Title : My Step Dongsaeng (MinCha Couple)

Author : Kei a.k.a Jung Eun Cha

Genre : Straight, Romance

Length : 1shoot

Rating : NC

Cast :

Kei Evilkei as Jung Eun Cha

Shim Chang Min as Kim Chang Min

^ My Step Dongsaeng ^

~Euncha Pov~

Annyeong~

Jung Euncha imnida. Walaupun ummaku telah menikah lagi dengan Tuan Kim, tapi aku nggak mau mengganti nama depanku menjadi Kim. Karena bagiku, yang berhak memberikan namanya di depan namaku adalah appa kandungku, Jung Jihoon. Oleh karena itu, aku tetap memakai nama Jung di depan namaku. Syukurlah umma dan Tuan Kim, yang kini ku panggil appa, mengerti dan tetap mengijinkan aku menggunakan nama appa kandungku di depan namaku.

Umma dan appa ternyata sudah berteman semenjak mereka SMP. Tetapi sejak mereka lulus SMA, mereka kehilangan kontak satu sama lain. Mereka bertemu kembali 6 bulan yang lalu. Setelah 2 bulan pertemuan mereka, Appa memutuskan untuk melamar ummaku dan ummaku menerima lamarannya. Aku sempat kaget saat umma memberitahuku akan menikah lagi dengan appa. Karena ummaku tidak pernah mengenalkan appa denganku atau pun menceritakan kedekatannya dengan appa selama 2 bulan itu. Sebelum aku memutuskan akan merestui atau tidak hubungan mereka, aku meminta ummaku mempertemukan kami supaya aku bisa menilai calon appaku itu. Hasilnya tidak mengecewakan. Appa orang yang baik dan yang terpenting, aku melihat kalau ia sangat menyayangi ummaku dan ummaku tampak bahagia bersamanya. Dengan itu, tak ada alasan bagiku untuk tidak merestui mereka.

Dari pernikahan ummaku dan appa, aku mendapatkan dua orang saudara laki-laki. Anak pertamanya bernama Kim Junsu. Junsu oppa sudah menikah dengan Park Yoochun dan mereka tinggal di Amerika. Aku bertemu dengan mereka hanya sekali, yaitu pada pesta pernikahan umma dan appa. Walaupun pertemuan kami singkat, tapi aku tahu bahwa Junsu oppa dan Yoochun oppa sangat baik dan menyenangkan. Berbeda sekali dengan anak kedua appa yang bernama Kim Changmin. Changmin lebih muda 2 tahun dariku. Namun ia tidak pernah mau memanggilku dengan sebutan noona dan selalu bersikap cuek dan ketus padaku. Dari yang aku lihat selama ini, ia tidak pernah bersikap ketus pada orang lain. Aku nggak tau kenapa ia begitu. Karena aku sendiri merasa tak pernah punya salah padanya.

Minie, itu panggilanku untuk Changmin, memang ia selalu bersikap ketus padaku, tetapi ia tak pernah menolak perintah appa untuk selalu mengantar dan menjemputku kuliah. Ia bahkan rela menungguku saat aku mendapat kuliah tambahan dadakan dari dosenku. Seperti hari ini, tiba-tiba saja tadi dosenku menyuruh kami kuliah tambahan hingga jam 5 sore. Saat aku keluar dari ruang kuliah, kulihat Minie duduk di tempat duduk yang disediakan di depan ruang kuliahku sambil memakai headphone di telinganya dan membaca buku. Aku pun segera menghampirinya. Ku tepuk pundaknya sehingga ia mendongakkan kepalanya dari buku yang di bacanya. Aku tersenyum padanya. Ia menutup bukunya dan bangkit dari duduknya. Setelah memasukkan bukunya ke tasnya. Ia segera berjalan meninggalkanku. Aku juga berjalan mengikuti langkahnya menuju ke tempat mobilnya di parkir.

Aku lihat sekelilingku. Tak sedikit yeoja yang mengaguminya. Aku akui bila wajahnya memang tampan sehingga tak salah banyak yeoja yang menyukainya dan menyatakan cinta padanya. Namun dari yang ku dengar, tak satu pun dari sekian banyak yeoja yang menyatakan perasaan mereka padanya pernah ia terima. Ia selalu menolak mereka. Padahal para yeoja yang pernah menyatakan perasaan padanya adalah yeoja berwajah cantik. Aku pernah berpikir bahwa ia mungkin sama seperti Junsu oppa yang lebih tertarik pada namja. Tapi ternyata aku salah.

~Flashback~

"Aku masih normal Euncha!".

