Promise

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: Out Of Character, Typo (yang bertebaran), GaJe, Dll.

.

.

.

HAPPY READING!

.

.

Chapter 1 : You and I

"Hei, ayo kemari!"

"Hn, aku kesana Karin-chan."

"Tungguu, Sasuke-kun! Karin-chan!"

Ketiga anak kecil berumur 6 tahun sedang bermain disebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Ketiganya terlihat sangat menyolok dengan warna rambut mereka yang berbeda satu sama lain -di hari yang siang terik.

Salah satu diantara mereka yang memiliki warna rambut merah memandangi wajah temannya yang berambut raven dengan mata yang bersinar. Sementara yang dipandangi sedang sibuk bermain boneka ayam (?) bersama anak perempuan berambut merah muda.

"Aku lapar," kata anak lelaki berambut raven, Sasuke. Matanya menerawang ke langit biru di atas sana.

"Aku juga lapar," sahut anak perempuan berambut merah muda sambil mengipasi rambut pendeknya, Sakura. Ia menatap pohon yang tak jauh di hadapannya.

"Aku juga begitu! Tapi tenang, aku membawa bekal yang diberikan Kaa-san tadi pagi! Ayo kita makan sama-sama, Sasuke-kun!" anak perempuan yang berambut merah membuka kotak bekal miliknya dan menawarkannya pada Sasuke.

Sasuke melihat isi dari kotak bekal itu, kemudian mengulurkan tangannya mengambil salah satu roti isi, "Terima kasih." Ia memakan roti itu dengan satu gigitan penuh, membuat wajahnya yang chubby semakin imut.

Sementara itu, Sakura merasa sedih karena tersisihkan dan tidak ditawari satu pun roti dari Karin. Ia juga lapar, tetapi ia tidak mau meminta pada gadis berambut merah yang sedang sibuk dengan roti ditangannya. Ibunya sudah mengajarkan untuk tidak meminta sesuatu pada orang lain.

Matanya mulai berkaca, dan pipinya memerah karena terik matahari. Sedangkan Sasuke dan Karin sedang duduk di bawah pohon yang agaknya rindang. Sakura segera duduk dibalik pohon dan menenggelamkan wajahnya dilutut, berusaha mengurangi lapar dan sedihnya.

"Ini, ambil."

Sebuah tangan kecil terulur didepan wajah Sakura yang menunduk. Mendengar hal tersebut, Sakura mengangkat kepalanya memandang wajah orang di hadapannya dengan mata emerald-nya yang masih merkaca-kaca.

Mata onyx milik wajah itu sedikit menyipit, sedang tersenyum tipis pada Sakura.

"Te-terima kasih," jawab Sakura polos sambil meraih roti yang sengaja dibelah Sasuke.

Sebenarnya, Sasuke memberikan sebagian rotinya untuk Sakura karena ia tahu, Karin memang tidak berniat memberi roti pada gadis bermata emerald didepannya itu. Ia merasa, Karin sengaja ingin pamer dan membuat Sakura sedih.

Melihat Sakura yang berwajah sayu, membuatnya tidak tega dan memberikan sebagian roti miliknya. Dan ketika gadis itu mengambil roti dan berkata dengan polosnya, entah kenapa pipi Sasuke terlihat menyemburatkan rona merah tipis.

"Hn. Habis makan, kita main lagi ya," kata Sasuke yang duduk di samping Sakura, melupakan Karin. Ia sedang jengkel pada gadis kecil itu.

"He-em" jawab Sakura yang mulutnya penuh dengan roti sambil tersenyum ceria.

Merasa dilupakan, Karin duduk diantara Sasuke dan Sakura (masih di bawah pohon) dengan wajah cemberut. 'Huh, padahal aku ingin bersama Sasuke-kun! Pokoknya aku tidak boleh kalah!' tekadnya dalam hati.

Ketiganya kemudian makan bersama, dengan sedikit celoteh Karin yang berusaha mencari perhatian Sasuke. Bahkan Karin, dengan sigap dan siap memberi segala sesuatu yang dibutuhkan Sasuke. Seperti air minum, bahkan mau membawakan bola milik lelaki berambut raven tersebut dengan senang hati.

Sasuke merasa senang-senang saja dan membiarkan Karin melakukan apa yang ia mau. Toh, dengan itu Sasuke tidak perlu repot dan terganggu. Ia bahkan dapat bermain dengan leluasa tanpa gangguan.

