THE RED DEVILS
by
Nawaki Riji
Naruto © Masashi Kishimoto
Typo bertebaran, OOC-nes, Diksi nyeleneh(?), dll.
My First fanfiction
Sakura POV
Saat itu adalah awal musim panas. Aku masih menduduki bangku SMA, dua semester lagi aku lulus. Namaku Haruno Sakura, XII-IPA. Ayah dan Ibuku, Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki meninggal dalam kecelakaan tunggal saat dinas di luar kota. Aku memiliki seorang kakak laki-laki yang saat ini memimpin Haruno Corp, menggantikan ayahku yang meninggal. Haruno Sasori, itu nama kakakku. Walaupun umurnya enam tahun diatasku wajahnya masih sama imutnya dengan bayi, tapi tentu saja lebih imut aku.
Aku tinggal di sebuah apartemen sederhana, letaknya agak pinggiran namun jaraknya cukup dekat dengan sekolah. Aku memang sengaja memilih apartemen yang sederhana, yah walaupun uang yang diberikan kakakku lebih dari cukup untuk membeli apartemen elit dan aku tinggal sendirian karena kakakku tinggal di Suna. Selain itu, aku bekerja part time di sebuah toko roti, Harvest Bakery. Selain untuk mencari pengalaman lebih, bekerja part time juga mengisi waktu luangku.
"Saki, tolong antarkan ini ke alamat ini ya." katanya sambil menyerahkan sekotak Red Velvet Cake.
"Yah, baiklah Pig. " Pig alias Ino Yamanaka, sahabat karibku yang juga bekerja part time. Keluarganya juga termasuk keluarga kaya, tapi ya alasannya bekerja sama denganku. Walaupun sempat ditentang kedua orang tuanya.
'Lagi-lagi Red Velvet dengan alamat yang sama pula. Sepertinya gemar sekali dengan cake ini' batinku seraya melajukan motorku, menembus ramainya jalan.
Uchiha Distrik, 66, Blok C.
Ya, aku tahu alamat itu. Rumah milik keluarga Uchiha, sebenarnya aku juga memiliki rumah keluarga tapi itu di Suna. Keluarga Uchiha juga merupakan salah satu keluarga kaya, pemilik Uchiha Corp yang mengambil peranan penting pada perekonomian Konoha.
Rumah ini juga merupakan rumah salah satu temanku atau musuhku disekolah. Ya, kami selalu bersaing memperebutkan peringkat pertama di Sekolah, tapi di luar itu semua kami teman. Uchiha Sasuke, putra bungsu dari Fugaku Uchiha dan Mikoto Uchiha, adik dari Itachi Uchiha.
Aku mengenal Sasuke sejak kelas satu SMA, belum lama memang. Rambutnya berwarna biru kehitaman dan di bagian belakangnya mencuat seperti bokong ayam dan tubuhnya memang atletis, tak heran banyak yang menyukainya. Tapi, bukan aku tentunya. Kepribadiannya sangat dingin dan juga irit bicara, tapi itulah yang menjadi daya tariknya selain otak jeniusnya itu.
Bagiku anak penyuka tomat dan berambut ayam itu sangat menyebalkan. Dia selalu berhasil mengalahkanku hampir di semua bidang. Tapi sebenarnya dibalik sikap cuek bebeknya, Sasuke adalah pribadi yang hangat dan itu semua hanya ditunjukkan di depan keluarganya dan juga sahabat-sahabat karibnya. Salah satunya Namikaze Naruto yang juga merupakan keluarga kalangan atas, pemilik Namikaze Corp. Mempunyai rambut pirang jabirk dan sifat yang luar biasa aktif dan selalu ceria, berbanding terbalik dengan Sasuke si Ayam.
Ah, ini dia rumahnya. Kumatikan motorku setelah sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi. Gerbang rumah Keluarganya Sasuke. Sebenarnya aku masih heran, siapa yang suka memesan Red Velvet di keluarga ini. Yang kutahu, Keluarga Sasuke yang menyukai makanan manis hanya Bibi Mikoto dan Itachi-nii, tapi Itachi-nii sedang berada di Suna dan Bibi Mikoto sedang menemani Paman Fugaku dinas di luar negri. Apa mungkin pelayan yang memesan ini? Tapi kenapa hampir setiap hari dalam bulan ini dan cake ini biasanya di pesan keluarga kaya karena harganya yang cukup tinggi, jadi tidak mungkin jika pelayan yang membelinya.
Tingtong..Tingtong...
