Vampire Conflict

Genre : Supernatural/Romance/Mystery

Pair :Len kagamine,Rin Kagamine,Miku Hatsune,Luka Megurine,Gumi

Rating : T

Summary:

Len Kagamine menerima kabar bahwa saudara kembarnya telah menghilang dan dikabarkan meninggal. Tidak terima akan kematian saudaranya,Len mendatangi tempat kejadian. Tapi yang dia temukan jauh di dalam hutan adalah mansion tua yang dihuni oleh 4 gadis cantik. Miku yang Tsundere,Luka si Yandere, Gumi si Kuudere,dan yang lebih mengagetkan,Len bertemu dengan Rin kembali. Anehnya,Rin tidak mengenal Len sama sekali!Argh!Apa yang akan Len lakukan,ketika dia harus hidup bersama ke 4 gadis itu?

Aku percaya dunia tidak hanya ditempati oleh Ras manusia. Ada satu ras yang keberadaannya tersembunyi di dunia ini. Beberapa orang menyangka mereka hanyalah legenda,tapi mereka tidak akan percaya sebelum mereka melihat sendiri dengan mata dan kepala mereka,bahwa Ras ini nyata. Dan Ras itu adalah… Vampir.


Hidupku serasa tak berarti. Sudah 3 bulan aku melewatkan kuliahku yang berakhir dengan diberikannya surat pengeluaran dari kampus. Hidup sendiri di tengah kota yang padat dan mengedepankan gaya hidup. Aku mulai bosan hidup di kota seperti ini. Sebelumnya,aku tinggal di kota ini bersama saudara kembarku dan kedua orang tuaku. Namun,setelah kematian saudara kembarku,keluarga kami seolah tak berbentuk lagi. Orang tuaku meninggalkan kota ini dengan alasan dinas keluar kota,meski mereka tetap memberiku biaya hidup bulanan,namun mereka tidak pernah datang untuk bertemu denganku atau menelepon hanya sekedar untuk menanyakan kabar. Siapa yang tidak akan kesepian? Ditambah lagi,semua temanku mulai menjauhiku,satu per satu hilang dan melupakan seorang bernama Len. Bahkan mungkin mereka lupa bahwa nama Len Kagamine pernah ada di dunia ini.

"Aahhh…. Membosankan." Ucapku sembari merebahkan tubuhku ke sofa. Aku mengarahkan pandanganku ke sebuah pigura yang tergantung di tembok.

"Rin…. Kenapa kamu pergi secepat ini. Membuatku kesepian." Perlahan aku mendekati gambar tersebut,hingga aku dapat melihat lebih jelas lagi senyum Rin yang manis. Sebenarnya,aku sangat rindu padanya. Meski dia sangat cerewet dan mudah marah,tapi hanya dia seorang yang memahami diriku seutuhnya. Mungkin karena kami kembar identik yang lahir dari satu telur dan hanya dibedakan oleh jenis kelamin.

Bicara tentang Rin,aku jadi teringat sesuatu. Ya,aku ingat Rin berpamitan padaku,dia pergi mengikuti acara klub pecinta alam. Ternyata klub pecinta alam lupa mengamati perubahan cuaca di tengah gunung yang dikelilingi oleh hutan. Malam itu,badai memporak-porandakan perkemahan mereka. Semua selamat,hanya satu orang yang dinyatakan hilang. Ya,orang itu adalah saudaraku Rin Kagamine. Selama satu minggu polisi dan warga sekitar mencoba menemukan keberadaan Rin,yang berujung kepada keputusasaan. Dan kami sebagai keluarga-nya harus menerima kenyataan bahwa Rin telah tidak ada lagi di dunia ini. Sewaktu diberi kabar kematian Rin kedua orang tuaku menangis tersedu-sedu,sedangkan aku?Ahh…aku ingat kalau aku hanya terdiam. Hal yang kurasakan saat itu hanya kehampaan seolah-olah sebelah sayapku telah dibawa pergi hingga aku tak bisa terbang hanya dengan satu sayap. Hingga sekarang,aku belum dapat bangkit dari kesedihanku. Akankah ada hari di mana aku dapat bertemu lagi dengan saudaraku?Hmm…kurasa tidak akan ada keajaiban seperti itu. Yang sudah mati tidak dapat kembali lagi menjadi orang yang sama. Setidaknya itulah yang kupercaya. Tapi,benar-kah aku hanya harus duduk disini seperti ini tanpa semangat hidup?Aku harus melakukan sesuatu. Setidaknya aku ingin melihat tempat terakhir saat Rin menghilang. Tempat yang menjadi makam-nya.

