DISCLAIMER: YAMAHA CORPORATION AND CRYPTON FUTURE MEDIA

VOCALOID

MAIN CHARA: VOCALOID 1, 2 DAN 3

AOKI LAPIS: USIA 21 TAHUN

KAGAMINE LEN: USIA 21 TAHUN

TONE RION: USIA 20 TAHUN

YUZUKI YUKARI: 20 TAHUN

LUO TIANYI: 21 TAHUN

ARIA IA: 21 TAHUN

LUI HIBIKI: AYAH AOKI

RING SUZUNE: IBU AOKI

SHION KAITO: KAKAK AOKI

KAGAMINE LENKA: IBU LEN

KAGAMINE RINTO: AYAH LEN

KAGAMINE RIN: ADIK KEMBAR LEN

HATSUNE MIKU: ASISTEN LENKA. DOSEN TERKILLER DI KAMPUS DAN BERUMUR 27 TAHUN. JUGA SEORANG DOKTER BEDAH.

SAKINE MEIKO: ISTRI KAITO

GENRE: ROMANCE/FAMILY

PAIRING: LEN X AOKI

RATING: T

HIKARI SYARAHMIA PRESENT

.

.

.

ANTARA KULIAH DAN KELUARGA

SENIN, 29 SEPTEMBER 2014

.

.

.

WARNING: TYPO, HUMOR GARING, AU, DAN ANEH. MAAFKAN BILA ADA KESALAHAN!

.

.

.

SAYA PERSEMBAHKAN CERITA INI UNTUK MISS KIKI DAN KEDUA ORANG TUA SAYA.

.

.

.

CHAPTER 1: KISAH AOKI

.

.

.

"Aoki, kamu mau ikut nggak sama kami?" tawar seorang gadis berambut ungu gelap bernama Tone Rion.

Gadis berambut biru laut itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dialah yang bernama Aoki atau bernama lengkap Aoki Lapis.

"Nggak, aku di kelas aja. Aku bawa bekal sendiri," sahut Aoki mengangkat kotak bekal makan siangnya.

Rion yang sudah berdiri di dekat pintu kelas, hanya mengangkat salah satu alisnya. Di sampingnya berdiri seorang gadis bersurai ungu terang, namanya Yuzuki Yukari.

"Ya udah, Aoki. Aku pergi makan berdua sama Yukari, ya," seru Rion melambaikan tangan kanannya sambil menarik tangan Yukari.

Aoki hanya mengangguk pelan tanpa membalas lambaian tangan Rion.

Lalu Rion dan Yukari pun berlalu dari pandangan Aoki. Aoki menatap kepergian teman-temannya dengan pandangan lirih. Ia duduk membeku di kursinya sendiri sambil menatap bekal makan siangnya. Ia sendirian di kelas sunyi itu.

'Ternyata Rion memang banyak berubah ketika berteman dengan Yukari,' batin Aoki di dalam hatinya sendiri.

Ia segera membuka penutup bekal makan siangnya. Tiba-tiba ada suara seseorang yang menyapanya.

"TUNGGU, AOKI!"

Aoki pun menoleh ke asal suara.

Tampak ada dua gadis yang menghampirinya. Satu berambut hitam dikuncir satu sebelah samping kiri dan rambutnya dijatuhkan di bahu kirinya. Namanya Luo Tianyi. Sedangkan satu lagi berambut pirang pucat panjang. Namanya Aria Ia.

Mereka menghampiri meja Aoki sambil membawa kotak bekal masing-masing. Aoki sendiri keheranan melihat dua sahabat yang berbeda kebudayaan ini.

"Aoki, boleh tidak kami makan siang bersama kamu di sini?" pinta Tianyi sambil tersenyum lebar.

"Iya, kami melihat kamu sendirian makan siang di kelas. Karena itu kami memutuskan untuk menemani kamu," kata Aria menjelaskan sambil tersenyum lebar seperti Tianyi.

Aoki terpana melihat kedua temannya ini.

"Bo-boleh, ayo, kita makan bersama-sama," jawab Aoki mengangguk seraya tertawa lebar. Wajahnya merona merah.

"Ayo!" seru Tianyi dan Aria berjamaah.

Lalu mereka mengambil salah satu kursi yang ada di kelas itu, kemudian mereka duduk di dekat meja Aoki.

Mereka pun mulai makan siang bersama-sama. Sesaat mereka makan dengan tenang.

Beberapa menit kemudian, di sela-sela menghabiskan makan siang masing-masing, Aria pun membuka percakapan pertama kali.

"Aoki, aku boleh bertanya sesuatu nggak?"

"Boleh, apa itu?"

