Gw datang bawa cerita baruuu~ maaf ya bagi yang follow gw n bosen dapet notif klo gw update cerita baru *nyengir* #peace

Agak sedih sih, soalnya Dust Grains sedikit yang minat, jadi yaaa gw post cerita baru. Semoga pada suka deh, klo ga suka ya berarti udah nasib gw *nangis di pojokan*

Langsung aja deh, enjoy!

.

.

ADORE

By: Skylar.K

Pair: Kristao

Drama / Romance / Fluff / with little bit of Psychology

Warning: TYPO(S) everywhere!

.

.

.

Mereka bilang Tuhan tidak adil. Dunia ini terlalu kejam. Dan manusia hidup hanya satu kali. Saat keindahan berpadu dengan kehancuran, di sanalah terkadang tersisip sesuatu hal menakjubkan yang tak akan pernah hinggap di kepala kebanyakan orang. Namun sayangnya hal menakjubkan itu sangat rapuh dan ringkih. Bagai lapisan kaca tipis yang dapat kapan saja hancur berkeping-keping ketika tak sengaja kau mencoba untuk menyentuhnya...

.

.

.

But I Know I've never..

Wanted anything so bad

I've never wanted anyone so bad

If I let you love me

Be the one adored

Would you go all the way

Be the one I'm looking for

If i let you love me (If i Say)

Be the one adored (Its O.k)

Would you go all the way (You can Stay)

Be the One I'm looking for

(Adore by: Paramore)

.

.

Tuuut...

Klek

"Wei? Apa kamu membawa kabar bagus untuk Mommy?"

"Mom, ayolah...ini masih pukul 6 pagi, jangan mulai lagi"

"Kamu yang menelpon Mommy sepagi ini, apa ada hal penting lain yang ingin Mommy dengar selain masa bujang mu yang harus segera berakhir, hm?"

"Aku telepon bukan untuk hal itu Mom"

"Lalu apa? Kamu tahu Mommy tidak tertarik dengan topik Dokter ahli kejiwaan"

"Dengarkan aku baik-baik ok?"

"Fine. What is that?"

"...i'm falling in love"

"Omo? My son finnaly fallin' in love? Jinja? Siapa gadis yang sudah beruntung itu?"

"Bukan seorang gadis Mom..."

"Benarkah? Kalau beWHAT!? Are you kidding?"

"No, i'm 1000% serious Mom"

"For a god sake Yifan! Kamu mau membuat Mommy jantungan di pagi hari eoh?"

"Tidak Mom, percayalah. Aku serius. Dia berbeda Mom"

"Apanya yang berbeda? Kalau bukan seorang gadis lalu apa? Kucing? Atau Naga?"

"Panda"

"Mwo? Apa kamu bilang?"

"Panda. Dia seperti Panda Mom"

"Kamu tidak sedang demam kan nak? Apa perlu Mommy suruh Siwon untuk menjengukmu disana?"

"Mom aku serius. Dia berbeda, aku yakin Mommy akan menyukainya jika bertemu dengannya"

"Nak, dengar. Mommy tidak keberatan jika kamu ingin membahas masa lalu Mommy dengan Daddy mu, tapi percayalah, Mommy tidak pernah sekalipun berpikir jika kamu menjadi seperti Daddy"

"Aku tidak sedang membahas masalah kalian. Dan aku juga bukan gay Mom"

"Kalau bukan gay lalu apa sayang? Bukankah tadi kamu bilang jatuh cinta dengan seseorang dan itu bukan wanita?"

"Ya memang, tapi aku bersumpah aku tidak pernah tertarik dengan pria sebelumnya, tidak sampai aku bertemu dengannya"

"Ne? Kamu serius? Kamu yakin benar-benar jatuh cinta?"

"Yes"

"Are you sure?"

"Absolutely Mom, 1000%"

"Apakah dia semenarik itu sampai membuat anak Mommy yang kaku ini jatuh cinta?"

"Dia sangat menarik...dan rapuh"

"Rapuh? Tunggu, jangan bilang kalau dia yang kamu maksut itu adalah pasien mu!"

"Yup, you right Mom"

"Demi semua Naga yang ada di China! Kamu tidak ikut menjadi gila 'kan? Bagaimana mungkin kamu jatuh cinta dengan pasien mu sendiri!? Bagaimana bisa kamu jatuh cinta dengan salah satu pasien mu yang gi"

"Hes not like that Mom. Dia waras"

"Bagaimana mungkin ada pasein orang waras di sana heh?! Kamu ingin main-main dengan Mommy?"

"Tidak Mom, tenanglah dulu. Aku juga tidak segila itu jatuh cinta dengan orang tidak waras! Aku bersumpah dia waras, hanya saja trauma yang membuatnya masuk ke Rumah Sakit ini. Trust me"

"Oh Jesus, nak...kamu membuat Mommy migrain di pagi hari"

"Dia berbeda Mom, special. Dan asal Mommy tahu, keadaannya jauh lebih baik sekarang, dia sudah membaik. Usaha ku selama ini tidak sia-sia"

"Anak Mommy benar-benar jatuh cinta eoh?"

"Ya"

"Kalau begitu ceritakan lebih detail tentangnya"

"Tidak sekarang Mom. Tapi suatu hari nanti Mommy harus melihatnya"

"Kapan itu?"