Itulah jawabannya saat aku menanyakan padanya, apakah ia lebih tertarik pada namja. Aku yang masih penasaran pun kembali bertanya padanya.

"Lalu kenapa kau tidak pernah sekalipun menerima pernyataan cinta dari para yeoja itu?"

Ia menatapku tajam dan berkata, "Kau memata-mataiku, huh?".

"Aku mendengarnya dari Jira. Kau tau kan kalau dia suka sekali padamu. Dan karena kecerewetannya, ia menceritakan semua tentangmu padaku. Telingaku sampai panas mendengarkan ceritanya tentangmu. Untung saja saat itu kau segera datang menjemputku. Kalau tidak, mungkin telingaku akan rusak mendengar ocehannya yang seperti tak ada habisnya itu."

Ia tak menanggapi perkataanku. Saat ku lihat ia sudah asik kembali membaca bukunya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Minie".

Lama aku menunggu. Tak ada tanggapan darinya. Setelah dua menit, aku merasa bosan dan ingin beranjak dari sofa yang kami duduki. Keinginanku sirna saat ia menjawab pertanyaanku tanpa mengalihkan pandangannya dari buku di tangannya.

"Karena aku tidak menyukai mereka!"

"Hah? Mwoo? Kau gila, huh? Mereka kan cantik-cantik. Dan rata-rata dari mereka juga orang kaya dan pintar. Ku dengar, tak sedikit pula namja yang mengejar-ngejar para yeoja yang pernah menyatakan cintanya padamu itu"

Aku benar-benar tak habis pikir. Bagaimana mungkin ia tak menyukai salah seorang diantara mereka. Tapi... Mungkin juga sih. Selera tiap orang kan beda-beda. Mungkin mereka bukanlah tipe yeoja idaman Minie. Atau...

"Kau sudah menyukai seseorangkan?"

Aku melihat wajahnya. Ia tampak terkejut dan memandangku. Saat mata kami bertatapan, aku melihat wajahnya memerah. Apa itu artinya perkiraanku bahwa ia sudah menyukai seseorang itu benar? Ia jadi salah tingkah. Ia memalingkan wajahnya dan beranjak dari sofa. Baru empat langkah ia meninggalkan sofa, ia berhenti karena ucapanku.

"Kalau dilihat dari reaksimu, sepertinya yang ku katakan benar. Iyakan?"

5 detik kemudian tanpa berbalik dan menjawab pertanyaanku, "Jangan menyimpulkan yang tidak-tidak!"

~Flashback End~

"Aku ingin ke toko buku dulu."

Perkataannya menyadarkanku kembali ke masa kini.

"Ne. Aku juga ingin membeli beberapa komik"

~Euncha Pov End~

~Changmin Pov~

Tok tok tok

"Euncha, ireona..."

Aku mengetuk pintu kamar Euncha dan memanggilnya. Tak ada jawaban dari dalam. Dia memang biasa bangun lebih lambat dariku. Tapi biasanya saat aku mengetuk pintu kamarnya ia akan menjawab panggilanku.

"Euncha, cepat bangun. Kau ingin ku tinggal!"

Karena ia masih tak menjawabnya, maka aku memutuskan masuk ke dalam kamarnya. Saat ku buka pintu kamarnya, ku lihat di tempat tidurnya ia masih meringkuk dengan mata terpejam. Aku segera mendekati jendela kamarnya dan membuka tirainya agar cahaya matahari masuk ke dalam ke kamarnya. Ia bahkan tak terganggu dengan cahaya matahari yang menerpa wajahnya. Ku dekati tempat tidurnya dan menguncang-guncang sedikit badannya.

"Euncha... Bangunlah. Kalau kau tidak bangun, aku akan pergi sendiri dan kau akan pergi dengan bus!"

Ku buka selimut yang menutupi tubuhnya. Ia membuka mulutnya, "Dinginn Minnie".

Heh? Kenapa suaranya aneh begitu? Apa karena ia baru bangun tidur? Tapi kenapa wajahnya terlihat pucat? Apa jangan-jangan ia sakit gara-gara kejadian kemarin?

Aku meletakkan tanganku pada keningnya. Omooo... Panas sekali. Ia pasti demam karena bermain hujan-hujanan kemarin. Padahal aku sudah memperingatinya untuk tidak hujan-hujanan, tapi ia tak mau mendengarku malah menari-nari di tengah hujan deras itu. Aku kembali menyelimutinya dan segera keluar dari kamarnya untuk memberitahu Appa dan Umma tentang keadaan Euncha.

"Bagaimana keadaan Euncha, dok?"