Aoki mengangguk pelan. Ia pun menatap ke arah Aria sambil menghabiskan sisa-sisa makanannya. Tianyi juga menatap ke arah Aria dengan mengerutkan keningnya.

"Akhir-akhir ini Rion nggak dekat lagi sama kamu. Dia malah akrab dengan Yukari sekarang. Terus Rion terlihat cuek juga sama kamu meskipun kulihat kalian sering bersama. Tapi, Rion sukanya berteman dengan Yukari daripada berteman denganmu. Sebenarnya ada apa sih?" tanya Aria penasaran.

Aoki terdiam. Dia hanya menundukkan kepalanya.

"Ng, nggak apa-apa kok. Nggak ada masalah apa-apa. Kami tetap temenan seperti biasa."

"Tapi, Aoki. Kamu nggak merasa kamu itu dimanfaatin aja sama Rionl. Dia cuma berteman sama kamu jika ada maunya. Lalu kalau nggak ada sesuatu hal yang nggak dia butuhkan. Dia malah menjauhimu dan berteman dengan Yukari yang berwajah dua itu. Apakah kamu nggak ingat mereka nggak memasukkan kamu ke kelompok mereka pada saat presentasi tentang penyuluhan kesehatan masyarakat? Mereka membuatmu merasa terasingkan. Lalu kamu melihat kami hampir menangis saat mereka berdua mempresentasikan hasil makalah mereka ke depan kelas tanpa mengajak kamu bersama mereka," ujar Tianyi juga berkomentar panjang.

Aoki mengangkat wajahnya. Sedetik kemudian dia pun tersenyum manis.

"Ya, aku tahu. Mereka hanya berteman denganku saat ada sesuatu yang perlu. Makanya sekarang aku berusaha untuk menjauhi mereka. Aku nggak mau berteman dengan mereka lagi," ucap Aoki berwajah lirih. Senyumannya pun menghilang seketika.

Tianyi dan Aria saling pandang. Lalu menatap Aoki dengan tatapan muram.

"Sabar ya, Aoki!"

.

.

.

Siang itu menunjukkan pukul dua siang, Aoki baru saja keluar dari kelas sehabis mengikuti kuliah tentang praktek memasang infus.

Di antara orang-orang yang bersamaan keluar dengan Aoki, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.

"Aoki!"

Aoki menoleh. Didapatinya Rion dan Yukari berlari-lari kecil mendekatinya.

"Ada apa?" tanya Aoki dengan wajah datar.

Rion mengangkat lembaran buku catatannya.

"Yuk, kita belajar bersama tentang materi pelajaran ini di rumahmu," pinta Rion sambil melirik Yukari."Yukari juga ingin ikut."

"Iya, Aoki. Sekalian aku bisa tahu di mana letak rumahmu," kata Yukari tersenyum senang.

Aoki menatap datar kedua teman yang hanya memanfaatkannya saja. Mereka memang mau mendekatinya jika ada sesuatu yang perlu. Maklum, Aoki adalah seorang mahasiswi kedokteran yang sangat pintar dan selalu mendapat juara umum dengan nilai IPK yang tertinggi dari sekian mahasiswa-mahasiswi lainnya. Jadi, kedua temannya ini pasti sedang berusaha untuk mencari informasi tentang rahasia kepintaran Aoki dan mencuri ilmu tentang resep menjadi juara.

"Baiklah, boleh," jawab Aoki tersenyum kecil."Kapan belajarnya?"

"Hari ini, jam empat sore, kami akan ke rumahmu," sahut Rion kelihatan senang.

"Ya, baiklah. Aku akan menunggu kalian di rumahku."

"Ok, kalau begitu, kami pulang duluan ya Aoki. Kamu dijemputkan sama kakakmu?" seru Rion sambil menarik tangan Yukari.

"Iya, aku dijemput. Hati-hati ya!"

Rion mengangguk pelan. Kemudian dia dan Yukari pun pergi duluan meninggalkan Aoki yang berdiri terpaku di tempat itu.

Aoki hanya tersenyum simpul melihat mereka. Walaupun hatinya agak enggan untuk berteman dengan mereka berdua. Tapi, dia berusaha tetap baik kepada mereka meskipun banyak teman sekelas merasa Aoki sangat bodoh karena masih mau meladeni kedua 'kucing' itu.

'Walaupun mereka sudah jahat padaku. Yang penting aku akan selalu baik sama mereka dan tetap berteman sama mereka. Aku senang berteman sama mereka tapi jangan terlalu akrab sekali. Biasa-biasa aja gitu ya,' batin Aoki tersenyum lebar di dalam hatinya sendiri.

