Oh Mari presents

.

At Gwanghwamun Songs Fiction

.

Jeon Wonwoo (GS!)

Kim Mingyu

Hong Jisoo

Xu Minghao (GS!)

Wen Junhui

Other SVT members as cameo

.


Chapter 1

Eternal Sunshine

.

"I try hating you

Looking for the reason we had to break up

Then my heart sinks

When I find myself not having forgotten anything

Another day passes like this"

.

.

.

Sudah genap satu minggu sejak kedatangan Xu Minghao, gadis asal China yang adalah teman kecil dari kekasihku, Mingyu. Sudah seminggu pula, aku merasa sosok Mingyu perlahan menjauh dariku. Awalnya hanya jiwanya namun belakangan juga fisiknya. Ya, sekarang Mingyu lebih sering bersama dengan Minghao.

Aku bukan kekasih pencemburu, bukan. Namun, kalian pasti akan sependapat denganku bila kalian berada di posisiku saat ini. Posisi serba salah, mau marah salah, mau diam juga salah. Ah, tapi, menjadi kekasih orang yang kucintai tentu bukan hal yang salah, bukan?

Aku bingung apa yang harus kulakukan untuk mempertahankan hubunganku, atau paling tidak, bertahan saat melihat hal yang menyakitkan. Kalian perlu contoh? Tentu, sekarang lihat saja ke belakang.

Ya, walaupun aku berada di depan kedua orang yang menjadi sumber masalahku, namun aku tahu bahwa mereka sekarang pasti sedang berjalan berdampingan. Aneh? Sangat! Seharusnya aku yang berada di samping kekasihku, bukan malah dia. Aku benar-benar kesal.

Sebenarnya, sebelumnya aku berjalan HANYA bersama Mingyu, sampai akhirnya gadis itu datang dan berjalan di sebelah kanan kekasihku. Karena trotoarnya cukup kecil bila digunakan 3 orang sekaligus, gadis itu sedikit demi sedikit bergeser ke kiri hingga kami juga terpaksa bergeser. Sialnya, aku berjalan di dekat tembok dan karena kami bergeser, maka otomatis jika aku tidak mau menabrak tembok, aku harus berpindah ke belakang atau depan.

Tentu saja aku tidak mau! Maka aku mencoba mendorong tubuh Mingyu agar bergeser ke kanan. Entah mungkin doronganku terlalu keras hingga mengenai Minghao dan gadis itu tersandung kemudian jatuh. Aku awalnya kaget dan merasa bersalah, namun saat aku hendak menolong Minghao berdiri, Mingyu malah menampik tanganku dan memelototiku.

Rasa bersalahku tergantikan oleh rasa kesal yang menggebu-gebu. Maka dari itu, aku dengan cepat berjalan kedepan meninggalkan mereka berdua. Dan, disinilah aku sekarang, berjalan sendiri ke sekolah dengan wajah luar biasa kesal. Heol! Sekarang akulah yang menjadi orang jahat! Benar-benar menyebalkan!

"Wonuu-ieeee!" kudengar suara cempreng dari arah gerbang, dan benar saja, itu suara laki-laki menyebalkan kedua setelah Mingyu. Aku hanya memberikan lirikan sebagai respon sekaligus pengganti kata 'Apa?'.

"Seram deh, Won. Eh, tadi kau bertemu Minghao tidak?" Bagus, Jun, bagus. Tambah saja rasa kesalku saat ini!

"Ketemu," jawabku singkat sembari terus melanjutkan jalanku yang kini sudah memasuki gerbang sekolah.

"Nah, mana Minghao nya?" tanyanya lagi.

"Belakang, sama Mingyu. Kasihan habis jatuh."

"Oh, benarkah? Baiklah, aku kesana saja, hehe," kata Jun sambil nyengir. Aku mendengus dengan cukup keras berharap rasa kesalku sedikit menguap. Jun sudah bersiap keluar gerbang, namun entah kenapa ia malah berbalik arah dan berjalan di sebelahku.