"Aku juga tidak tahu. Aku harus memastikan jika dia sudah benar-benar baik-baik saja"

"Ok then, i trust you. But remember, jangan melakukan sesuatu yang bisa mengancam karir mu. Cukup sudah kamu membuat Mommy pingsan ketika kamu memutuskan untuk mengambil study ahli kejiwaan"

"Ya, aku tahu. Love you Mom"

"I love you more my son. Please take care with your job"

"Yeah, thank you Mom"

Tuuut...

Klek

Senyuman tipis tersemat di bibir tebal milik pria tinggi yang berdiri di ambang pintu sebuah kamar. Sisi tubuh kanannya ia sandarkan pada kusein pintu, dengan tangan kanan menggenggam telepon paralel, tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana depannya. Sepasang iris tajamnya menatap lurus pada sebuah gundukan besar diatas tempat tidur empuk di dalam kamar tersebut.

Gundukan itu bergerak-gerak, memberikan aksen lucu karena selimut tebal yang membungkus. Pria tinggi itupun mengarahkan kaki panjangnya masuk, melangkah nyaris tanpa suara mendekati tempat tidur. Sebelumnya meletakkan telepon paralel diatas meja stand night kecil di sisi kanan tempat tidur, lalu duduk di pinggiran ranjang.

Tangannya terjulur menyentuh satu kepala bersurai platina yang menyembul di balik gundukan itu, mengusapnya perlahan, dan semakin membuat gundukan besar itu bergerak-gerak. Ia tidak bisa menahan senyumnya saat kepala yang menyembul itu menoleh padanya, dengan sepasang mata yang enggan terbuka, ia pun menundukkan kepalanya, menyentuhkan dahinya ke dahi pemilik kepala itu. Surai lembut platina keduanya pun saling menyapa.

"Ini sudah waktunya untuk bangun. Katamu ingin bermain salju di luar 'kan?" suara beratnya yang angkuh terdengar lembut dan hangat.

Pemilik kepala itu mengerjap-ngerjapkan matanya lucu, belum terbiasa dengan bias cahaya yang menusuk pupil matanya.

"Apakah salju nya turun ge?" suara parau khas bangun tidur. Terdengar lucu dan menggemaskan.

"Lihatlah sendiri" pria yang di panggil 'ge' itu menjauhkan dahinya, tak bisa berhenti tersenyum melihat ekspresi bangun tidur si surai platina yang menggemaskan di matanya.

Seorang pemuda yang lebih muda darinya itu meloloskan diri dari gundukan selimut yang di ciptakannya dengan berguling-guling, lalu merenggangkan sedikit otot tubuhnya yang kaku. Ia pun bangkit duduk, mengucek mata yang masih terasa lengket, dan tak lupa membalas senyum si pria yang tak henti memperhatikannya.

Pemuda bersurai platina itu menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur, memakai slipper berbentuk kepala Panda, dan dengan piyama berwarna biru yang kusut ia berjalan kearah jendela kamar yang masih tertutup tirai berwarna salem. Tangannya terulur menyentuh tirai itu, dan jemari lentiknya menggenggam kain tersebut lalu menyibaknya.

Embun pagi hari memenuhi kaca jendela kamarnya, dengan hamparan putih yang terpampang cantik diluar sana. Sepasang mata berkantung itupun terbuka lebih lebar, bibir uniknya yang kemerahan menyeringai lugu melihat pemandangan salju di depan matanya.

"Salju!" pekiknya senang.

Pria yang berdiri di pinggiran tempat tidur pun bangkit berdiri, mendekati si pemuda dengan tubuh tinggi semampai yang terpukau di depan jendela. Ia menempatkan diri di samping kanan pemuda itu, mengamati ekspresinya yang tak pernah membuatnya bosan.

Wajah itu kini tak lagi pucat, tak lagi di rundung rasa takut yang terpancar di sepasang Onyx nya. Wajahnya yang manis dan cantik di saat yang bersamaan itu berbinar memandang pemandangan diluar jendela kamar. Bibirnya yang unik berwarna segar, di gigit-gigit kecil tampak tak sabar untuk segera berlari keluar.

"Mandilah dulu dengan air hangat, setelah itu sarapan dan minum obat" kata si pria tinggi. Mengarahkan tangan kearah pundak si pemuda, namun dengan cepat di sadarinya, dan akhirnya tangannya mendarat di puncak kepala pemuda itu. Membuat si pemilik menoleh, lalu mengangguk dengan semangat.

"Xie xie gege~" ucapnya suka cita, memamerkan senyum termanisnya pada si pria tampan yang balas tersenyum. Kemudian mendaratkan sebuah kecupan kecil di puncak kepala.

Pemuda bersurai platina itu tertawa kecil akan perlakuan si pria. Menatap si pria dengan wajah berseri dan senyum yang tak lepas dari bibirnya, kemudian mengalihkan tatapannya, kembali memandang keluar jendela.

Awal musim dingin yang hangat. Udara dingin yang mengawali hari, tidaklah selalu buruk dan menyebalkan.

"Jangan lupa minum obat mu, ne?"

"Uhm. Pasti akan aku minum ge"

"Good boy~"

TBC or Delete?

Chapter selanjutnya adalah flashback sebelum situasi di prolog ini. Jadi bisa di bilang cerita ini dibuat dengan mode flashback, semoga ga bingung ya :D itupun klo ada yang minat -_-)v