Kutekan bel rumah beberapa kali, sebelum salah satu pelayan membuka gerbang disebelah gerbang utama yang ukurannya sebesar pintu. Segera saja aku menyerahkan Red Velvet Cake itu dan kembali ke Toko setelah pelayan itu memberika beberapa lembar uang.
Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di Toko. Kali ini aku melanjukan motorku lebih cepat.
"Ne, Saki cepatlah masuk. Sebentar lagi akan banyak pengunjung, kita harus bersiap-siap" sambut Ino di depan pintu Toko.
Di sore hari saat musim panas memang banyak orang datang untuk menikmati hidangan yang menyegarkan dan juga dingin. Sekedar berkumpul bersama keluarga sembari memakan berbagai macam hidangan roti dan cake atau berkumpul dengan teman-teman sebelum liburan musim panas dimulai.
Ting...
"Selamat datang, mau pesan apa?" sambutku sembari memilihkan tempat duduk bagi sepasang keluarga dan juga seorang anak kecil digendongan ibunya. Kadang melihat keluarga-keluarga berkumpul di sini membuatku rindu pada ayah dan ibu, dulu sebelum ayah dan ibu meninggal kami sering menghabiskan waktu sore dengan berkumpul di toko roti dan memesan pancake.
"Sayang, mau pesan apa? Cup Cake Vanila ya." kata Sang Ibu sambil mengelus penuh sayang anak perempuannya. Setelah mencatat pesannya, aku segera ke pantry untuk menyerahkan pesanan ini. Semakin sore, semakin banyak yang datang. Biasanya aku pulang setelah jam tujuh malam.
SKIP TIME
Ah, akhirnya aku sampai di rumah. Setelah membersihkan diri aku segera menyiapkan makan malam untuk diriku sendiri dan juga Ino, karena kita sepakat satu apartemen.
"Ne, Saki. Selama liburan musim panas kau akan ke Suna?" tanya Ino sembari menata beberapa makanan di meja makan.
"Yah, mungkin. Kenapa memang? Kau mau ikut?" jawabku sekenanya dan segera mengambil posisi untuk menyantab makanan di depanku. Perutku sudah cukup lapar setelah melayani banyak pelanggan di Toko.
"Hmm, tidak. Hanya bertanya. Mari makan!" kata Ino yang kemudian mengambil beberapa potong lauk dengan sumpitnya.
"Yah, selamat menikmati." ucapku, setelah itu kami makan dengan tenang tanpa suara.
Setelah membantu Ino merapikan perkakas yang digunakan untuk makan. Kami mengobrol di kamar sambil mengerjakan tugas.
"Saki, kapan kau punya pacar?" goda Ino di sela-sela aku mengerjakan tugasku. Rupanya dia sudah selesai.
"Entahlah, aku belum menemukan yang cocok untukku. Kau bagaimana dengan pacarmu itu?" jawabku.
"Sai? Tentu saja hubungan kami sangat sangat baik. Eh, Saki bagaimana dengan Sasuke? Kau cukup dekat dengannya apalagi kalian sama-sama jomblo. Bahkan Naruto yang super duper berisik itu juga sudah punya Hinata, masak kau kalah sih?" balas Ino panjang lebar.
"Huh, tidak mau. Enak saja! Aku tidak mau dengan Ayam itu. Mau jadi apa dunia ini? Lagipula, bisa si Hinata jadian dengan Duren berjalan itu?" tanyaku sembari tertawa.
"Huh, namanya juga cinta. Aku tidur duluan ya dan jangan tidur terlalu larut!" Kata Ino, sembari memposisikan diri untuk mengarungi alam bawah sadarnya.
Segera saja, aku menyelesaikan tugasku, aku juga sangat ingin menyusul Ino mengarungi alam mimpinya. Hari ini cukup melelahkan bagiku.
Baru saja aku membaringkan tubuku di atas kasur soft pink milikku, jika saja tidak ada dering ponsel flipku yang menggema di seluruh kamar.
Sasori-nii is Calling
Begitulah yang tertera pada layar ponselku, segera saja aku menekan tombol untuk menjawabnya.
"Hallo adiiku tercintaa... Apa kau sudah tidur?" tanyanya diseberang.
"Hallo Nii-chan, aku rindu sekali padamu. Ada apa menelpon malam-malam? Aku baru saja ingin tidur" jawabku dengan nada kesal. Tentu saja aku hanya berpura-pura, sudah seminggu ini Sasori-nii tidak menghubungiku. Aku senang sekali.
"Hehe, iya maaf. Nanti kalau marah jidatnya tambah lebar, lho? Hahaha" sekarang terdengar oleh telingaku suara gelak tawa kakakku. Hah, aku jadi rindu.