"Wonwoo, aku harap kau mengerti keadaan," katanya dengan nada yang serius hingga membuatku menoleh ke arahnya. Aku menaikkan sebelah alisku mengisyaratkan bahwa aku meminta penjelasannya.

"Minghao kan memang tubuhnya lemah, jadi Mingyu tentu harus membantunya, 'kan? Sedangkan kau seperti manusia berkekuatan badak." Langsung saja ku tinju perut si mulut kurang ajar itu dan Jun reflek berjongkok sambil memegang perutnya.

Aku tertawa sinis, "Wah, kau benar, SAHABATKU. Aku memang bertenaga badak. Jadi bila tinjuanku barusan sakit, ku harap kau mengerti keadaan, ya."

"Wonu-ieee, jahat sekali kau," ujarnya sambil menunjukkan wajah kesakitan yang sangat dibuat-buat dan malah nampak menjijikan. Dan, aku tidak tahan untuk tidak tertawa melihatnya, "Rasakan, hahaha. Sudah sana, jemput putrimu! Suruh dia kembalikan Mingyu ku."

Jun langsung berdiri tegak dan memasang pose memberi hormat lalu pergi keluar gerbang. Ku gelengkan kepalaku sambil tersenyum kecil melihatnya. Ku lanjutkan jalanku masuk ke dalam sekolah. Yah, aku tidak akan menunggu Mingyu, karena hampir tidak mungkin ia akan menyusulku walaupun sudah ada Jun disana.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan, "Pagi, Wonnie."

Ku tolehkan kepalaku kesamping dan yang kulihat sekarang adalah Jisoo-sunbae yang menyapaku dengan senyuman. "Pagi, sunbae," sapaku kembali.

"Kenapa geleng-geleng kepala? Ada apa dengan Jun?"

"Kapan sih Jun tidak bermasalah, sunbae? Ngomong-ngomong Jisoo-sunbae ternyata kepo deh ya," jawabku sambil memeletkan lidah. Jisoo-sunbae menatapku tak percaya lalu kembali tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.

"Hei, hei, Jisoo-sunbae, berhenti. Berantakan deh nanti rambutku." Kupukul tangannya dan membuatnya sedikit meringis karena memang pukulanku cukup perih, katanya sih.

"Ah, iya, iya, sini kurapikan," balasnya dengan nada setengah mengejek. Aku hanya bisa tertawa melihat wajah Jisoo-sunbae yang memang imut itu dibuat menjadi sok kesal dan kemudian ia juga ikut tertawa. Yah, paling tidak, pagi ini ada Jun dan Jisoo-sunbae yang membuatku cukup terhibur, walaupun sebenarnya yang kuharapkan adalah Mingyu.

.

.

"Mingyu, ayo ke taman. Aku sudah belajar memasak dan sesuai janjiku, kau kubawakan bekal buatanku sendiri, ayo cepat," kataku dengan penuh semangat pada kekasihku yang sedang duduk di bangkunya, tepatnya di belakang bangkuku. Mingyu menoleh lalu mengangguk kecil dan kemudian ia berdiri. Aku pun juga ikut berdiri hendak pergi bersamanya.

"Emm, Mingyu."

Aku dan Mingyu yang baru akan melangkahkan kaki akhirnya berhenti setelah mendengar suara itu. Kami kemudian menolehkan kepala ke arah suara tersebut dan pemilik suara itu adalah si murid baru sekaligus teman sebangkuku, Minghao.

"Sebenarnya begini, setelah sekian lama dilarang masuk dapur, hari ini Mama mengijinkanku memasak dan aku membuatkan bekal untukmu, Wonwoo, dan Jun. Tapi sepertinya Wonwoo sudah membawakanmu bekal ya?" lanjutnya dengan wajah memelas dan itu membuatku kasihan juga.