Ia pun mengambil handphone yang berada dalam saku jas dokternya. Lalu mencari nomor seseorang yang akan ditelepon. Kemudian ia menempelkan handphone-nya ke telinga setelah menekan tombol hijau.

Beberapa detik kemudian, panggilan pun terjawab.

"Ha-halo, kak. Jemput aku dong di kampus," ucap Aoki dan tiba-tiba kedua matanya terbelalak keluar."A-APA? AKU PULANG SENDIRIAN? KAKAK NGGAK BISA JEMPUT KARENA ADA KERJAAN MENDADAK DARI KANTOR? BAGAIMANA DONG? AKU PULANG SAMA SIAPA? AKU LUPA BAWA UANG PULA NIH!"

Aoki pun panik setengah mati. Ia benar-benar bingung. Bagaimana dia bisa pulang sekarang?

Kini koridor kampus itu telah sepi. Semua orang sudah keluar dari kampus dan pulang ke rumah masing-masing.

Panggilan pun terputus. Aoki memasukkan handphone-nya kembali ke saku jas dokternya. Wajahnya kusut seketika.

"Gimana ini? Aku pulang dengan siapa? Kalau pulang dengan bus, aku nggak punya uang buat ongkosnya. Aduuh, aku bingung nih sekarang," sahut Aoki mulai berjalan dengan lesunya.

"Kalau begitu, kamu mau nggak pulang sama aku, Aoki?" tiba-tiba muncul seseorang yang menawari Aoki untuk pulang bersamanya.

Aoki mengenali suara itu. Secara cepat, ia menoleh ke arah belakang, tepat di dekat kelas laboratorium praktek kedokteran.

Tampak seorang laki-laki berambut honey blonde dan bermata aqua. Dia masih mengenakan jas dokter yang berwarna putih yang dibiarkan terbuka hingga tampak blous baju yang berwarna hitam. Bawahannya adalah celana jeans berwarna biru. Kedua sepatunya mengenakan sepatu kets bertali berwarna hitam. Tas berwarna kuning tampak bergantung di bahu kanannya. Penampilannya sangat cool.

Aoki sangat berdebar-debar melihat sosok laki-laki yang berambut blonde pendek itu. Laki-laki itu bernama Kagamine Len, seorang mahasiswa yang sangat pintar seperti Aoki dan merupakan saingan berat bagi Aoki. Dia juga populer di fakultas kedokteran ini karena ia merupakan anak dari pemilik yayasan universitas dimana Aoki kuliah ini.

Len berjalan pelan mendekati Aoki yang berdiri mematung. Dia pun keheranan melihat Aoki.

"Ada apa? Kamu nggak mau bareng pulang sama aku?" tanya Len sambil menatap dekat wajah Aoki yang sudah memerah rebus. Pasalnya, Aoki sangat suka dengan laki-laki yang biasa dipanggil shota ini.

"A-ano, mau kok. Jangan tinggalkan aku," jawab Aoki dengan gugup sambil menarik lengan jas dokter milik Len.

Len mengangkat salah satu alisnya.

"Siapa yang mau meninggalkan kamu sih?" tukas Len sambil tertawa kecil."Hahaha, kamu lucu juga ya. Walaupun kamu itu kelihatan polos dan lugu begitu. Juga sangat susah mengalahkan kamu untuk mendapatkan posisi juara umum di kampus ini. Tapi, kamu adalah rival yang aku sukai."

Aoki kaget bukan main mendengar pengakuan Len.

"A-apa yang kamu bilang tadi?"

Len pun membulatkan kedua matanya. Ia melirik ke arah lain sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Semburat merah muncul di kedua pipinya.

"Ng, nggak ada. Aku cuma bilang jadi nggak kamu pulang sama aku sekarang?"

Aoki mengedipkan kedua matanya berkali-kali.

'Padahal jelas-jelas tadi aku dengar Len mengatakan kalau dia itu suka padaku. Apakah aku yang salah dengar tadi ya?'

Pikir Aoki dalam hati.

"Kok kamu termenung lagi? Mau nggak bareng aku pulang?" tanya Len sekali lagi sambil memasang wajah sewot. Dia sudah berada di ujung lorong sana.

Aoki kaget setengah mati. Kenapa bisa Len tiba di ujung lorong sana?

"MAUUUU, LEN. TUNGGU! JANGAN TINGGALIN AKU SENDIRIAN!" seru Aoki sekeras mungkin sambil mengejar Len yang menunggunya dengan sabar.

Sedikit catatan tentang Aoki, ia itu sangat takut bila ditinggal sendirian alias takut kepada hantu. Padahal ia itu calon dokter. Seorang dokter itu tidak boleh takut dengan yang namanya hantu.