"Ia hanya demam Mr. Kim. Saya akan memberi resep obatnya!"

"Terima kasih dok. Mari saya antar!"

Saat dokter itu keluar dari kamar Euncha bersama Appa. Aku mendekati umma yang duduk di tempat tidur Euncha sambil menggenggam tangan Euncha. Aku mengambil kompresan di kening Euncha, mencelupkannya ke air di dalam baskom, memerasnya dan mengembalikannya ke kening Euncha lagi.

"Umma akan membatalkan rencana honeymoon bersama appamu. Umma tidak bisa meninggalkan Euncha dalam keadaan seperti ini"

"Tapi, umma... Kalian kan sudah merencanakan ini sejak lama. Umma dan appa pergi saja. Aku yang akan menjaganya untuk umma."

"Tapi Changminie..."

"Umma... Percayalah padaku. Aku pasti akan menjaganya!"

Umma akhirnya tersenyum dan menyetujui usulanku.

"Ne, baiklah..."

Umma dan appa akhirnya tidak jadi membatalkan rencana honeymoon mereka. Awalnya appa menolak usulanku, namun akhirnya appa menerimanya karena aku mendesak mereka. Mereka juga menyuruhku menjaga Euncha selama mereka honeymoon. Tentu saja aku akan menjaganya. Walaupun mereka tidak menyuruhku, aku pasti akan tetap menjaganya. Selalu.

Sejak umma dan appa pergi, aku duduk di tempat tidur Euncha, duduk di sampingnya dan terus mengompresnya. Aku tak peduli bila tanganku jadi keriput karena sejak tadi bersentuhan dengan air. Ku pandangi wajahnya yang terlelap itu. Cantik. Ku letakkan tanganku di pipinya dan mengusapnya dengan perlahan dengan penuh sayang.

"Kau tahu? Aku sudah jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihatmu. Kau pasti tidak tahukan?!"

Setelah mengatakan itu aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Perlahan jarak diantara kedua wajah kami mengecil karena aku terus mendekati wajahnya. Ku sentuh bibirnya yang pucat dengan bibirku.

~Changmin Pov End~

~Euncha Pov~

Badanku rasanya sakit semua. Mungkin ini akibat dari hujan-hujanan kemari. Seharusnya aku menuruti kata-kata dongsaengku. Tiba-tiba aku merasa ada tangan yang menyentuh pipiku. Hangat. Tangan siapa ini. Aku ingin membuka mataku. Tapi mataku terasa berat hingga aku tak sanggup membukanya. Aku juga mendengar suara. Tapi aku tak bisa mendengarnya. Lalu sesuatu seperti mendekati wajahku dan aku merasa ada menyentuh bibirku juga. Hmm... Apa ini?

Sesuatu yang menyentuh bibirku itu terlepas. Entah mengapa aku merasa tidak rela.

"Saranghae..."

He? Saranghae?

Sesuatu menyentuh bibirku lagi. Kali ini bukan hanya menyentuh saja. Dia juga menghisap bibir atasku. Tunggu! Jangan-jangan orang ini menciumku. Omooo... Ini ciuman pertamaku. Siapa ini? Kenapa ia berani sekali menciumku? Tapi kenapa aku merasa nyaman dengan ciumannya. Ciumannya hangat dan lembut.

"Mmmmhhhh..."

Aku mendesah di sela ciumannya. Seketika ia berhenti ketika mendengar desahanku dan menarik bibirnya. Kenapa ia berhenti sih. Aku masih ingin merasakan bibirnya. Dengan susah payah ku paksa mataku terbuka.

"Euncha..."

Ku dengar ia memanggilku. Sepertinya suaranya tak asing. Akhirnya aku pun berhasil membuka mataku. Awalnya semua terlihat kabur. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali untuk memperjelas penglihatanku.

"Euncha... Kau sadar..."

Suara itu lagi. Suaranya berasal dari sampingku. Akupun menoleh ke samping dan melihat dongsaengku, Minie, duduk di sampingku.

"Minie...". Suaraku terdengar berat saat memanggilnya. Aku pasti demam.

"Ne.. Syukurlah kau sudah sadar.. Kau demam dan sejak tadi aku yang menjagamu. Apa kau ingin sesuatu?"

"Aku haus, Minie..."

"Sebentar ya... Aku akan mengambil makanan dan bubur untukmu!"

Ia beranjak keluar dari kamarku. Kalau yang menjagaku adalah suara Minie... Berarti yang menciumku juga Minie! Tidak! Itu tidak mungkin. Pasti aku hanya bermimpi tadi. Tapi kenapa mimpi itu terasa nyata ya... Aku masih merasakan kehangatan bibirnya di bibirku. Aishhh... Aku tidak boleh berpikiran macam-macam.