"Hn, kita makan bersama saja," jawab Mingyu. Aku sedikit kaget, tapi aku sendiri juga merasa iba melihat Minghao. "Apa tak apa, Wonwoo?" tanya Minghao. Aku melirik Mingyu sekilas, dan ternyata ia menatapku balik dan seolah memintaku untuk setuju. Akhirnya, rela tidak rela aku menganggukkan kepalaku, "Ya, tak apa, ayo kita makan berempat."

.

.

Uggh, melihat bekal buatan Minghao aku menjadi minder. Sungguh berbeda bentuknya dengan punyaku, bekalnya nampak sangat enak. Katanya sudah lama tidak masuk dapur, tapi kenapa hasilnya bisa sebagus itu? Haish, atau punyaku saja yang tampak tidak layak? Ah, tapi itu bukan masalah, yang penting aku sudah berusaha membuat bekal untuk Mingyu walaupun sebenarnya aku tidak bisa memasak. Ya, yang penting kan sudah berusaha.

Baru saja Minghao membuka kotak bekalnya, Mingyu sudah mengambil sebuah telur gulung dan memakannya. Minghao menatap Mingyu dengan penuh harap untuk menunggu tanggapannya. "Enak kok," pujinya sambil mengusap kepala Minghao pelan. Arghh, menyebalkan sekali, aku tidak akan kalah!

Segera kubuka bekal buatanku dan menyodorkannya di depan Mingyu, "Ini, Mingyu. Coba telur gulung buatanku." Mingyu yang masih mengunyah makanan itu mulai menyumpit telur gulung dari kotak makanku dan mulai memakannya ketika makanan yang sebelumnya telah terkunyah sampai habis. Satu gigit dan….

"UHUKK, UHHUKK." Mingyu batuk!

Aku, Minghao, dan Jun menjadi panik. Aku segera mencari minuman untuknya, namun Minghao mendahuluiku dan memberikan air dari botol minumnya.

"Kau kenapa, Mingyu?" tanya Minghao. Dan, Mingyu hanya mendengus sambil terbatuk-batuk kecil. Karena bingung, aku mencoba memakan telur gulung buatanku dan hmm, menurutku lumayan enak kok dan tidak ada yang salah.

"Menurutku ini enak kok, manis dan—"

"Ah, itu dia. Mingyu tidak suka makanan manis, Wonwoo," kata Minghao memotong perkataanku. "Hah? Tapi manisnya wajar kok, aku tahu Mingyu tidak suka manis, tapi makanan hambar itu lebih tidak enak tahu," belaku.

"Wonwoo, tetap saja. Bagi Mingyu manis ya tetap manis, dan ia tidak suka itu." Baik, aku mulai kesal mendengar ucapannya. Ia bertindak seolah-olah aku telah meracuni kekasihku sendiri. Sungguh menyebalkan!

"Sudah, Mingyu makan bekal buatanku saja, ya? Makanannya kubuat sedikit asin dan tidak manis kok," kata Minghao lagi. Dan yang membuatku lebih sebal lagi, Mingyu mengangguk dan mulai mengambil makanan dari kotak bekal Minghao.

"Yah, lalu aku harus makan bekalku sendiri, hah?" kataku kesal dan ketus. Mereka bertiga serempak menoleh ke arahku. "Ah, tidak tidak, Won. Aku tidak suka makanan hambar, aku makan saja ya bekalmu?" sahut Jun dengan takut—terlihat dari ekspresi wajahnya. Minghao pun juga memandangku dengan sungkan, sedangkan Mingyu hanya memandangku datar.

Aku mendengus dengan keras dan berdiri dari kursi kemudian menata kotak bekalku dengan kasar. Setelah kotakku tertutup kembali, aku melangkahkan kakiku dengan cepat dari taman, tempat dimana seharusnya aku makan bekal berdua dengan kekasihku.

Sembari berjalan, aku merasakan mataku memanas dan akhirnya air mata ini turun juga. Dasar bodoh! Jadi inilah akhir dari semua usahaku membuatkan bekal. Aku selalu saja kalah dengan Minghao, dasar bodoh. Aku mengusap airmataku dengan kasar, namun airmata ini terus saja mengalir.