"Ah, dasar dokter penakut," ejek Len.

"Hah... Hah... Hah... Habis, kamu meninggalkan aku sendirian. Apakah kamu nggak tahu kalau di dekat kelas laboratorium praktek kedokteran itu ada penunggunya?" kata Aoki tersengal-sengal dengan wajah pucat pasi.

Len menatap Aoki dengan datar. Lalu ia pun tersenyum kecil.

"Dasar, mana ada hantu berkeliaran di siang bolong begini? Itu hanya rumor yang tidak diketahui bukti kebenarannya."

"Eh, benarkah? Itu hanya bohongan."

"Iya, makanya jangan percaya. Dasar, cewek penakut."

Len tertawa lebar sambil menunjukkan wajahnya yang berseri-seri. Membuat Aoki terpana melihatnya.

'WUUAAAH, LEN MEMANG MANIS YA.' Batin Aoki berteriak kencang di dalam hatinya sendiri.

CTEK!

Len menjentik jarinya.

"Hei, kenapa sih kamu itu suka termenung begitu? Kalau kamu seperti itu terus, bisa-bisa kamu bakal kerasukan hantu penunggu tempat ini."

"KYAAA!" tentu saja ditakuti begitu membuat Aoki meloncat ketakutan dan menjerit sekencang mungkin.

GREP!

Tanpa sadar, Aoki memeluk lengan kanan Len. Wajah Len pun memerah seketika karena dipeluk Aoki seperti itu.

DEG! DEG! DEG!

Bunyi debaran jantung Len yang sangat kencang. Aoki masih tetap saja memeluk lengan kanan Len dengan lama. Ia belum sadar rupanya.

"Hei, Aoki. Sampai kapan kamu memeluk lenganku seperti itu?" kata Len berwajah sewot padahal dalam hatinya senang karena dipeluk gratis oleh gadis yang ia sukai.

Aoki pun setengah mati mendengar perkataan Len tersebut. Secara cepat, ia melepaskan pelukannya dari lengan kanan Len.

"Ma-maaf, Len. Aku nggak sengaja," jawab Aoki salah tingkah dengan rona merah di kedua pipinya.

"Ah, nggak apa-apa," sahut Len sambil tertawa kecil."Kalau begitu, ayo kita pulang sekarang."

Secara langsung, Len menarik tangan Aoki. Aoki pun terseret oleh langkah Len.

Sungguh, ia senang sekali bisa pulang bersama orang yang ia sukai hari ini. Ini kesempatan yang sangat langka. Aoki sangat beruntung sekali.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

Hai, jumpa lagi dengan saya, Hikari Syarahmia. Saya mempersembahkan cerita bersambung hanya dua chapter saja. Sebenarnya mau dibuat one shoot tapi kayaknya ceritanya agak panjang. Makanya saya memotongnya menjadi dua chapter.

Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Lalu saya membuat cerita ini dengan kisah yang agak ringan dan tentu saja akan lebih enak dibuat dengan menggunakan tokoh-tokoh vocaloid.

Kenapa saya memilih pairing Len x Aoki? Karena saya merasa mereka berdualah yang cocok untuk memerankan tokoh-tokoh yang sesuai dalam cerita ini. Lalu saya sangat menyukai mereka berdua. Dari dulu juga, saya pengen membuat kisah tentang mereka. Maka terpikirlah kisah nyata ini dan tentu saja dengan sedikit modifikasi di sana-sini akhirnya saya jadi juga membuatnya.

Cerita ini saya persembahkan bagi Miss Kiki, seorang Ibu dosen Bahasa Inggris yang dermawan, baik hati dan pemilik yayasan kampus di mana saya kuliah sekarang. Terus buat orang tua saya terutama buat Almarhum papa saya yang kini di surga sana karena papa saya sudah meninggal dunia karena terkena penyakit stroke. Juga mama yang kini menjadi satu-satunya orang tua yang tinggal bersama saya sekarang.

Juga saya persembahkan cerita ini buat semua yang telah mendukung saya ketika saya drop karena ingin memutuskan berhenti kuliah. Tapi, mereka tetap berusaha membuat saya semangat dan pada akhirnya saya mau juga melanjutkan kuliah ini karena sebentar lagi akan saya tamatkan.

Terima kasih bagi yang singgah untuk membacanya dan memberikan reviewnya. Terima kasih banyak buat silent reader dan semua yang telah membaca dengan ikhlas.

Jika ada waktu, saya akan melanjutkan chapter 2 cerita ini. Kisah yang terakhir.

Arigato...

Salam Hikari Syarahmia.

PLEASE YOUR REVIEW!