Aku berusaha bangkit dari tidurku. Agak susah karena aku masih merasa badanku sakit. Aku berhasil duduk saat Minie sampai di depan pintu kamarku. Ia membawa nampan dangan gelas dan mangkok di atasnya. Ia meletakkan nampan di atas meja yang ada disamping tempat tidurku.

Ada apa dengannya? Kenapa sikapnya berbeda? Ia jadi lebih baik, manis dan banyak senyum padaku. Apa sesuatu terjadi padanya? Atau jangan-jangan umma dan appa mengancamnya?

"Minie..."

"Ne..."

"Kenapa sikapmu berubah? Tidak bisanya kau bersikap seperti ini padaku?"

"Kau tidak suka?"

"Bukan... bukan aku tak suka.. Hanya terlalu mendadak... Aku jadi bingung"

Ia hanya tersenyum dan mengacak-ngacak rambutku.

Deg deg deg

Aku bukannya tak menyukai perubahan sikapnya padaku. Aku hanya tak menyukai perubahan detak jantungku saat ia bersikap seperti itu terhadapku. Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya seperti orang yang sedang jatuh cinta. Aku memandangnya yang tengah menatap televisi di depan kami. Aku seakan tak mampu melepaskan mataku dari wajahnya. Senyumnya... Tawanya... Begitu indah... Jangan-jangan aku memang jatuh cinta padanya...

~Euncha Pov End~

~Changmin Pov~

Aku merasa seseorang di sampingku terus memandangku. Tapi,,,, disampingku kan Euncha. Untuk apa ia memandangiku. Aku berusaha fokus menonton acara yang ditampilkan televisi di depanku. Namun aku tak bisa fokus. Aku merasa Euncha memang sedang memandangku. Karena penasaran, aku pun memalingkan wajahku ke samping dan ku temukan Euncha memang sedang memandangiku.

Mata kami beradu. Dan aku merasa tatapannya sama seperti umma yang memandang appa. Apa ia sudah jatuh cinta padaku. Aku menatapnya dalam dan yang ku temukan dalam matanya sungguh membuatku ingin berteriak. Tatapannya memang tatapan orang yang sedang jatuh cinta. Dan orang yang membuat jatuh cinta adalah aku.

Aku mendekatkan wajahku arahnya. Ia tak menghindar. Malahan ikut mendekatkan wajahnya ke arahku. Ia memejamkan matanya saat wajahku berjarak 3cm dari wajahnya.

CUPP

Aku menyentuh bibirnya. Bibirnya tak terasa dingin seperti kemarin. Mungkin karena kemarin ia sedang demam, makanya bibirnya terasa dingin *emang kalo demam bibir kita dingin ya? Kei lupa. Anggap aja la kek gitu*. Aku menciumnya dan menghisap bibir bawahnya. Ia merespon dengan menghisap bibir bawahku. Ternyata ciuman lebih menyenangkan bila mendapat respon. Berbeda dengan kemarin saat aku menciumnya saat ia masih tertidur. Ciuman itu merupakan ciuman pertamaku. Aku memutuskan menyerahkanya pada Euncha walaupun ia nggak akan tahu kalau aku telah menciumnya kemarin.

Euncha melingkarkan tangannya di leherku dan menekan tengkukku untuk memperdalam ciuman kami. Aku lebih mendekat lagi padanya dan memeluk pinggangnya. Aku pindah mencium bibir atasnya dan menghisapnya lalu menjilatnya. Sepertinya ia mengerti apa maksudku sehingga ia membuka sedikit bibirnya mempersilahkan lidahku masuk. Ku ajak lidahnya untuk saling bertaut.

Ia mendesah saat ku hisap lidahnya kuat. "Mmmmhhhhh..."

Ia mendesah. Desahan yang membuatku terangsang untuk melakukan lebih dengannya. Aku mengeratkan pelukanku padanya dan mengangkat tubuhnya ke atas pahaku. Setelah beberapa menit kami berciuman, ku lepaskan ciumanku saat aku merasa ia kehabisan nafas. Ku tatap matanya dalam.

"Saranghae Jung Euncha..."

"Jadi benar kalau yang aku dengar saat kemarin adalah suaramu, Minie?"

"He? Kemarin?"

"Ne, kemarin saat aku tertidur, aku merasa ada seseorang yang mencium bibirku dan mengucapkan kata-kata seperti yang kau katakan tadi"

"Mwo? Jadi, kau tau aku menciummu kemarin?"