Pagi ini sedikit mendung,namun aku bersikap tidak peduli dengan cuaca. Aku sudah membulatkan tekad untuk pergi ke lokasi Rin menghilang. Aku menaiki bus ke arah gunung yang sangat jauh dari kota. Sopir bus yang mengantarku agak khawatir denganku dan sempat menanyakan tujuanku ke gunung ini. Karena gunung ini dianggap angker dan mengerikan. Konon beberapa bulan lalu ditemukan jejak-jejak darah,dan beberapa hewan gunung mati secara misterius. Bahkan pernah terjadi sekali,pada waktu musim dingin dimana hutan terbakar secara tiba-tiba ditengah badai salju. Kalaupun ada orang yang iseng membakar hutan,dia tak mungkin mengantarkan nyawanya sendiri ke tengah badai salju.

"Benar tidak apa-apa nak?" Tanya si Sopir bus dengan raut wajah khawatir.

"Hem!Tenang saja pak. Kalaupun terjadi sesuatu,aku sudah siap untuk mati. Menyusul saudaraku."Aku mengecilkan suaraku saat mengatakan kalimat terakhir. Sopir bus didepanku tampak berat untuk membukakan pintu untukku sesaat setelah sampai di gunung.

"Hati-hati nak. Sayangi dirimu." Katanya setelah aku turun dari bus. Aku hanya membalasnya dengan senyum kecil.

Tak lama setelah bus meninggalkan lokasi,aku mulai berjalan melewati jalan raya yang terbilang cukup sepi. Padahal jalanan ini akan menuju ke sebuah pedesaan. Meski pedesaannya tidak terlalu besar,namun pedesaan ini sering dikunjungi wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara. Salah satu faktor yang menyebabkan desa ini terkenal adalah legenda sekawanan wanita penghisap darah. Ah,tapi aku tidak pernah percaya akan dongeng semacam itu yang hanya digunakan untuk menakuti anak kecil yang tidak mau tidur siang. Akhirnya aku sampai di desa ini. Tapi,keadaan desa ini sangat berbeda dibandingkan setahun yang lalu. Pedesaan yang biasanya ceria dan menyambut dengan hangat para tamu,dapat berubah hanya dalam satu tahun. Kedatanganku disambut dengan tatapan dingin dan bisikan-bisikan yang membuat panas telinga pendengarnya. Aku berhenti di salah satu kedai makanan. Kedai makanan ini memiliki interior yang sangat klasik dan hangat. Hanya disinilah aku dapat bernapas lega.

"Loh?Len kan?" Ucap seorang pria berambut panjang ungu yang diikat kebelakang. Gakupo namanya. Dulu dia adalah teman satu kampusku. Tapi tak sampai empat semester,Gakupo sudah mengundurkan diri dari kampus dengan alasan ekonomi. Sejak setahun lalu dia mulai bekerja di desa ini.

"Hei! Lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?" Tanyaku berbasa-basi. Meski melihat dari wajahnya saja orang sudah tahu kalau dia sehat dan kuat. Apalagi bila melihat otot-ototnya yang terbentuk sempurna.

"Hahaha Tentu saja sehat. Kau bisa melihatnya kan?" katanya sambil meletakkan segelas anggur kepadaku.

"Hehe,tentu saja aku sudah tahu kau selalu sehat. Maksudku,bagaimana keadaan desa ini?"

"Yah… kau bisa lihat sendiri Len. Banyak warga desa sini sudah terpengaruh oleh dongeng kuno itu."

"Maksudmu legenda sekawanan wanita penghisap darah." Gakupo mengangguk.

"Akhir-akhir ini tersebar gosip aneh yang meresahkan warga."Lanjutnya

"Gosip apa?"Gakupo mendekatkan dirinya kepadaku,lalu dia melirik ke kanan dan ke kiri. Setelah aman,dia mulai berbisik dengan pelan di telingaku.

"Tumbal manusia."

Aku terkesiap kaget. Tumbal manusia?Hal yang tabu dilakukan oleh manusia manapun. Hanya orang yang memiliki kekuatan hitam yang berani melakukan hal itu. Meski aku tidak percaya itu.

"Tumbal manusia?"tanyaku

"Benar. Beberapa bulan lalu sudah ada 3 orang yang menjadi korban. Ketiganya memiliki luka aneh di lehernya. Seperti luka bekas digigit oleh….. vampir."

"Huh?Yang benar saja?Gakupo,tidak ada mahkluk bernama vampir. Itu hanya dongeng anak-anak. Dan jangan katakan bahwa kamu mempercayainya?"

Anggukan Gakupo mengagetkanku. Seorang Gakupo yang selalu berpikir dengan logika dan tidak percaya hal-hal mistis sekarang mengaku mempercayai dongeng tua yang tidak bisa dibuktikan kepastiannya.

"Ah!sudahlah,aku tak mau lagi berlama-lama disini. Bisa gila jika aku terus disini." Kataku sambil beranjak dari kursi.

"By the way,Len,kamu mau ke mana?"Tanya gakupo cemas.

"M-mau naik gunung. Ke tempat kejadian saat Rin menghilang." Ternyata benar dugaanku,Gakupo sangat cemas apalagi saat kulihat wajahnya yang memucat.

"A-Apa Len?Ke gunung?Bukankah ada larangan tidak boleh ke sana dari pemerintah."

"Bodoh amat! Aku sudah tidak peduli lagi. Aku hanya ingin mengucapkan salam kepada Rin yang terkubur di dalam hutan sana. Mungkin saja rohnya dapat mendengarku. Setelah itu aku akan pulang." Maaf Gakupo aku berbohong. Sebenarnya aku pun berniat mati di tempat yang sama denga Rin,sudah cukup. Jangan khawatirkan aku.

"Ohh,kalau begitu berhati-hatilah. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Aku akan menunggumu kawan."Ucapnya sambil tersenyum hangat. Selalu seperti itu,sejak dulu Gakupo selalu dapat membuatku hangat dan juga sedih.

"Kamu tidak usah menungguku. Aku akan lama pulangnya. "

Setelah itu aku tak melihat wajahnya lagi. Aku hanya melaju kedepan dan menuju ke dalam hutan. Sebelum masuk ke dalam hutan,aku harus melewati pagar kawat yang dibuat untuk mencegah pendaki menaiki gunung ini. Pagar ini dibuat setelah kejadian menghilangnya Rin. Setelah memasuki hutan,aroma dedaunan dan tanah melintas ke indra penciumanku,ditambah dengan langit yang mendung dan bau hujan yang semakin mendekat. Ah,hari yang sangat buruk untuk mati.

Hutan bagaikan labirin yang besar. Bagaimana tidak,semakin aku berjalan ke dalam,semakin susah aku menemukan jalan. Bagaimana aku bisa menemukan lokasi menghilangnya Rin?Tak lama,mungkin langit sedang berpihak padaku yang akan mati ini. Tiba-tiba saja aku melihat sebuah lapangan kecil di tengah hutan. Ini dia lokasinya. Lokasi yang aku cari,karena disini sudah terdapat batu untuk memperingati menghilangnya Rin Kagamine di hutan ini.

"Ah,ketemu juga. Rin,aku merindukanmu."ucapku sambil duduk didekat batu tersebut. Aku melihat langit yang mulai menjatuhkan tetes-tetes air yang sangat dingin. Sekarang aku akan mati tanpa penyesalan. Aku membiarkan diriku kelaparan dan lemas,dan sepertinya alam mendukukungku. Karena tiba-tiba saja terjadi longsor dan aku ikut terseret ke dalam longsor. Mungkin seperti inilah Rin mati. Batinku. Pandanganku sudah gelap,dan kurasa aku sudah di neraka,kalau saja tidak ada suara merdu yang menyuruhku bangun.

Ne,bangun….Hoi,bertahanlah….

Ah,suaranya merdu. Sepertinya Tuhan memasukkanku ke surga. Terimakasih Tu-

Buak!

"ARGGHHH !" Aku berteriak sekeras mungkin. Oh Tuhan,teganya engkau memukulku. Aku segera membuka mata. Dan aku mendengar bisik-bisik wanita samar.

"Ara-ara… Miku-chan memukulnya keras sekali." Aku melihat gadis cantik berbalut gaun berwarna pink dengan bunga mawar sebagai hiasannya.

"Habis dia tidak bangun-bangun. Mau bagaimana lagi. Cuma itu satu-satunya cara Luka-nee." Ohh,gadis inikah yang memukulku. Hmm…. Cukup cantik sih dengan rambut panjangnya yang diikat dua,namun jadi terkesan kekanak-kanakan.

"Ah,di mana ini?" Tanyaku

"Ara?!Sudah bangun?Maaf atas perbuatan tidak sopan adikku. Namaku Luka Megurine,salam kenal"

Okeh,sekarang mataku sudah terbuka sempurna. Dan sekarang aku ingin percaya kalau mataku tidak membohongiku. Karena mahkluk yang ada di depanku ternyata benar-benar sangat cantik dan anggun. Aku sempat terpesona dengan kecantikannya hingga tidak bisa berkata-kata.

Duak!

"ARGH !" Aku mengerang lagi. Kali ini punggungku telah di tendang oleh mahkluk yang satu ini. Aku menatapnya dengan tatapan ganas.

"Kenapa? Aku hanya ingin mengalihkan pandanganmu dari kakakku yang cantik itu. Jangan pernah kamu memandangnya dengan tatapan mesum begitu. Hentai!"

What?Hentai?Siapa?Aku? HEEEE!

"Heh! Kalau bicara tuh di jaga dong!"

"APA!"

"Berisik!" Ucap salah satu perempuan berambut sebahu yang terlihat asyik mendengarkan musik sambil duduk di kursi . Kalau tadi dia tidak menyela kami,mungkin aku tidak sadar dia ada di sana.

"Sudah-sudah…." Kata Luka melerai kami berdua. Namun entah kenapa aku merasa tidak suka dengan sikap wanita ikat dua ini hingga ingin memberi dia pelajaran.

"HENTIKAN KALIAN BODOH! MAU MATI YA!"

Glek,kulihat wajah Luka yang menyeramkan,matanya yang semula ungu berubah menjadi merah menyala. Kemana Luka yang tadi?Yang suaranya lembut bak malaikat. Aku dan wanita di sampingku ini langsung terdiam.

"Ara?Apa aku menakuti kalian?Maaf ya…" Hah?Dia kembali menjadi Luka yang tadi kukenal.

"A-anu namaku Len Kagamine."Ucapku dengan berani membuka suara.

"Namaku Miku Hatsune. Yang duduk di sana adalah Gumi. Dan satu lagi?Lho? Luka-nee si pendiam itu kemana?"

"Aah, Rin-chan?Mungkin sebentar lagi dia turun."

Apa?Rin?Betapa terkejutnya aku saat melihat sosok mahkluk mungil berambut pirang kekuningan dan memakai pita putih besar di kepalanya turun dari tangga.

"Ah! Itu dia! Rin-chan sudah menemukan obat untuk tamu kita?" Tanya Luka kepada mahkluk yang mirip saudara kembarku ini.

"Sudah."Jawabnya. Suaranya,Suaranya adalah suara saudara kembarku. Betapa kangennya. Tanpa sadar,aku langsung berlari dan memeluknya.

"RIN! RIN! Kau tahu aku sangat rindu padamu!" Aku menatap matanya,berharap dia merasakan hal yang sama padaku. Tapi yang kudapati hanyalah tatapan kosong yang penuh tanya.

"Kamu siapa ya?"

To be continue


Author: Ehem… Terimakasih sudah membaca FF ku yang ke tiga untuk vocaloid. Aku akan lebih berusaha lagi untuk membuat chapter 2 yang lebih mendebarkan. Dukung aku ya dengan komentar dari kalian mengenai FF ini. Terimakasih… ^^