Warning : Gaje, abal, aneh, g mutu, Ooc, minim deskripsi, Rush, dll.

Naruto ® Masashi Kishimoto

Who's the Father ® Q kyu

Py Reading

Kesepuluh jari tangan gadis itu saling meremas gugup dan bingung, pandangan mata emeraldnya bolak-balik beralih dari pemuda beriris onyx dan pemuda berambut blonde. Kedua pemuda yang duduk di depannya itu sama-sama terlihat tak sabar.

"A…" dia yakin ada baja seberat satu ton yang barus aja diletakkan di tenggorokannya.

"Ayo katakan Sakura-chan… kau bilang kau mau bicara," pemuda blonde itu menunjukan raut sedikit kesalnya.

"Aku masih ada kuliah lima menit lagi," kali ini si pemilik mata onyx.

"Katakan Sakura-chan…" si Blonde sedikit merajuk.

"A… aku bingung bagaimana mengatakannya," gadis itu menunduk, menghindari tatapan dua mata yang sanggup melelehkannya.

"Kau punya mulut," kata si onyx sarkatis, membuat Sakura menengadah memandangnya sebal.

"Aku gemetar setiap kali mau mengatakannya!"

"Kalau begitu tenangkan dirimu Sakura-chan, tarik nafasmu pelan-pelan, hembuskan perlahan baru bicara,"

"Aku hamil."

"APA!"

Sakura mengikuti saran Naruto -si pemuda blonde- menarik nafas pelan-pelan dan menghembuskannya perlahan, kemudin kembali ditatapnya bergantian kedua pemuda itu yang kini sama-sama membulatkan matanya lebar-lebar kearah Sakura, memelolototinya seperti Sakura adalah mahkluk luar angkasa yang baru terdampat di bumi.

"A-apa maksudmu?" Sakura hampir terkikik mendengar si onyx bicara tergagap.

"Sasuke, hamil itu artinya—"

"Siapa papanya?" timpal si Blonde cepat, tumben sekali pertanyaan pemuda ini lebih berbobot dari Sasuke.

"Itu dia masalahnya, kalau aku tahu siapa ayahnya aku hanya perlu bicara pada salah satu dari kalian!" kata Sakura kesal, agak nyesel juga dia sempat berpikir pertanyaan si blonde lebih berbobot.

Dia benar-benar tidak tahu siapa diantara kedua sahabat sejak kecilnya itu yang menjadi ayah dari anak yang dikandungnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Gumam Sakura lemah, dia benar-benar bingung.

Naruto dan Sasuke, keduanya sahabat Sakura sejak kecil. Kata orang tua mereka persahabatan ketiga keluarga telah terjalin sejak nenek moyang mereka. Mereka terbiasa bersama dalam hal apapun sejak kecil.

Sakura merasa semakin tercekik ketika kedua sahabatnya terdiam, diam yang membuat Sakura makin bingung. Apa mereka tidak ada yang mau bertanggung jawab? Bagaimana kalau mereka saling melempar tanggung jawab? Apa yang harus Sakura lakukan…

"Sakura-chan, jangan menangis…" sebuah tangan besar menghapus aliran air yang jatuh tanpa disadarinya.

"Aku bingung…" kini gadis malah itu terisak. Rasanya tak tahan dengan segala kondisi ini. Sakura masih belum bisa menerima kehadiran janin dalam perutnya, dadanya bergemuruh takut. Usianya baru dua puluh tahun maret lalu, kuliahnya belum selesai dan…

"Sakura, menikahlah denganku!"

Sakura ternganga! Kedua matanya membulat lebar menatap Sasuke dengan pandangan meneliti. Apa yang barusan si Uchiha itu katakan? Menikah? ME-NI-KAH?

"Hey Teme! Kau jangan sembarangan bicara!" Naruto bangkit berdiri dan memandang tajam pada si Onyx. "Mana mungkin aku membiarkan anakku menganggil papa padamu! Tidak Sakura-chan, kau harus menikah denganku, itu pasti anakku!"

"Cih! Kau percaya diri sekali Dobe, mana mungkin kau bisa lebih menghasilkan dari aku, anak itu pasti anakku!" Sasuke ikut bangkit berdiri, meninggalkan Sakura sebagai satu-satunya sosok yang terduduk sambil ternganga.

"Apa maksudmu bicara seperti itu Teme! Orang tuaku lebih dulu menghasilkan Kyuubi-nii dari pada Itachi-nii, itu artinya Namikaze lebih cepat dari pada Uchiha! Anak itu pasti anakku!"

"Kyuubi-nii cuma sebulan lebih tua dari baka Aniiki, sedangkan aku tiga bulan lebih tua darimu Dobe, itu artinya Uchiha berkembang lebih cepat dan anak itu pasti Uchiha!"

"Anemiamu pasti membuat kau tidak bisa memuaskan Sakura lebih dari aku, Teme!"

"Aku tidak Anemia!"

"Kau selalu pucat!"

"Itu karna aku Uchiha!"

"Kalau begitu semua Uchiha Anemia!"

"DIAAAMMM!" Sakura menjerit, kepalanya berdenyut-denyut sakit mendengar pertengkaran kedua sahabatnya itu, wajah Sakura telah merah padam sepenuhnya. Kedua pemuda itu diam, saling melempar deathglare dengan kejam. Sakura menghela nafas berat dan bergumam "duduk" dan keduanya kembali duduk.

"Kapan kau lupa meminum 'pil' itu Sakura, berapa usia kandunganmu?" Sasuke kembali bicara.

"Dua minggu, sebenarnya aku tidak lupa, hari itu 'pil'nya habis dan kupikir sesekali tanpa pil itu tidak akan begini…" Sakura hampir kembali terisak menyesali kebodohannya.

"Jangan menangis Sakura…" tangan kanan Naruto bergerak mengusap air mata Sakura lagi dan tangan yang lainnya mengusap punggung gadis itu. "Hey, bukannya dua minggu yang lalu kau bersamaku seharian, Sakura?" Naruto bertanya penuh kelegaan, senyum lebar mengembang di ppipinya dengan pasti. "Itu berarti—"

"Malam sebelumnya Sakura bersamaku, jangan lupakan itu Dobe!" sergah Sasuke, seakan tak rela dia disingkirkan dengan paksa.

"Gunakan otak jeniusmu Teme, kalau malamnya itu berarti setengah bulan yang lalu, bukan dua minggu yang lalu!" bantah Naruto.

"Gunakan otak idiotmu Dobe, kau datang jam sebelas siang dan sebaiknya kau pikirkan berapa kali kami melakukannya sebelum kau datang!"

Naruto terdiam, hatinya jadi ciut sekarang. Sial. Kenapa tiba-tiba saja jadi rumit begini? Sebelumnya dia tak pernah merasa keberatan dengan keberadaan Sasuke diantara dirinya dan Sakura. persaingan antara dirinya dan pemuda emo di depannya tak pernah benar-benar nyata karna Sakura bisa dengan baik membagi perhatian pada keduanya.

Naruto memandang gadis yang menekuk wajahnya itu lalu beralih pada Sasuke yang juga tengah memandang gadis itu. Ini persoalan serius, kali ini keduanya tidak bisa lagi berbagi. Sakura hanya boleh dimiliki oleh salah satu dari mereka yang menjadi ayah dari anak itu, tapi siapa? Anak itu, anak dari gadis yang secara diam-diam dicintai Naruto dan Sasuke, mustakhil salah satu dari mereka akan mengalah kali ini. Anak itu…

"Sakura! kau ingat tidak, waktu itu kau bilang kalau cairanku membuatmu rahim mu terasa begitu penuh?"

"Jangan bodoh, Dobe! Tentu saja penuh, cairanku juga masih ada di sana!"

"Jangan terus-terusan menyanggahku Teme!" geram Naruto.

"Karna semua yang kau ucapkan itu bodoh Dobe!"