"Kau bilang apa barusan?" tannyaku, pura-pura tidak mendengar omongannya.
"Tidak-tidak, aku tidak bilang apa-apa. Begini, liburan musim panas kau tidak usah menyusulku ke sini. Aku akan ke Konoha saja, kau setuju?" tawarnya
"Ku kira ada apa! Terserah saja, yang penting aku ketemu sama Sasori-nii. Huhuhu, kangen banget" kataku sambil memeluk ponselku sendiri.
"Haha, iya aku juga rindu sekali padamu adik jidat lebarku. Ya sudah tidur sana. Mimpi indah, Saku-chan" katanya dengan nada masih mengejekku.
"Iya iya, Nii-chan juga mimpi yang indah ya." Balasku. Ah, setelah ini aku benar-benar akan tidur. Baru beberapa langkah aku pergi, ponselku berdering lagi. Kali ini tidak tertera nama di layar ponselku. Nomer asing, siapa ya? Segera saja ku angkat walaupun sedikit kesal tapi juga penasaran.
"Malam. Siapa ini?" tanyaku ramah. Tapi tidak ada jawaban.
"Hallo? Siapa disana?" kataku lagi dan lagi. Tapi masih tidak ada jawaban sama sekali, sambungan teleponnya pun masih tersambung. Dengan kesal kumatikan saja dan segera melangkah untuk tidur, sebelumnya sudah ku silent terlebih dahulu ponsel kesayanganku itu, agar tidak ada yang menggangguku.
End Of Sakura POV
Citt...citt...
Pagi yang cerah menerpa Konoha di musim panas ini. Seorang gadis muda berambut merah muda, menggeliat tak nyaman saat sinar matahari menerobos masuk. Sementara itu, sesosok gadis blode berkutat dengan peralatan dapur untuk menyiapkan sarapan. Menatanya dengan rapi dan bergegas membangunkan sahabat pink-nya.
"Jidat! Bagun dong, ini udah pagi. Ntar kita kesiangan gimana coba?" katanya sembari menepuk-nepuk wajah seorang yang dipanggilnya Jidat.
"Iya iya, bawel ah." Segera saja gadis yang dipanggil jidat itu bersiap-siap dan mengikuti langkah orang yang membangunkannya tadi untuk sarapan.
"Yee, dibangunin malah ngatain aku bawel. Saki, ntar aku gak masuk kerja. Aku disuruh pulang, katanya ada pertemuan keluarga jadinya aku harus ikut." Kata Ino.
"Ya, gapapa. Ayo berangkat" kataku sembari menyambar ponsel flibku.
69 missed call
"Hah, banyak banget. Nomernya sama lagi! Yang tadi malam" teriakku tanpa sadar.
"Apaan sih? Pagi-pagi udah ribut aja. Ayo cepetan" kata Ino sambil menggeret sahabat karibnya.
SKIP TIME
Konoha High School sudah ramai pagi ini. Tentu saja, lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Wajar kalau setiap sudut sekolah telah ramai, seperti yang kita lihat di Kelas A XII-IPA ini. Ada yang bermain pesawat terbang dari kertas, menyalin PR, mengobrol dan menggosip, tidur bahkan berteriak-teriak. Benar-benar seperti pasar pagi.
"Selamat pagi semua!" kata Ino dan Sakura bebarengan di depan pintu kelas.
"Pagi Sakura-chan. Semangat sekali ya?" balas Naruto sembari tersenyum dengan lebarnya. Membuat gadis disampingnya yang telah menjabat sebagai kekasih pemuda blode itu memerah tak karuan.
"Eh, kau kenapa Hinata-chan?" tanyanya gelagapan saat mendapati wajah kekasihnya yang sangat merah. Sedangkan Sakura dan Ino segera melangkahkah kakinya menuju pojok kelas, di belakang bangku mereka. Sasuke Uchiha sang pangeran sekolah dengan earphone di kedua telingannya. Mata elangnya dengan setia menatap pemandangan diluar kelas, tak peduli dengan keributan yang terjadi di kelasnya.
Segera saja Ino bergabung dengan kerumunan murid putri yang menggosip. Sedangkan Sakura, segera memutar tubuhnya kebelakang menghadap Sasuke Uchiha dengan senyum manis yang terpatri di wajah ayunya.
"Hn, apa apa Jidat?" tanya Sasuke setelah bisa mengendalikan perasaannya yang sempat melambung karena terpana dengan senyum cantik musuhnya ini.
"Nanti pembagian nilai ulangan matematika. Kita taruhan oke?" tawar Sakura sembari menyeringai.
"Hn, yang kalah menjadi asisten selama seminggu?" tampaknya pemuda ini tertarik dengan penawarannya.
"Ok, deal." tanpa syarat, tanpa berpikir Sakura segera saja menyetujuinya.
"Selamat Pagi, anak-anak. Kita mulai pelajaran hari ini dengan Bahasa Jepang karena Pak Hatake sedang ada urusan. Jadi, saya dan Pak Hatake bersepakat menukar jam pelajaran. Keluarkan buku kalian" kata Kurenai, guru bahasa Jepang.
Seketika itu , terdengar sorakan gembira kelas ini dan tentunya sorakan kekecewaan dari Sakura Haruno.
'Ck, padahal baru saja aku akan menang.' bantinnya kesal.
SKIP TIME
"Baiklah, untuk tugas minggu ini adalah tugas kelompok. Pembagian kelompok bisa kalian lihat di papan pengumuman. Selamat siang" kata guru bahasa Jepang itu, kemudian melangkah keluar karena sekarang jam istirahat.
Kringg...Kringg...
Bel istirahat pun berbunyi, murid-murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang lapar atau pun sekedar bertemu pacar.
"Jidat, ke kantin yuk? Sekalian lihat pengumuman." ajak Ino.
"Ya baiklah" jawab Sakura sembari berjalan menuju papan pengumuman yang searah dengan kantin.
"Sayang Sai-kun tidak sekolah di sini. Kalau saja sekolah disini, pasti kita akan sekelas dan sekelompok" keluh Ino sepanjang jalan, saat melihat beberapa pasangan berjalan bersama sambil tertawa riang.
"APA? AKU SEKELOMPOK DENGAN AYAM!" teriakan Sakura menggema di seluruh koridor sekolah saat mendapati namanya dan nama musuhnya itu dalam satu kelompok.
"Apaan sih?" tanya Ino jengkel. Beberapa pasang mata yang tadinya melihat ke arah Sakura kini membubarkan diri, melanjutkan aktivitas masing-masing.
"Hmm, tapi ini peluang yang bagus. Aku bisa suruh Ayam mengerjakan semua tugas kelompok ini, aku kan pemenang dalam taruhan!" gumam Sakura.
"Wah, aku sekelompok sama Hinata nih! Kamu beruntung sekali Jidat, bisa sekelompok dengan Sasuke. Banyak yang antri tuh? Haha" ledek Ino.
"Diamlah Pig! Kita makan saja di Kantin." kata Sakura.
"Kenapa tidak ada tempat sih? Mau makan dimana nih, Pig?" tanya Sakura setelah mereka sampai di Kantin. Di tangannya tergengam sebungkus roti dan jus strawberry.
"Kita bergabung saja dengan Hinata dan teman-teman pacarnya itu. Lagipula kita sudah lama tidak makan dengan Hinata semenjak mereka berpacaran. Ayo Jidat" jawab Ino sembari melenggang pergi.
"Hai! Boleh kami bergabung?" tanya Ino setelah mereka sampai di tempat teman-teman Naruto. Terdapat dua kursi kosong di meja bundar yang mereka pakai.
"Tentu saja Ino-chan. Hinata-chan pasti senang sekali kalian bisa bergabung hehe" jawab Naruto berserta cengirannya. Langsung saja Ino menempati kursi di sebelah Hinata dan mau tidak mau Sakura duduk di antara Ino dan Sasuke yang mengenakan earphone dan buku ditangannya.
'Daripada tak dapat tempat duduk' pikir Sakura.
"Emm Sakura-chan, Ino-chan maaf ya. Seminggu ini aku tidak bisa makan bersama kalian" kata Hinata malu-malu.
"Tak apa Hinata, kami juga tahu mempunyai pacar seberisik dia itu menyusahkan," kata Sakura sembari tersenyum mengejek ke arah Naruto. Sedangkan Naruto hanya memperlihatkan cengirannya dan Ino mendengus sembari memulai acara makannya.
"Hn, masih mending Dobe punya pacar. Daripada kau? Mana ada cowok yang berani mendekati lapangan bandara sepertimu?" kata Sasuke.
"Ck, mengaca dulu dong! Memangnya kau sudah punya pacar?" ceplos Sakura.
"Sudahlah, kalian kan sesama jomblo. Mending pacaran saja, benar tidak Hinata-chan? Hahaha" kata Naruto disertai derai tawa yang juga diikuti Ino.
"Ck, tidak akan" jawab Sasuke dan Sakura kompak, bersamaan.
"Tuh kan, kalian kompak lho!" kata Ino menimpali.
"Iya benar itu Sakura-chan." balas Hinata menyetujui pernyataan Ino.
"Hinata, kenapa jadi mendukung mereka sih?" gerutu Sakura.
Dan makan siang di kantin itu berakhir dengan tawa berderai Naruto, Hinata dan Ino yang menggoda Sasuke dan pun berusaha melawan kata-kata ketiga temannya itu, tanpa bantuan Sasuke yang stay cool.
"Baiklah anak-anak. Akan saya bagikan hasil ulangan yang kemarin" kata Hatake Kakashi. Guru aljabar yang selalu memakai cadar di wajahnya. Sementara Pak Hatake mulai membaca dan membagikan kertas ulangan itu, Sakura menyeringai senang saat mendapati nilainya hampir sempurna.
"Sakura Haruno, 99" kata Guru itu. Setelah Sakura menerima kertas ulangannya dan beranjak menuju bangkunya.
"Kau kalah Ayam!" katanya sebelum duduk dibangkunya.
"Dan nilai tertinggi ulangan kali ini. Sasuke Uchiha, kau mendapat nilai sempurna! " terdengar riuh tepuk tangan dari penghuni kelas ini. Sedangkan Sakura hanya melongo ditempat, dirinya kalah lagi dengan Ayam itu.
"Tepati janjimu sepulang sekolah Jidat!" kata Sasuke penuh kemenangan.
'Ck, sialan' batin Sakura. Menjadi asisten Ayam selama seminggu? Oh No.
"Heh Jidat, lama sekali kau!" kata Sasuke di depan pintu gerbang sekolah dengan motor sport hitam miliknya. Hadiah ulang tahun ke tujuh belas dari kakaknya.
"Ck, tadi aku ada piket dan jangan memanggilku Jidat. Hanya Ino yang boleh!" bentaknya marah sambil melempar tas selempang Sasuke yang dibawanya dengan terpaksa. Karena mulai detik ini dia akan menjadi asisten dari bungsu Uchiha itu, selama seminggu.
"Naik, kita ke rumahku. Mengerjakan tugas merepotkan itu." Paksa Sasuke.
"Tidak mau! Aku harus bekerja, bodoh!" ketus Sakura.
"Heh, tidak bekerja sehari tidak akan membuatmu di pecat Jidat. Cepat naik atau kau yang akan mengerjakan tugas kelompok itu sendirian." Ancam Sasuke.
"Ck, baiklah. Sebentar." Jawab Sakura singkat. Setelah mengirim pesan untuk meminta izin tidak bekerja hari ini, Sakura segera naik ke motor Sasuke.
"Pegangan Jidat!" bentak Sasuke tak sabaran.
"Pegangan apa?" tanya Sakura polos.
"Ck, terserah kau sajalah." segera saja Sasuke menancap gas. Dengan reflek Sakura berpegangan pada Sasuke dengan melingkarkan kedua tangannya di punggung tegap musuhnya. Seperti memeluk dari belakang.
"Kyaa.. Ayam kau mau membunuhku ya! Pelankan motonya." Teriak Sakura disela-sela acara ngebut Sasuke.
Setelah beradu dengan maut. Tibalah mereka di depan rumah Sasuke Uchiha. Masion yang selalu menjadi tujuan Sakura saat mengantarkan sekotak Red Velvet.
"Ngomong-ngomong Ayam. Itachi-nii dan Bibi Mikoto sudah pulang ya?" tanya Sakura. Berusaha mencari tahu siapa pemesan sekotak cake yang dijuluki The Red Devils Cake itu. Rasa penasarannya begitu membuncah.
"Hn, belum. Ayo masuk" kata Sasuke mempersilahkan Sakura masuk ke dalam rumahnya yang mewah itu, tapi bukan mepet sawah tentunya.
Sakura sudah tidak terkagum-kagum seperti saat pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di rumah Sasuke. Arsitekturnya yang berkelas juga setiap sudut rumah yang dihiasi guci-guci koleksi Bibi Mikoto, juga tangga melayang kesukaan Sakura. Rumahnya di Suna juga memiliki tangga melayang seperti itu.
"Ne, Ayam. Siapa yang suka memesan Red Velvet di rumah ini?" tanya Sakura sembari berbaring di sofa merah, ruang keluarga Sasuke.
TBC
InsyaAllah aku akan melanjutkan ceritanya. Ide ini murni muncul dari otak saya. Mungkin masih banyak kesalahan penulisan dan diksi yang kurang tepat. So, mohon bantuannya ya? Kawan-kawanku yang cantik dan ganteng sesama author :D
Arigatou yang sudah review dan membaca cerita ini Laff youuuu {}
