Can You Feel it?!
A Love Story
by
kecebong08
.
WARNING! YAOI SHO-AI BL!
Kihyun here!
.
Happy Reading
.
.
.
Artson Entertainment building
Di ruang CEO
"Kau yakin akan pindah ke asrama?"
Bocah berkulit pucat yang tengah menyesap milkshake vanilanya mendongak, membalas tatap sang hyung yang tengah merangkul bahunya.
"Sangat sangat yakin." Kyuhyun, bocah itu mengangguk mantap kemudian kembali bersandar didada Leeteuk -hyungnya.
Leeteuk mengusak rambut halus Kyuhyun dengan gemas. Tidak pernah menyangka adiknya yang super manja ini memiliki pikiran untuk tinggal terpisah darinya -dan dari ayahnya. Ibu mereka telah lama meninggal.
"Bagaimana jika kau sakit, siapa yang akan merawatmu?" Namun tidak semudah itu Leeteuk mengijinkan Kyuhyun jauh dari pendanganya -pengawasannya-
"Aku sudah sembuh, hyung." Dan Leeteuk tahu sangat sulit menolak keinginan Kyuhyun. Kyuhyun sangat keras kepala. Permintaan bocah itu adalah perintah yang absolute.
"Bagaimana jika hyung tidak mengijinkan?" Tanya Leeteuk. Dia tidak bisa membayangkan Kyuhyun yang kerepotan melayani dirinya sendiri. Selama ini kebutuhan Kyuhyun selalu diurus oleh para maid bahkan juga Leeteuk. Apa nantinya Kyuhyun bisa melakukan semuanya sendiri?
"Aku akan benci padamu." Ketus Kyuhyun.
"Jangan lakukan itu. Aku akan merana jika adikku membenciku.. huhuhuhu." Ratap Leeteuk berlebihan, dia bahkan ber'huhu' ala Kyuhyun. Menggelikan.
"Hyung, hentikan! kau tidak imut." Cibir Kyuhyun sadis.
"Ah! Baiklah, mianhae... -jadi kapan kau akan pindah?"
"Besok!" Jawab Kyuhyun mantap.
"Ya! Itu terlalu cepat. Minggu depan saja otte?" Tawar Leeteuk halus.
"Big No! Aku pindah besok." Tegas Kyuhyun.
"Kau butuh waktu mengemasi barang-barangmu Kyunie."
"Aku sudah mengemasnya sebelum kemari."
Leeteuk memijat pangkal hidungnya, adiknya terlalu tangguh untuk dikalahkan dalam debat kusir seperti ini. Tak ada yang bisa Leeteuk perbuat selain mengalah. Rencana terbaik adalah membiarkan Kyuhyun mengetahui bagaimana sulitnya hidup mandiri. Jika dia benar-benar merasa kesulitan, dia pasti akan kembali pulang dengan sendirinya.
"Kau tahu?" Tanya Leeteuk ambigu.
"Tidak." Balas Kyuhyun cuek. Bocah itu menyesap kembali milkshake vanilanya dengan santai. Dia sedikit badmood setelah tahu Leeteuk hampir tidak memperbolehkanya tinggal di asrama.
"Harusnya kau bartanya 'tahu apa hyung?' , lalu hyung akan menjawab jika hal yang paling tidak bisa hyung lakukan adalah menolak permintaanmu."
"Baiklah, kita praktekkan lain kali saja... hanya itu kan."
"ya... -sudah hampir jam tujuh, kita pulang sekarang. Jam kerja hyung sudah selesai."
"Gendong~…"
Bukan hal yang tabu bagi para staff ArtsonEnt. melihat pimpinan mereka memanjakan adiknya. Hal tersebut tidak menjatuhkan wibawa Leeteuk sama sekali, malah sebaliknya Leeteuk semakin terlihat keren.
Dengan Kyuhyun yang menempel dipunggunya, Leeteuk membalas sapaan para bawahanya. Hampir semua staff telah mengenal Kyuhyun. Bocah imut itu sangat sering berkunjung ke sana, bahkan sejak dia masih dalam gendongan ibunya -saat sang kakek yang berkuasa-. Semua mengenalnya sebagai anak yang ramah dan ceria.