Sedangkan Sakura, ia sama sekali tidak marah ataupun dendam pada Karin. Ia yang masih polos, selalu saja mengikut pada Karin dan Sasuke. Terkadang ia memang dicueki Karin, namun pada dasarnya Karin juga tidak benci Sakura. Hal itu membuat mereka selalu bersama hingga umur 12 tahun.

6 Tahun kemudian

Sakura, Sasuke, dan Karin akan menyelesaikan studi di sekolah dasar. 6 tahun telah berlalu, membuat sifat mereka sedikit berubah. Namun ketiganya masih suka bermain di taman, dan bersama-sama di sekolah.

"Sasuke-kun! Ini, kubawakan bekal untukmu!" seru Karin bersemangat, sambil mendatangi Sasuke. Di tangannya sudah membawa sebuah kotak berwarna putih bening.

"Hn," jawab Sasuke pendek. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Karin. Ia duduk disamping meja Sasuke dan membuka bekalnya pula.

"Hei, kalian mau?" Sakura yang duduk didepan Sasuke dan Karin menawarkan cookies pada keduanya. "Ini rasanya bermacam-macam dan tidak terlalu manis," terangnya sambil tersenyum cerah.

"Mauu!" Karin bersorak girang dan mencomot salah satu cookies, kemudian melahapnya. "Enaak! Terima kasih Sakura-chan!"

"Sasuke mau?" tanya Sakura lagi, kemudian menyodorkannya di depan Sasuke. Matanya menyipit karena tersenyum.

"Hn," ia mengambil salah satu dan menggigitnya, "Ini enak. Tidak terlalu manis." Ia ketagihan dan mengambil sebuah lagi.

Karin menoleh heran, "Kamu menyukainya Sasuke-kun? Kalau begitu, aku juga mau membawa kue nanti!" ia menyipitkan mata dan menatap Sakura, "Sakura-chan mau makan bekalku sama-sama?"

"Aa, bagaimana ya?" ia salah tingkah ditawari makanan oleh Karin. Baru kali ini, gadis itu mau membagi bekalnya.

"Hn. Bantu aku menghabiskannya," celetuk Sasuke sambil membuka tutup bekal milik Karin yang sudah diberikan padanya.

"Baiklah," putus Sakura kemudian. Ia kemudian bergabung di sebelah kedua orang itu.

Akhirnya mereka makan bersama sambil bergurau ringan -kebanyakan didominasi oleh Karin dan Sakura. Diam-diam wajah Sasuke mengeluarkan semburat merah seperti dulu ketika menatap mereka –tepatnya salah satu diantara dua gadis di hadapannya, entah yang mana.

.

.

.

To: Sasuke-kun, Sakura-chan.

Bisa kita bertemu di taman sore ini? ada yang ingin kubicarakan pada kalian. Kutunggu ya...

Karin menghela napas pasrah ketika melihat pesannya sendiri. Mata ruby-nya meredup tanpa semangat.

"Sasuke-kun... Sakura-chan..."

Ia menatap jam disampingnya, pukul 3 sore. Ia beranjak keluar sambil mengenakan jaket merah marun miliknya.

"Sekarang saatnya," tekadnya dalam hati.

.

.

.

"Ada apa Karin-chan? Tiba-tiba memanggil kami berdua," tanya Sakura yang mengenakan kaus dan rok sebatas lutut, tanpa jaket. Terlihat, ia sedikit terburu-buru sebelumnya. Karena sampai lupa mengenakan penghangat tambahan di tubuhnya.

"..." Sasuke diam sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku. Setelah masuk SMP membuatnya makin dingin dan cuek.

Mata Karin berkaca-kaca, "Aku... Harus pindah ke Amerika..."

Sakura dan Sasuke terkejut mendengar perkataan Karin. Mereka tidak menyangka harus berpisah dengan salah satu teman –bisa dibilang sahabatnya di saat seperti ini. Ketiganya berpegangan tangan di pohon yang sama dengan yang dulu, dan dua diantaranya menangis.

"Kenapa harus pindah? Kalau kau pindah bagaimana dengan kami? Kita 'kan selalu bersama selama ini! Aku..." Sakura tidak mampu melanjutkan kata-katanya karena berusaha menahan isak tangis yang hampir pecah.

