hibari juga bukan seorang yang bisa mengasuh anak.
Dan hal lain yang membuat Mukuro menepukkan telapak tangannya ke muka adalah kenyataan bahwa hanya ada satu kamar dan SATU tempat tidur di sana. Tunggu tunggu, ia bisa tidur di sofaaa—kecil? EH? Dan kenapa sofa di ruang TV itu hanya ada sofa kecil yang hanya muat satu orang? Mana bisa ia tidur di sana. Mau tulang belakangnya sakit-sakit saat bangun tidur? Bisa-bisa ia terkena encok (mungkin).
Dan intinya—hanya ada satu tempat tidur yang sudah sengaja dibuat untuk ditiduri mereka bertiga?
Mukuro menepukkan telapak tangannya ke muka lagi. Atau bahasa terkenalnya ber-facepalm ria.
YANG BENAR SAJA. MASAK IA MAU TIDUR SATU KASUR DENGAN HIBARI KYOUYA? (FUU)
"ASDFGKUFUHJKLASDKUFUF."
...
...Mukuro? Sehat?
Mendengar suara (atau tepatnya kata-kata) tidak jelas yang berasal dari Mukuro, Tsuna yang sedang mengecek kamar mandi menolehkan kepalanya ke luar. Menatap Mukuro dengan bingung dan sedikit keringat menetes di dahi. "Kau bilang apa, Mukuro?"
"Oya. Bukan apa-apa. Lupakan." Mukuro menggeleng mantap. Ia yakin yang tadi ia ucapkan bukan atas kesengajaan. Itu hanya reflek kok, reflek tiba-tiba (mungkin).
Dan Hibari hanya menatap calon teman seperjuangannya selama seminggu itu dengan tatapan wtf. Seakan berkata, 'Mukuro, kau sudah minum obat?' atau sejenisnya. Ia sudah tahu hanya ada satu kasur di sana. Tapi ia menahan raut wajahnya tetap datar. Yang jelas, ia tidak akan membiarkan rivalnya itu berada di atas satu kasur dengannya, apapun caranya.
Selesai mengecek seluruh ruangan, Tsuna kemudian berjalan ke hadapan mereka berdua. Ia dapat melihat kesuraman di wajah Mukuro dan tampang sok keren feat sok datar Hibari, membuatnya sedikit tersenyum geli. Hal ini sebenarnya sudah ingin ia lakukan dari dulu, menyatukan Hibari dan Mukuro dalam satu ruangan sehingga membuat keduanya lebih akrab. Dan tentunya, tanpa darah dan pertarungan.
Tersenyum semanis mungkin, ia menepuk bahu kedua orang itu sambil berlalu di antara mereka. "Aku titip Shino pada kalian, ya. Hibari-san, Mukuro. Ia sedang tertidur di kasur sana." ujarnya, seraya melangkah melewati pintu geser apartemen—yang sedetik setelahnya langsung tertutup rapat. Pintu itu tidak dapat dibuka dengan apapun jika bukan dengan flame sky milik Tsuna. Ini...
Hening.
Dan mereka berdua masih berdiri di depan pintu tanpa pergerakan sedikitpun.
Seminggu tanpa bertarung.
Seminggu tanpa melihat Roll.
Seminggu mengasuh balita.
Seminggu tanpa keluar ruangan.
Dan lebih parahnya—
"Rokudo Mukuro.."
—seminggu terkurung dengan rival abadinya.
"..ayo bertarung. Tangan kosong."
.
.
.
"Kufufu... Boleh."
Karena mereka tahu, aturan itu dibuat untuk dilanggar, bukan?
: Tsuzuku :
Yosh! Halo halo 8D #telat
Ini rencananya bakal dijadiin multichap, tapi tiap chapternya pendek, ga sepanjang HiMW. Cuma 1000-2000 kata aja. Sengaja gitu, biar updatenya cepet. Yaahh target saya sih dua minggu sekali Q^Q Semoga kecapai deh QAQ
Btw, ada poll di profile saya. Vote ya XD
Jaa~ Sampai ketemu chapter depan 8Dbd Makasih yang udah baca ^^ Eto... Review, Milady? ;3 *senyum cling cling ganteng* *didepak*