"Kau ingin langsung pulang atau kita mampir ke tempat Wookie?" Tanya Leeteuk saat mobil audy putihnya keluar dari besment. Jalanan tampak basah karena hujan yang baru saja turun.
"Kita pulang saja, aku ingin makan masakkan hyung hari ini." Balas Kyuhyun. Entah mengapa menatap rintik hujan dari jendela mobil membuatnya teringat akan sesuatu.
"Kau baik-baik saja?" Leeteuk melirik kearah Kyuhyun, khawatir dengan gelagat adiknya yang tampak aneh.
"Hng! Aku baik-baik saja." Kyuhyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Baiklah, kita pulang dan hyung akan memasak makanan spesial untuk Kyuhyunie."
"Tanpa sayur!"
"Sedikit brokoli dan paprika dan wortel dan selada dan tomat."
"Tidak wortel! Tidak brokoli!" Tolak Kyuhyun mentah-mentah.
Dengan sikap Kyuhyun yang seperti itu barulah Leeteuk yakin Kyuhyun baik-baik saja. Kyuhyun sangat tidak menyukai sayuran, merupakan respon yang sangat normal ketika bocah itu menolak sesuatu yang tidak dia suka dengan keras.
"Baiklah kita masak capcai daging sapi dengan paprika dan tomat." Sorak Leeteuk.
"Itu tidak terdengar spesial. Tapi karena Hyung yang memasak, mungkin akan jadi seperempat spesial." Cibir Kyuhyun.
"Mengapa hanya seperempat?"
"Karena Park Kyuhyun yang memberi nilai."
"Naikan sedikit."
"Baiklah sepertiga, terpaksa.."
Obrolan ringan yang pasti akan sangat Leeteuk rindukan. Leeteuk benar-benar tidak rela untuk mengijinkan Kyuhyun tinggal di asrama. Tapi melihat bocah itu sedih dan kecewa justru lebih menyakiti Leeteuk. Dia kakak yang tertindas? Tidak, Dia hanya terlalu menyayangi Kyuhyun, si malaikat kecil yang dititipkan sang ibu kepadanya.
.
.
.
Dengan headphone menyumbat kedua lubang telinganya. Kibum berjalan santai memasuki sebuah gedung asrama, dia baru saja membeli beberapa kebutuhan mandi di minimarket seberang jalan.
Kamar asramanya berada dilantai dua, kamar yang sudah hampir sebulan dia tempati seorang diri. Cukup nyaman dengan kesunyian dan ketenangan ala Choi Kibum. Namun hal itu akan segera lenyap karena Kibum mendapat kabar jika teman sekamarnya baru saja tiba. Apa boleh buat, asrama bukan hotel ataupun rumah kost yang bisa dikomplain jika muncul ketidak nyamanan. Yang sering terjadi ketika kau mengeluh atas teman sekamarmu adalah pergantian orang, itu malah membuka kemungkinan 'roommate' barumu berkelakuan lebih parah dari 'roommate' sebelumnya. Jadi Kibum akan memilih untuk tidak peduli.
Melewati aula dasar, cukup satu kali menitih tangga kemudia belok kanan. Pintu nomor 12 A adalah pintu kamar Kibum. Kibum membungkuk sopan ketika seorang pria berumur 25 tahunan -mungkin- keluar dari sana, saat Kibum akan masuk.
"Ini kamarmu?" Tanya pria itu, dia sangat ramah juga memiliki senyum yang hangat.
"Ne.." Kibum menarik turun headphone-nya hingga melingkari leher. Seulas senyum yang sudah lama tidak terlihat kini mengembang.
"Ah! Perkenalkan namaku Park Jungsoo, aku mengantar adikku, dia teman sekamarmu. Ku harap kau tidak keberatan berbagi kamar denganya." Dia tipe kakak yang protektif.
"Ne.. Choi Kibum imnida." Kibum menjabat tangan orang itu. "Saya senang mendapat teman sekamar, saya tidak sendirian lagi." Kibum sebenarnya tidak suka berbasa-basi, selama ini dia menikmati kesendiriannya dengan santai.
"Choi?" Tanya pria itu dengan mimik terkejut. "A a Maaf. Jangan terlalu formal seperti itu. Kau akan jadi teman adikku, jadi anggap aku juga kakakmu. Arrachi?"
"Ne, hyungnim." Balas Kibum, dia tidak begitu ambil pusing dengan keterkejutan pria itu.
"Sudah sangat sore. Aku harus pulang." Pria itu menengok jam ditangan kirinya, "Kutitipkan adikku padamu ya." Kibum tidak paham dengan kalimat itu, tapi kembali lagi. Dia memilih tidak peduli.
Setelah pria itu berlalu, Kibum segera memasuki kamarnya. Remaja 18 tahun itu mendapati bocah imut berkulit pucat yang tampak familiar baginya. Bocah itu tengah duduk santai dikarpet berbulu -yang pertama kali Kibum lihat- sambil menekan brutal tombol-tombol pada PSPnya.
"Ehem!" Deheman keras dengan sengaja Kibum lontarkan.
Sesuai dugaan bocah itu mendongak menatap Kibum. Wajahnya lumayan -sangat- manis dengan mata karamel jernih, hidung mancung, bibir penuh juga pipi chubby. Kulitnya yang putih pucat begitu terlihat bersinar. Bocah itu, apa dia sebuah manequeen hidup?
"Anyeonghaseyo.. sunbaenim.." sapa bocah itu ragu.
.
.
.
Dengan awal pertemuan yang penuh kecanggungan, tidak akan ada yang menyangka jika kini mereka adalah roomate paling kompak.
Kyuhyun, bocah itu sekarang tengah berguling-guling diatas tempat tidurnya.
"Aku akan mengatakanya..." ujarnya entah pada siapa. Tak ada siapapun dikamar itu selain dirinya, Kibum masih disekolah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
"Bagaimana jika... ah tidak aku harus positif thinking."
"Hm! Bagaimanapun balasanya nanti setidaknya dia sudah tahu. Iya benar! Lagi pula aku sudah tidak sanggup memendamnya lagi. Aku akan mengatakanya!"
Kyuhyun bangkit dari posisinya. Berjalan menuju lemari pendingin. Dia butuh penyegar untuk mempertebal nyalinya. Persetan dengan musim dingin dan salju yang turun. Kyuhyun meraih sekotak susu vanila, menuangkan isinya kedalam gelas hingga setengah penuh kemudian segera meminumnya hingga tandas.
"Aku pulang!" Kibum datang tepat saat Kyuhyun selesai dengan susunya. Dia -kibum- langsung menggantung tas punggungnya di samping meja belajar.
"Hyung aku ingin bicara!" Ujar Kyuhyun.
"Bicara nanti saja, aku ingin mandi."
Kibum berjalan memasuki kamar mandi, meninggalkan Kyuhyun yang harus kembali menguatkan nyalinya.
Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya ketempat tidur, menjejak-jejakkan kaki dan tangannya yang bergetar kesana. Kyuhyun begitu sebal karena perang batin yang dialaminta, terlebih sikap kibum yang membuatnya jadi semakin pesimis.
"Kau kenapa?" Tanya Kibum, akhirnya dia keluar juga. Itu 15 menit terlama dalam hidup Kyuhyun.
"Aku akan gila." Balas Kyuhyun tanpa merubah posisinya -berbaring telungkup ditempat tidur.
"Aku serius." Kibum berkata seraya menatap bayangan Kyuhyun yang terpantul dari cermin besar yang melekat pada lemari pakaian. Kibum menyisir rambut hitamnya yang setengah basah.
"Aku juga." Kyuhyun memang serius dengan ucapanya barusan. Dia akan benar-benar gila jika Kibum tidak segera mengenakan atasanya. "Ini musim dingin, cepat pakai bajumu."
"Rambutku masih basah." Balas Kibum. "Kau bilang ingin bicara denganku. Ada apa?" Kibum mendudukan diri disamping Kyuhyun. Kyuhyun dapat melihat tubuh Kibum dalam mode zoom sekarang, dia juga dapat menghirup aroma maskulin mintfreez darinya.
"Baiklah.." Kyuhyun bangkit mendudukan diri. Duduk menghadap Kibum dengan gerakan senormal mungkin.
Kyuhyun menarik nafas panjang, Kibum mengerinyit melihat tingkah bocah manja itu.
"Hyung aku sudah tidak bisa menahanya lagi." Kibum kembali melempar tanya dari gerak mata kelamnya. "Akumenyukaimu!" Ujar bocah itu cepat, namun Kibum dapat mendengarnya dengan sangat jelas.
Kyuhyun sungguh merasa diawang-awang ketika Kibum memeluknya hingga sesak nafas. Rasa sesak terindah dalam hidupnya. Dia merasa rela mati saat itu juga. Mati dalam pelukkan Kibum. Terlebih lagi saat Kibum bertelanjang dada.
"Katakan sekali lagi Kyu!" Kyuhyun tidak pernah melihat Kibum seheboh ini sebelumnya. Ini pertanda baik bukan.
"Hyung aku menyukaimu! Ah tidak aku mencintaimu!"
"Terimakasih Kyuhyun-ah. Aku senang! Kupikir hanya aku yang menyimpang." Jelas Kibum, dia terlihat sangat senang.
"Jadi hyung menerimaku kan?" Tanya Kyuhyun tak kalah senang.
"Tunggu!" kata Kibum tiba-tiba.
"Kenapa?" Tanya Kyuhyun.
Kibum pelan-pelan melepas kukunganya atas Kyuhyun. Menatap bocah itu dengan perasaan tidak enak.
"Kyuhyun maaf, tapi aku menyukai orang lain. Dia Kim Heechul saemnim, dokter klinik sekolah kita." Tutur Kibum.
Kyuhyun membeku. Dia baru saja ditolak. Dan rasanya sangat sakit, seperti dihempaskan dari langit lantas jatuh ke danau lava gunung berapi. Hatinya lebur meleleh terbakar api cair itu.
.
.
.
Semenjak penolakan yang dialakukan, Kibum menjadi kesepian. Sudah hampir satu minggu Kyuhyun tidak pulang ke asrama. Kibum menerka-nerka jika Kyuhyun mungkin marah padanya.
Rasanya sangat sakit saat pernyataan cintamu ditolak. Kibum sudah merasakanya. Kim Heechul menolaknya, Dokter klinik sekolahnya itu ternyata sudah bertunangan. Bahkan pertunangan Heechul dan Kekasihnya masuk ke surat kabar juga infotainment. Kibum yang hanya siswa highschool kalah telak dengan tunangan Heechul yang merupakan CEO Agency artis besar dinegaranya. Miris! Apa ini karma?
Dan sekarang setengah mati Kibum merindukan Kyuhyun. Tiga malam terakhir dia meniduri ranjang Kyuhyun. Menggunakan selimut juga bantal Kyuhyun. Sudah ratusan pesan yang Kibum kirim pada nomor kontak roommate-nya itu. Dia juga menelfon Kyuhyun berkali-kali, awalnya tidak ada jawaban lalu lama kelamaan nomornya menjadi tidak aktif.
"Kyuhyun, sekarang aku tahu kenapa kau selalu ingin punya doraemon. Karena aku juga menginginkanya sekarang, aku butuh mesin waktu. Aku ingin kembali kemasa minggu lalu. Memperbaiki kesalahanku agar kita tetap baik-baik saja. Atau mungkin pintu kemana saja agar aku dapat menemuimu dan memohon maaf padamu." Kibum berguling-guling diranjang Kyuhyun, dia jadi out of character karena merindukan sipemilik ranjang.
.
.
.
"Hyung, Kibum bilang dia suka padamu." Kata Kyuhyun.
"Aku tidak suka brondong yang masih bergantung pada orang tuanya." Kim Heechul, pria cantik itu memainkan senter kecil ditanganya. Mengarahkan cahaya benda itu ke mata bulat Kyuhyun.
Pupil mata cek!
"Jadi jika dia brondong kaya kau akan menyukainya?" Tanya Kyuhyun dengan mimik super sedih dan merana.
"Mungkin. Katakan Aaa~..." Balas Heechul cuek.
"Aaa~" Kyuhyun membuka mulutnya. Dia begitu manis saat menurut.
"Lebih lebar..." titah Heechul. Kini senter kecil ditanganya mengarah ke mulut Kyuhyun yang terbuka.
"AAAaa~"
Kontrasi papila cek!
"Aku sudah akan menikah dengan kakakmu, dia sangat mencintaiku jadi aku tidak akan meninggalkanya."
"Hng! Jangan tinggalkan Leeteuk hyung, dia sangat sangat sangat mencintaimu. Aku percayakan Leeteuk hyung padamu."
Tekanan darah cek!
"Kau sangat percaya padaku ya?" Tanya Pria cantik itu.
"Absolute!" Sahut Kyuhyun.
"Kenapa?"
"Karena Leeteuk hyung terlihat sangat bahagia saat bersamamu. Kau sumber kebahagiaanya." Jelas Kyuhyun.
Dikamar kelas presidentsuit bercat biru langit itu. Diranjang king size-nya Kyuhyun duduk bersandar pada bantal-bantal besar yang ditumpuk menjadi satu. Pijama hijau tosca bermotif awan membalut tubuhnya yang terlihat lebih kurus. Punggung tangan kirinya telah menjadi sarang jarum infus beberapa hari terakhir. Bocah manis itu terlihat seperti zombie, matanya sayu dikelilingi lingkaran hitam, kechubby-an pipinya nyaris menghilang. Bibirnya pucat dan kehilangan kelembaban. Kim Heechul, si pria cantik yang terkesan sadis terlihat iba pada bocah super cerewet bernama Kyuhyun itu.
"Bukan aku tapi kau. Dirimulah sumber kebahagiaan Leeteuk. Jadi kau harus cepat sembuh." Heechul merapatkan selimut yang Kyuhyun kenakan. Heechul menyayangi Kyuhyun seperti adiknya sendiri. Walau kasihnya tidak ditunjukkan dengan sikap dan tutur lembut.
"Apa bisa?" Tanya Kyuhyun lirih. Dia sakit, benar-benar sakit. "Dulu kupikir sakit ini hanya ada di drama-drama yang ku tonton setiap malam. Didalam drama itu mereka masih tetap tampan dan cantik. Mengapa aku begitu mengerikan?" Keluh Kyuhyun.
"Drama dan kenyataan itu berbeda, Kyuhyunie."
Ya Kyuhyun tahu, maka dari itulah dia tidak menyangka jika penyakit yang sering muncul didrama juga singgah dihidupnya. "Kau akan sembuh, aku janji."
"Bagaimana jika tidak. Apa aku akan mati seperti eunseo didrama Autumn in myheart?" Kyuhyun takut, bukan takut mati. Dia takut meninggalkan Leeteuk - dan Kibum. Semua orang akan mati juga pada akhirnya. Kyuhyun hanya belum siap, semua terasa mendadak baginya. Dia begitu dalam memikirkan masalah hidupnya hingga membuat tubuh dan pikiranya stress. Kyuhyun berada dititik terendahnya sekarang.
"Kau terlalu banyak menonton drama. Kau harus percaya padaku. Kim Heechul ini adalah dokter hebat! Kau harus bangga menjadi pasienku."
"Percaya? Kau bahkan bekerja sama dengan Leeteuk hyung untuk membohongiku. Dokter klinik sekolah? Menggelikan. Percuma kau kuliah di Jerman jika hanya untuk menjadi dokter klinik." Cibir Kyuhyun.
"Aku melalukan itu demi menjagamu, bocah!" Heechul berusaha menekan emosinya, Kondisi bocah dihadapanya sedang buruk, tak hanya raganya tapi juga batinnya. Heechul tidak ingin Kyuhyun kembali jatuh.
"Aku marah! Aku benci! Mengapa kalian menyembunyikan ini dariku?!" Kyuhyun tidak bisa menahannya lagi, dia menangis keras. Dirinya benar-benar kecewa.
"Karena kami sayang padamu. Karena kami tidak ingin kau terbebani. Kyuhyunie, mengertilah! Jangan persulit dirimu sendiri dengan rasa terpurukmu." Jelas Heechul melembut. "Kau tahu?! Leeteuk begitu tersiksa dengan kemarahanmu, dia sungguh-sungguh merasa bersalah. Berhenti dengan sikap kekanakkanmu itu. Leeteuk sungguh mengkhawatirkanmu, ini sudah hampir satu minggu dan kau masih belum mau bertemu denganya?"
"Aku benci padanya! Aku benci padamu! Aku benci kalian semu -ughh!"
Kyuhyun meremas perutnya yang tiba-tiba terasa sakit, sendi-sendinya melemas bahkan pandanganya meredup. "A..kuh ben...cihh, kali,anh.. hiks.."
Jauh disudut hatinya, Kyuhyun benci dan kecewa pada dirinya sendiri.
"Kau tidak membenci siapapun, kau hanya terlalu kecewa..." bisik Heechul.
"Ke..luar.. ngh! KELUAARR! Tinggalkan aku sendiri!"
Kyuhyun menyentak lengah Heechul, hingga alat suntik ditangan pria cantik itu terhempas kelantai.
"Biarkan kuberi pereda nyeri, dan aku akan keluar setelah kau tidak kesakitan lagi! Jangan egois.. itu hanya akan merusak dirimu sendiri."
Heechul mengambil obat dan ampul yang baru. Dengan sedikit sebal ia suntikkan satu ampul penuh painkiller pada karet infusan Kyuhyun. Dalam hatinya, dia meruntuk mengapa dirinya mau menjadi dokter padahal cita-citanya adalah menjadi model. Dokter selalu menjadi pihak yang disalahkan, itu menyebalkan.
Kyuhyun sendiri hanya diam, dia sudah tidak sanggup meluapkan amarahnya, dia lelah. Dan berkat obat yang Heechul berikan, akhirnya bocah itu jatuh tertidur.
.
.
.
Dibalkon kamarnya, Leeteuk membiarkan angin sore menerpa tubuhnya. Berharap angin itu membawa terbang rasa gelisah dihatinya.
"Dia baik-baik saja kan?" tanya Leeteuk pada Heechul, Ketika pria cantiknya itu tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang.
"Tentu saja tidak. Dia sakit parah, Tuan park!" Balas Heechul, ukenya itu memang lebih senang berkata jujur, sekalipun kejujuran itu menyakitkan.
"Apa ada kemungkinan untuk sembuh?" Nada keputusasaan terselip disana.
"Ada, jika dirinya benar-benar ingin." Jawab Heechul. "Buat dia memeliki alasan untuk sembuh."
"Aku menyayanginya dan tidak ingin kehilanganya, apa itu tidak cukup kuat?" Leeteuk merubah posisinya hingga kini berhadapan dengan Heechul.
"Dia remaja yang masih labil.. egonya begitu tinggi. Dia belum bisa memahami apa maksud tindakkanmu." Jelas Heechul. "Jangan hanya berdiam diri ketika dia tidak mau bertemu denganmu. Itu sama saja dengan kau yang membiarkanya menghadapi masalahnya sendirian."
"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Leeteuk frustasi.
"Tetap ada disampingnya walaupun dia menolak, tetap memeluknya walaupun dia meronta. Dasar bodoh! Bagaimana Artson Entertainment bisa begitu maju padahal CEOnya bodoh!" Cerca Heechul.
Leeteuk bersyukur ada Heechul disisinya. Dengan melilumat bibir Ukenya itu Leeteuk merasa tubuhnya kembali berenergi.
"Bolehkah ku minta malam ini.."
"Dasar mesum!"
.
.
.
End Chapter 1
.
.
.
Hai apa kabar?
ini Ff debut saya di ffn. Maaf aneh, pasti ada yg ketiduran baca ff ini.
Ya begitulah jika orang dengan imaji pas2an mncoba menulis.
Ini ga layak riview kyanya. Yasudahlah. Terima kasih sudah mampir maaf untuk typosssssnya.