Tiba-tiba, ada yang menarik pergelangan tanganku dan mebuatku berhenti berjalan. Ah, itu Mingyu, mungkin ia akan meminta maaf. Aku mencoba berhenti menangis dan menghapus jejak airmataku, "Apa? Kau mau apa?"

Mingyu malah menatapku tajam dan melepaskan pergelangan tanganku lalu berkata, "Kenapa kau bertingkah seperti itu? Kau benar-benar kekanakan!"

Hah? Kenapa ia malah marah?

"Apa maksudmu, Mingyu? Jelaskan bagian mananya yang kekanakan, hah!" balasku dengan suara yang meninggi. Mingyu menggeram pelan lalu menghela napas.

"Kau membuatnya menangis! Padahal maksudnya baik, tapi kau malah berlaku bodoh seperti itu!"

"Oh, jadi ini tentang Minghao lagi ya? Bukan karena kau ingin meminta maaf padaku?"

"Kenapa aku harus minta maaf? Kau! Kau yang harusnya minta maaf pada Minghao karena telah berbicara seperti itu!"

"Tidak! Dia yang tidak tahu diri! Sudah tau kita ini kekasih, masih saja mengganggu! Ia menggunakan wajahnya yang lemah untuk mencari perhatian! Sok sok menangis, padahal dia yang menyebabkan ini semua terjadi! Dasar perempuan ular!"

"Tutup mulutmu! Kau tidak tahu apa-apa tentangnya!" sentak Mingyu. Aku benar-benar kaget dibuatnya. Ia tampak sangat marah, tangannya terkepal seakan ia mau memukulku.

Aku menjadi semakin marah, "Apa? Kau mau memukulku, Mingyu? Pukul saja! Aku bukan Minghao yang lemah, tapi aku juga perempuan, Mingyu. Aku juga bisa sakit hati!"

"Sakit hati? Hanya karena hal tadi?" katanya seolah-olah hal yang dilakukannya adalah hal yang biasa. Aku menggelengkan kepalaku dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya.

"Sudahlah, sulit bicara denganmu. Pikiranmu masih seperti anak-anak," katanya lalu pergi. Tanganku bergetar, badanku pun juga bergetar. Aku sangat marah hingga aku kembali menangis. Aku benci dengan sikapnya yang seperti ini. Aku memang berpikir untuk mengakhiri ini, tapi aku terlalu mencintainya untuk melakukan itu.

Dasar bodoh, ya aku memang bodoh. Aku telah berusaha membencinya, dan terus mencari alasan-alasan untuk putus dengannya, namun hatiku malah menjadi lebih sakit lagi. Semakin aku ingin menghapus dirinya dari hidupku, ia malah menjadi semakin berharga. Aku terjebak di dua pemikiran, antara ingin lepas dari penderitaan ini, atau mempertahankan hubungan yang sudah sangat rapuh ini.

Seandainya, aku bisa melepasnya. Aku terlalu egois, ya, mungkin itulah kesalahanku. Biarlah seperti ini untuk sementara waktu. Biarkan hatiku yang egois ini memilikinya, walau hanya sekedar status saja. Mungkin suatu saat, aku akan rela melepasnya.

.

"When I open my eyes tomorrow and have no memory of you, would I live comfortably?"

.


Mari's note:

Yeayeah! Mari datang dengan bawa remake an dari ff Sasusaku yg Mari buat di akun lama sekitar tahun 2014an yg lalu :D Kali ini Mari bakalan pake anggota SVT buat jadi castnya. Sesuai judul FF ini, setiap chapter dr fict ini terinspirasi dari semua lagu di album pertama Kyuhyun-oppa, At Gwanghwamun. I love ballad so much and that's why Kyuhyun is my bias in Suju until now hehehe :D Dia yg pertama kali narik Mari di dunia Kpop, so he won't be forgotten! Heheh, I talked to much sawrry. Ditunggu reviewnya yaaa :D