"Berapa lama kau akan pergi?" tanya Sasuke, agaknya juga sedih kehilangan salah satu sahabatnya dari kecil. Tapi wajahnya tetap datar seperti tidak terjadi apa-apa.

"Hiks... Orang tuaku harus mengurus pekerjaan mereka disana... Hiks... Aku juga tidak rela berpisah dengan kalian... Hiks, dan Sasuke-kun..." Karin terisak dan memeluk Sakura. "Aku tidak tahu kapan bisa kembali, hiks... Tapi aku pasti akan kembali secepatnya..." ia kemudian ganti memeluk Sasuke.

"Kami akan merindukanmu Karin," kata Sakura sambil berlinangan air mata.

"Hn. Hati-hatilah," tambah Sasuke singkat. Ia membalas pelukan Karin dan mengelus-elus rambut merah itu perlahan.

Karin merasakan nyaman di pelukan Sasuke, seakan tidak ingin lepas. Sejak dulu, ia selalu kagum pada lelaki itu. Ia berusaha melakukan apapun, agar lelaki itu mau mengalihkan perhatian kepadanya dan sekedar tersenyum padanya. merasakan balasan, ia tersenyum dan mencium pipi Sasuke cepat, "Pasti."

Sasuke dan Sakura sedikit terbelalak melihat itu. Namun raut Sasuke kembali normal dan balas memeluk Karin, agar sang gadis tidak sedih lagi. Berbeda dengan Sakura, gadis itu sedikit merasa aneh di dalam hatinya, membuatnya diam terpaku. 'Ada apa ya denganku?'

Karin melepaskan pelukannya pada Sasuke dan berkata, "Terus, kalau aku tidak ada, maka tidak ada lagi yang akan mengurus Sasuke-kun lagi. Apakah kau tidak apa-apa Sasuke-kun?" ia menatap Sasuke sendu.

"Masih ada Sakura di sini. Kau tidak perlu khawatir," jawab Sasuke sambil menoleh kearah Sakura. Ia sedikit merapatkan jaketnya dan menatap lekat Sakura.

Sakura mengerjapkan matanya dan tersenyum gugup, "Ah, apa?" Ia tidak memperhatikan ucapan mereka tadi karena berfikir hal lain.

Karin berubah sedikit ceria, "Benar juga! Sakura-chan, kau mau 'kan menggantikan posisiku untuk sementara, mengurus Sasuke-kun?" Matanya penuh binar harapan pada Sakura.

"Hah? Ta-tapi Sasuke-kun bukan anak-anak lagi Karin-chan," tolak Sakura halus. Ia tidak mau harus menjadi pembokat Sasuke.

"Oh, ayolah Sakura! Kumohon! Ini hanya sementara kok, sampai aku kembali! Aku tidak ingin Sasuke kerepotan tanpaku. Ya?" serang Karin dengan puppy eyes. Senjata utama saat ia memohon, agar segera dituruti.

Sakura tidak tahan akan tatapan itu akhirnya menghela napas dan mengangguk, "Baiklah, tapi hanya sampai kau kembali ya," Sungguh, Sakura bukan orang yang gampang menolak permintaan seseorang.

Karin tersenyum lebar, "Iya! Terima kasih Sakura-chan! Kau memang sahabat baikku!" ia memeluk Sakura, yang langsung dibalas Sakura.

"Sama-sama," jawab Sakura sambil menutup mata -berdoa. 'Tuhan, semoga keputusan yang kubuat ini benar,' katanya komat-kamit dalam hati.

Entah kenapa melihat pemandangan itu, Sasuke tidak tampak sedih lagi. Ia malah menyeringai tipis.

.

.

.

"Kita pulang?" tanya Sasuke pada sakura yang masih berada di taman. Keduanya masih berada dibawah pohon dan duduk tanpa melakukan apa-apa.

Karin sudah pergi ke bandara, dijemput kedua orangtuanya beberapa saat yang lalu. Sebenarnya mereka berdua –Sasuke dan Sakura- ingin ikut mengantar sampai bandara, namun mereka tidak membawa uang maupun kendaraan. Jadinya mereka berpisah di taman, dan berjanji akan bertemu di taman itu lagi.

"Baiklah," jawab Sakura pelan sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Nampaknya ia mulai kedinginan.

Sasuke yang melihat itu, hendak melepaskan jaketnya. Namun ditahan Sakura, "Jangan kau lepas jaketmu untukku. Sebentar lagi aku yang harus mengurusimu, masa aku yang dilindungi sih?" Sakura mencoba melucu.

"Hn. Ya sudah," Sasuke batal melepas jaketnya dan berjalan mendahului Sakura.

Sakura kaget, padahal ia hanya berusaha sok keren menolak jaket Sasuke. Ternyata Sasuke menanggapi perkataannya. Ia berlari mengejar Sasuke dan berjalan disampingnya, "Hei! Tunggu! Ke-" belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, Sasuke sudah merangkul pundaknya.

"Biar tidak dingin," Sasuke beralasan sambil membuang muka kesamping. Padahal wajahnya sudah semerah apel.

Sakura tersenyum polos dan menyambut rangkulan Sasuke dengan menyelusup makin dekat, "He-em..." ia bergumam pelan sambil berkata dalam hati, 'Hangat.'

Mendengar gumaman itu, Sasuke tersenyum tulus dan makin mengeratkan rangkulannya pada Sakura.

Mereka berjalan bersama.

Dikelilingi angin yang bertiup makin kencang dan daun-daun yang jatuh berguguran.

Dan dari sana-lah, kehidupan Sasuke dan Sakura dimulai.

.

.

.

3 tahun kemudian

"Bawa ini, dan ambilkan yang di sana," perintah seorang laki-laki kepada perempuan di depannya. Mata hitamnya menatap lekat orang di depannya.

"Sebentaaaar!" jawab perempuan bermata emerald dengan bibir yang dikerucutkan. Tangannya sedang sibuk sekarang.

Ya, Sakura menepati janjinya pada Karin. Hal itu membuatnya terikat pada segala komando dari lelaki bermata onyx yang makin hari makin keren itu. Sasuke dan Sakura agaknya sudah berubah hari demi hari. Entah dalam bentuk fisik maupun sifat, keduanya terlihat makin menarik di kalangan siswa-siswi.

Sasuke Uchiha, lelaki yang dulu manis dan imut telah berubah jadi sosok yang keren dan menawan. Wajahnya yang tampan dan kekayaan yang dimilikinya membuat banyak wanita jatuh hati padanya. Sifat manja dan bersahabatnya dulu, sekarang sedikit tertutupi oleh wajah datar tanpa ekspresi. Namun, hal itu membuat pesonanya makin bertambah.

Sakura Haruno, anak perempuan yang dulunya cengeng dan selalu menurut tidak terlalu banyak berubah. Sifatnya ceria dan ramah pada semua orang. Tapi jika ia marah, ia bisa berubah 180 derajat berbeda. Banyak yang menyukainya, karena wajahnya yang sepolos malaikat dan sikapnya yang bersahabat.

Nampaknya, setelah kepergian Karin ke Amerika membuat Sasuke dan Sakura menjadi dua teman yang unik. Kadang bertengkar kecil, kebanyakan Sasuke yang mencari masalah dan Sakura yang mengomel kesal. Akrab bukan?

"Yang ini barangnya?" teriak Sakura dari kejauhan dan melambaikan kaos kaki berwarna putih dengan agak jijik. Matanya menyipit ragu melihat rupa kaos kaki itu.

"Tck, bukan! Yang satunya!" balas Sasuke agak kesal kemudian mendekati Sakura yang sedang mengobrak-abrik di sudut ruang kamarnya. Hah, kamar?

Biar aku jelaskan. Jadi Sasuke dan Sakura saat ini sedang di kamar asrama Sasuke mencari kaos kaki olahraga milik si bungsu Uchiha tersebut. Mereka berdua sudah menjadi murid SMA dan tinggal di asrama khusus campuran.

Kenapa di asrama campuran?

Asrama campuran merupakan asrama khusus bagi pelajar yang memiliki prestasi tinggi dan uang yang cukup banyak. Sakura yang cerdas dan Sasuke yang kaya membuat mereka tinggal di asrama yang sama dan kamar yang tidak terlalu jauh –Sasuke yang mengatur agar tempatnya berdekatan- satu sama lain.

"Lha? Terus yang manaaa? Aku lelah sekali Sasuke-kun! Ini sudah tengah malam, dan aku harus menyelesaikan tugasku!" gerutu Sakura sambil mengacak rambut sepinggangnya frustasi. Tumpukan baju Sasuke berserakan di depannya.

Sasuke yang mulanya mendekat, malah berselonjor di kasur king size miliknya sambil mengetik sesuatu di handphone, "Aku tidak peduli. Yang penting temukan dulu kaos kakinya." Mata Sasuke melirik Sakura sekilas kemudian beranjak tidur.

Sakura menghela napas kesal, kemudian mencoba mencari lagi. Sejak masuk SMA membuat Sasuke makin memerintahnya macam-macam dan membuatnya makin sibuk. 'Cih, kalau bukan karena Karin-chan yang memohon dan aku yang sudah berjanji, tidak akan kulakukan hal seperti ini!' teriaknya dalam hati.

Setelah 10 menit mencari, barulah Sakura menemukan kaos kaki olahrahga Sasuke yang terjepit di balik lemari pakaian. 'Kok bisa disini sih? Dan ampuuun, aromanya sudah menyengat! Dasar ayam jorok!'

Ia mendekati ranjang dan mendekatkan kaos kaki tersebut di hidung mancung Sasuke. Yang disodori langsung terduduk sambil menutupi hidungnya. "Yang ini Sasuke-kun?" tanyanya secentil mungkin dengan wajah menahan tawa.

"Sialan kau Sakura! Itu bau, kenapa disodorkan ke wajahku?" umpat Sasuke sambil melotot tajam. Ia bangun dengan wajah kusut sementara tangan menutupi hidungnya.

"Biar kau bangun! Enak saja kau tidur, sementara aku ribut mencari kaos kakimu," Sakura menjulurkan lidah mengejek. Ia meletakkan kaos kaki itu dan melangkah menjauh, "Sudah ya, aku mau kembali ke kamarku. Oh ya, sebaiknya kau cuci kaos kaki itu! Gila banget baunya! Bisa-bisa fansgirl-mu pingsan mencium aromanya!"

Sasuke segera bangun dan mencegatnya pergi, "Hn. Boleh juga idemu. Sekarang cucikan ya Sa-ku-ra," balas Sasuke sambil menyeringai lebar. Hal yang membuat Sasuke menunjukkan ekspresinya adalah didekat Sakura.

"Apa? Tidak mau. Ini sudah malam, dan airnya pasti dingin sekali! Kau saja ya Sasu... Ya?" Sakura menangkupkan kedua tangannya dan meluncurkan puppy eyes. 'Percuma kalau berdebat, tidak akan selesai kalau dengan Sasuke. Lebih baik pakai cara ini,' batin Sakura cerdik.

"Tidak. Cuci sekarang. Kau bisa memakai air panas di kamar mandi," elak Sasuke sambil mendorong Sakura kearah kamar mandi. Wajahnya menyembunyukan seringai yang nyaris keluar.

"Sasuuu... Tapi ini sudah malam, aku mengantuk..." Sakura mencari alasan lain dan menatap Sasuke dengan wajah memelas. Ia benar-benar ingin kembali ke kamarnya sendiri.

Melihat mata emerald Sakura yang agak memerah membuat Sasuke kasihan, tapi segera ia menggeleng, "Sekarang Saku."

"Huh, peliit! Kalau begitu mana kata-katanya?"

"Hn?" Sasuke menautkan alis bingung.

"Mana kata 'Tolong' nya? Kau harus bilang 'tolong' kalau begitu."

"Hn. Tidak mau." Sasuke melipat kedua tangannya. Gengsi seorang Uchiha berkata 'tolong'.

"Kalau begitu selamat tinggal," Sakura berbalik dan hendak membuka pintu. Ia mengerucutkan bibir sesekali mengomel dalam hati.

Sasuke sedikit panik dan mencegahnya, "Aa... Ok, ok!" Sasuke menghela napas -Sakura menyeringai- "Sakura, 'tolong' cucikan kaos kakiku," ia mengucapkan kata tolong dengan pelan.

"Apa? Aku tidak dengar," Sakura makin menjahili Sasuke. Gantian sekarang ia yang menyembunyikan seringai.

"Tck, tidak ada siaran ulang."

"Hahaha... Begitu dong, Sasuke-kun!" sakura memungut kaos kaki Sasuke dan mencubit pipi Sasuke pelan, "Kau makin lama makin berubah! Dulu kau lebih manis dengan mengucapkan kata tolong dan terima kasih," Sakura menjauh pergi.

Sasuke yang wajahnya memerah mencengkram tangan Sakura, "Jadi, apakah aku sekarang manis bagimu Saku-chan?" Sasuke menyeringai tipis dan berbisik di telinga Sakura.

Sakura merinding dan mendorong Sasuke mundur, "Tidak juga. Kau 'kan egois," wajahnya memerah dan sedikit gugup.

'Egois ya,' batin Sasuke sambil memandangi punggung Sakura yang masuk kedalam kamar mandi. Ia mengikuti Sakura dan duduk disamping gadis yang sedang mencuci.

"Kenapa disini?" tanya Sakura heran sambil mengucek kaos kaki Sasuke.

"Menemanimu," Sasuke ikut mengambil sebelah kaos kakinya dan menguceknya. Namun hasilnya malah kaos kaki itu tidak terkucek dengan baik.

Sakura sedikit memerah mendengar kata-kata Sasuke, tapi ia menggeleng-gelengkan kepala cepat dan melotot, "Bukan begitu caranya, kalau kau lakukan dengan cara seperti itu malah membuatnya robek!"

Sakura mengambil alih tangan Sasuke dan memandunya mengucek dengan benar, "Begini caranya, jangan terlalu keras dan kuat."

Wajah Sasuke menyiratkan ekspresi aneh melihat tangan kecil Sakura yang menggenggamnya lembut. Kepalanya mendekat kearah rambut Sakura untuk mencium aroma rambut gadis tersebut, 'Wangi.'

Akibatnya ia malah tidak berkonsentrasi dan terus memandangi Sakura sambil sesekali mengendus rambut gadis tersebut. Sakura menoleh, "Kau lihat tidak?" ia tampaknya tahu Sasuke tidak memperhatikannya.

"Hn," lelaki berambut raven itu membuang wajahnya kesamping. Malu telah tertangkap basah.

"Hn, hn, hn! Dasar Sasuke-kun sok kereen!" Sakura mencibir dan mulai mencuci lagi.

Sasuke tidak memperdulikan rona merah tipisnya, kemudian tersenyum jahil dan menowel pipi Sakura dengan air sabun, "Hehehe..." tawanya penuh kemenangan.

Gantian wajah Sakura memerah, melihat Sasuke yang tertawa pelan diampingnya. Ia membalas dendam sambil mengusap balik wajah Sasuke dengan air sabun, "Awaas Kau Sasuuu!"

Dan keduanya melupakan kaos kaki yang dicuci tadi karena sibuk perang sabun.

...

Setengah jam saling melempar sabun, membuat tubuh mereka basah oleh air. Sisa waktu yang dimiliki, digunakan mereka untuk menyelesaikan mencuci kaos kaki. Setelah keluar dari kamar mandi, Sakura menatap jam diatas meja.

01.16 am.

"Apa? Aku harus segera kembali!" Sakura segera berjalan menuju ke pintu, tapi Sasuke mencegatnya.

"Bodoh, kalau kau keluar basah begitu, pengawas akan tahu dan mencarimu," ucap Sasuke datar.

Sakura menepuk dahi, "Benar juga. Terus bagaimana caranya aku kembali ke kamarku? Masa aku harus di sini sampai pagi?" tanyanya tidak yakin.

"Hn, kau boleh tidur disini," kata Sasuke sedikit menyeringai mesum. Benar-benar, Sasuke akan kehilangan karakter yang dibangunnya setelah bersama gadis di depannya.

"Oh, ayolah Sasuke-kun... Jangan bercanda di saat begini!" Sakura memasang wajah jengah. Ia memikirkan cara-cara yang mungkin berhasil.

TOK... TOK...

Keduanya menoleh bersamaan kearah pintu yang diketuk cukup keras. Sakura berputar-putar ditempat panik, "Sasuuu! Ada pengawas datang, bagaimana ini?"

"Itu karena kau berteriak terus!" Sasuke memegang kepalanya sendiri sambil mengacaknya.

"Sasuke Uchiha, bisa buka pintunya?" tanya suara di depan lebih bisa dibilang memerintah lewat intercom –asrama campuran punya intercom-.

Karena Sakura terburu-buru, ia terjatuh ke lantai dan jidatnya terbentur ujung meja, "Aduh! Sakit!" tidak sengaja Sakura berteriak.

"Kau bersama seseorang, Uchiha? Cepat buka pintunya!" perintah suara itu, ketika mendengar teriakan.

"Tch," