WARNING:
Typo bertebaran tanpa bisa dicegah :)
Selamat membaca
Missing Her Sister
.
.
.
Siang hari waktu Konoha
Sarada berlari cepat mengelilingi sisi barat Konoha. Dibelakangnya Chouchou menyusul sambil terengah-engah.
"Hei, Ya ampun, kenapa harus sepanik itu sih?" teriak Chouchou sambil memperlambat jejak kakinya.
Sarada menoleh cepat sambil mendecakkan lidah tak sabar.
"Ayolah, ini sudah dua jam berlalu dan kita belum juga menemukan Hima-chan", sungut Sarada sambil menarik paksa Chouchou yang diam-diam hendak mengeluarkan cemilannya.
"Bisa saja Himawari sudah ditemukan oleh Boruto dan Inojin. Kita tak tau kan? Lagipula seperti katamu, ini sudah dua jam berlalu", Chouchou mendebat Sarada. "Barangkali Himawari sudah pulang lebih dulu".
"Itu jelas tidak mungkin kan?", elak Sarada. "Kau tau Himawari benci sendirian di rumah. Nanadaime dan Hinata basan kan sedang ke Suna. Aku yakin Inojin tidak sebodoh itu membiarkan kita mencari Himawari jika mereka sudah menemukannya. Iya pasti akan menggunakan salah satu lukisannya untuk mengabari kita".
"Uh, kau masuk akal Sarada-chan", keluh Chouchou yang kini kembali memaksakan kaki-kakinya berlari mengekori Sarada.
.
.
.
Disisi Konoha yang lain Boruto tengah berbaring dibawah pohon bersama dengan Inojin. Mereka bukannya bersantai-santai. Tapi mereka sangat kelelahan setelah mengelilingi sebagian besar daerah Konoha dan bertanya sana-sini pada warga Konoha. Apalagi saat ini kedua orang tuanya tidak ada. Rasa cemas dan ketekutan membuatnya dua kali lebih lelah.
Ah, entah kemana sosok gadis kecil berusia 12 tahun itu pergi. Padahal harusnya hari ini mereka semua bisa bermain bersama karena Tim Tujuh dan Tim Delapan sedang tidak ada misi. Dasar adiknya memang seenaknya saja menghilang tiba-tiba.
"Oh, aku ragu jika kau mengira adikmu itu diculik ", gumam Inojin.
"Itu bisa saja terjadi, Datebassa!",gerutu Boruto. "Tousan dan Kaasan sedang tidak berada di desa. Sedangkan guru Sasuke juga ikut bersama mereka. Ah, ini pasti kesempatan emas para penculik itu untuk balas dendam".
"Eh? Balas dendam?", Inojin menelengkan kepalanya berharap bisa memahami kata-kata Boruto.
"Ayahku seorang Hokage, tebassa! Pasti banyak sekali Shinobi yang ingin melawannya", keluh Boruto.
"Ah, tenang saja. Kita pasti bisa menemukannya. Aku pasti akan membantumu. Kita sudah meminta bantuan pada penduduk desa kan? Mereka pasti akan mengabari kita jika kita menemukan Himawari", Inojin menepuk pundak sahabatnya dengan semangat.
"Yosh, kita kumpulkan teman-teman. Kita cari Himawari bersama-sama",
"Apa? Himawari hilang?", pekik Mirai terkejut. Gadis itu menatap Sarada dan Chouchou bergantian.
"Iya, Senpai", Sarada menganggukkan kepalanya.
Mirai dan Mitsuki baru saja memasuki gerbang Konoha ketika matanya menangkap bayangan Sarada dan Chouchou yang berlari tak jauh dari sana. Mitsuki yang notabene salah satu anggota tim tujuh segera melesat menghampiri Sarada.
"Apa Nanadaime tau?", Tanya Mitsuki ikut berlari mengekori Sarada.
"Tidak, tidak ada Shinobi lain yang tau kecuali kita, Boruto dan Inojin", jelas Sarada."Jika Nanadaime tau….".
"Itu pasti buruk sekali", potong Mirai cepat.
"Ya sudah, kita lanjutkan pencariannya", ujar Mitsuki yang sekarang memimpin pencarian.
.
.
.
Burung tinta itu melesat mengelilingi desa. Inojin menggandakan jumlahnya setelah teman-temannya yang lain bersedia ikut serta dalam pencarian Himawari. Arak-arakkan itu berhenti tepat diatas bukit tempat wajah para hokage terpahat tegas.
Boruto turun lebih duu dan segera menghampiri rombongan Sarada yang kini beristirahat diatas bukit.
"Kalian sudah menemukannya?", Tanya Boruto sambil menatap rombongan Sarada bergantian. "Ah, Mitsuki, kau sudah pilang rupanya. Dan Mirai senpai? Kau juga ikut membantu?".
"Ya, kami ikut serta dalam misi pencarian Himawari", jawab Mitsuki disertai anggukan kepala.
"Kurasa kau sudah menambah anggota pencarian juga", sindir Sarada menatap tajam gadis berambut merah yang kini berdiri disamping Boruto sambil melemparkan tatapan memuja.
"Ah, iya. Kurasa kalau jumlah yang mencari semakin banyak akan semakin baik", sahut Inojin mendahului Boruto yang kini sedang menatapnya sebal.
"Mana Shikadai?", Tanya Chouchou mengabaikan tatapan sebal Sarada pada Boruto dan tatapan sadis Boruto pada Inojin.
"Ah, bibi Temari bilang ia belum pulang sejak tadi pagi", jawab Inojin datar.
"Apa mungkin ia juga diculik?", gumam Mirai sambil menerawang.
"Atau sedang tidur diatas bukit atau didalam hutan", timpal yang lain.
"Ah sudahlah. Kita fokuskan mencari Himawari terlebih dahulu. Baru kita khawatirka sahabat Nara kita setelah Himawari kita temukan", putus Boruto.
.
.
.
.
Di tempat lain di dalam hutan Nara yang penuh Rusa.
"Ah, Shika-kun, mereka mau memakannya", pekik Himawari riang sambil menampilkan cengiran khasnya
"Hei-hei, jangan dekatkan tanganmu, Hima-chan. Mereka bisa saja menggigitmu", Shikadai berjalan gusar mendekati gadis yang baru saja menjadi kekasihnya itu. Tangannya menarik lengan Himawari menjauhi kerumunan Rusa yang mulai manja dengan suapan rumput dari tangan kecil Himawari.
"Ayolah, apa kau tak lelah dari tadi bermain bersama mereka", tegur Shikadai sambil membuang muka
"Uhm, bukankah Shika-kun yang menyuruhku mencoba memberi makan mereka?", pertanyaan polos Himawari membuat pria berusia 15 tahun itu tersenyum kecil.
"Mencoba memberi makan mereka Himawari, bukan selalu bersama mereka terus. Lalu untuk apa aku disini jika kau mengacuhkanku", gerutu Shikadai sambil kembali membuang muka menyembunyikan rona merah yang kini mendominasi wajahnya.
"Uh, Shika-kun", ujar Himawari malu sambil mencubit lengan Shikadai. Yang dicubit kini cengar-cengir merasa puas karena melihat rona merah juga mejalari wajah kekasihnya.
.
.
Himawari duduk disamping Shikadai dan termenung melihat kea rah kekasihnya, yang juga sahabat karib kakaknya sedang berbaring sambil tersenyum menatapi awan diatas mereka.
"Apa yang lucu, Shika-kun", Tanya Himawari sambil mendongakkan wajahnya menatap awan yang sama. Sepertinya awan itu baik-baik saja. Atau mungkin kekasih barunya inilah yang aneh.
"Entahlah", jawab Shikadai tetap mendongakkan wajah dan tersenyum kearah awan putih yang berarakan diatas langit "Hari ini, dalam pandanganku semua terlihat indah".
"Kecuali…", Shikadai mendadak bangkit dari posisi terbaringnya dan segera menarik lengan Himawari dan berlari cepat menuju pohon beringin yang paling besar.
"Eh, kecuali apa?", Tanya Himawari heran dan semakin heran mendapati Shikadai kini bungkam dan seolah mengajaknya bersembunyi. Tapi mengapa mereka harus bersembunyi?
"Aduh gawat", bathin Shikadai mencelos. Tentu saja ini akan terjadi. Ah mengapa laki-laki berambut nanas itu melewatkan kemungkinan itu. Sial, umpatnya dalam hati.
.
.
.
.
Shikadai melihat Himawari yang sedang mengejar kupu-kupu diatas bukit dimana ia dan anggota tim 7 dan tim 8 berlatih bersama. Dikejauhan ia melihat Sarada, Chouchou, Boruto dan Inojin sedang serius membahas sesuatu. Shikadai langsung malas melihat perdebatan mereka dan memilih menemani gadis yang akhir-akhir ini berseliweran dalam mimpinya meskipun terkadang saat ia tidak tidur sekalipun.
Shikadai mengajak Himawari yang merengek lapar pergi ke Ichiraku dan melupakan perdebatan sahabat-sahabatnya yang masih berada diatas bukit.
Shikadai tidak memiliki rencana apapun selain sarapan bersama dan kembali lagi ke bukit. Namun kejadian di kedai ramen tersebut membuat ia dan Himawari lagi-lagi melupakan mereka dan memilih pergi ke hutan Nara yang jauh dari keributan sahabat-sahabatnya.
Dalam keadaan tidak sadar Shikadai memuji rona merah Himawari yang membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Hal itu membuat perasaan Himawari melambung dan malu dalam satu waktu. Ketika bahkan Shikadai meminta Himawari untuk menjadi kekasihnya, gadis itu malah mengangguk sedikit terlalu antusias yang membuat Shikadai semakin gemas.
Tanpa sadar kini mereka sudah berada dalam hutan Nara. Meringkuk dengan debaran jantung tidak normal. Himawari merasa senang dan malu, sedangkan Shikadai berharap hari ini hanyalah mimpi.
Ia terkejut melihat arak-arakan burung tinta milik inojin yang melintas diatas mereka. Kini dikepalanya sudah bisa menebak apa yang sudah terjadi. Dia datang keatas bukit tadi pagi tanpa menyapa sahabat-sahabatnya dan tau-tau mengajak Himawari pergi. Dan itu artinya kesalahpahaman akan sulit diselesaikan baik-baik mengingat Boruto cukup sister complex dalam memperlakukan adik tersayangnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
tbc
Apa ada yang tau bagaimana nasib Shikadai nantinya?
Mind to review?
Please read and review minna
Will be continue next week or ASAP