"Ku bilang jangan menya—"

"DIAAMM!" teriak Sakura lagi dan kali ini disertai gebrakan keras di meja gazebo milik keluarga Uchiha itu. "Kalau kalian masih bersikap seperti itu, aku akan meminta Sasori untuk menikahiku!"

"APA?"

Gadis itu bangkit, meninggalkan gazebo dimana dua orang idiot tengah tergugu. Berjalan menyusuri kolam renang keluarga uchiha yang beraroma terapi lavender yang kali ini sama sekali tak ampuh untuk menenangkan otaknya.

"Sakura!" seseorang menarik pergelangan tangannya. "Katakan kau tidak serius dengan hal itu."

"Sasori itu kekasihku, Sasuke."

"Kau tidak melakukannya dengan Sasori, Sakura!" Sasuke berkata tegas, sesaat Sakura ingin tertawa dengan keyakinan pemuda itu dan tergoda untuk melihat reaksinya seandainya Sakura mengatakan dia salah.

"Tentu saja tidak," kata Sakura sadar bahwa kebohongan hanya akan memperumit keadaan. "Tapi dia tidak akan keberatan kalau ak—"

"Tapi itu anakku Sakura-chan," pemuda Blonde akhirnya kembali ikut bergabung.

"Itu anak Kami… salah satu dari kami," Sasuke akhirnya mengeluarkan kalimat penengah itu.

Ketiganya terdiam sesaat dan saling pandang.

"Kita perlu mendengarkan nasehat Itachi-nii dan Kyuubi-nii, mungkin kita bisa bertanya pada mereka?"

~Q~

"APAAA!" Itachi dan Kyuubi memekin bersamaan, kedua pasang bola mata mereka membelalak lebar menatap tak percaya pada kedua otouto yang duduk menunduk didepan keduanya.

"Sakura hamil?" Itachi mengulang informasi yang baru saja berdenging di gendang telinganya

"Dan kalian tidak tahu siapa diantara kalian yang ayahnya?" Kyuubi menimpali dengan nada sama tak percayanya.

"Apa kalian gila?" Itachi mencela sinis.

"Mereka pasti gila!" Kyuubi meyakinkan.

Kedua otouto masih menunduk, menatap lantai seakan ada semut yang tengah menari dan begitu menarik perhatian. Atau keduanya hanya merasa takut memandang tatapan kedua Aniiki yang terasa membakar jantung.

"Aku siap bertanggng jawab Bak- Itachi-nii," si muda Uchiha mencoba berkata.

"Aku juga siap Kyuubi-nii," Naruto tak mau kalah.

"Masalahnya, Sakura tidak mungkin menikah dengan kalian berdua, tapi resiko Sakura menikahi ayah yang salah juga cukup mengerikan," Itachi mencoba memberi pandangan pada kedua otouto itu.

"Mungkin kalian harus menunggu sampai anak itu lahir, setelah itu kita lihat, anak itu Namikaze atau Uchiha," Kyuubi memberi saran.

"Bagaimana kalau anak itu Haruno, berambut pink dan bermata emerald," Sasuke mencoba memandang pada kemungkinan terburuk.

"Bagaimana kalau anak itu berambut pirang dan bermata hitam, atau berambut—"

"Jangan berfikir yang aneh-anek Dobe!" Sasuke menjitak kepala Naruto pelan, membuat si Blonde meringis kesakitan.

"Seenggaknya ada darah yang bisa di tes DNAnya, dan itu cukup menjadi bukti yang kuat untuk menunjuk salah satu dari kalian," Kyuubi kembali memberi pencerahan.

Kedua otouto itu termenung sesaat, hingga akhirnya keduanya saling berpandangan dan mengangguk.

"Itu artinya harus menunggu hingga anak itu lahir?" Sasuke bertanya untuk menegaskan hasil dari rapat duo Uchiha dan duo Namikaze ini.

"Selama itu kalian harus bersama-sama menjaganya, dan kita harus membicarakan ini dengan para orang tua."

"APA?" kedua Otouto mendelik ngeri membayangkan mereka harus berhadapan dengan Fugaku, Minato dan… Jiraiya… Matilah mereka!

~TBC~

Keep Or Delete?