"Kemarin aku masih tidak yakin. Aku pikir aku bermimpi. Tapi sekarang kau sudah mengakuinya"

BLUSHHH

Aishhh... Aku yakin wajahku memerah saat ini.

"Na do. Saranghae Kim Changmin"

"Kau tahu? Wajahmu sangat merah sekarang..."

"Apa kau tak sadar kalau wajahmu juga memerah..."

CUP

Euncha mencium bibirku sekilas.

"Sekarang wajahmu lebih merah dari yang tadi"

"Aish… Awas kau!"

Aku langsung mencium bibirnya ganas. Ia tak menolak, malah membalas ciumanku dengan ganas pula. Tak puas hanya menikmati bibir dan lidahnya, aku beralih pada lehernya. Ku hisap lehernya, ku gigit dan ku hisap lagi bekas yang telah ku hisap tadi ku tinggalkan beberapa kissmark di lehernya. "Ahhh... Minie..." desah Euncha saat aku melakukannya.

Sambil tetap menikmati lehernya, tangan nakalku menjalar ke payudaranya yang tertutup baju. Rupanya ia tak memakai bra. Ini menguntungkan aku. Ku mainkan nipplenya dan mencubitnya agak keras sehingga ia mengerang. Euncha mulai meracau tak karuan dan tubuhnya menggelinjang saat sentuhan tanganku menyentuh kulitnya. Bibirku masih sibuk bermain di lehernya dan mencetak tatto merah di sana.

"Aaahhh... Minie... Sssshhhhh..."

Tanganku melepaskan kaosnya serta melemparnya sembarangan. Terlihat dua gundukan indah menjulang. Aku pun langsung menjilati dadanya dengan sebelah tangan menikmati nipplenya dan satu tangan mencoba melucuti hot pants dan underwearnya.

"Aaahhhh... Ssshhhh... Minnie... Aaahhh"

Ia tak tinggal diam. Ia membuka seluruh pakaianku sehingga kini kami berdua sama-sama naked. Karena sudah tak tahan, aku membaringkan tubuhnya yang polos di atas sofa dan langsung membuka pahanya lebar-lebar. Kutuntun juniorku memasuki ms. v nya dan mulai memasukkannya perlahan.

"Ahhh... ssakkittt... Minie..."

"Tahan chagi..."

Aku meneruskan menerobos dinding pembatas ms. v nya.

"Sakittttt... Akkhhh..."

"Ahhhh..."

Kami mendesah bersamaan saat seluruh juniorku masuk ke ms. v nya. Ku lihat ia menitikkan airmatanya. Aku tahu ini sangat sakit baginya. Selain ini yang pertama bagi kami, aku juga melakukannya tanpa pemanasan terlebih dahulu. Aku yang merasa bersalah, menjilati airmatanya.

"Mian chagi, aku melakukannya tanpa pemanasan"

Ia tak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya. Lalu menciumku dengan ganas. Setelah satu menit kami berciuman, aku mulai menggerakkan juniorku maju mundur dengan perlahan.

~Changmin Pov End~

~Euncha Pov~

"Ahhhh... Minnie..."

Ini masih awal dan ia pun melakukannya dengan perlahan. Namun aku merasa sakit sekali. Ms. v ku seperti di robek-robek. Aku yang merasa kesakitan tak sengaja meremas punggungnya. Tapi ia tak peduli dan tetap menggerakkan pinggulnya.

"Tahan chagi... Ini tak akan lama... Aaahhh"

"Minie... sakkiiii..."

Belum selesai beteriak, dia sudah memotong perkataanku dengan ciumannya. Ciuman penuh nafsu namun hangat. Ia memainkan tangannya pada payudaraku. Mulutnya pun ikut berpindah ke dadaku sebelah kanan. Ia menyedotnya, menjilati nippleku dan meninggalkan beberapa kissmark di sekitar dadaku. Perlahan aku melupakan rasa sakitku.

"Aaahhh... Minie..."

"Minie... shhh.. ahh.. ahh..."

"Ahh.. ahh... pali... Minie..."

"Ne... chagi..."

"Ahh... aahhh... aahh"

"Aku... ingin... ahhh... sshhh... keluar... ahhh... Minie..."

"Kita keluar... aahhh... besama chagi..."

"Akkhhhhh….."

Kami berteriak saat kami mencapai klimaks bersamaan. Cairannya banyak memenuhi rahimku hingga mengalir keluar dari ms. V ku. Dia ambruk di atasku

^ FIN ^

ingin sekuelnya?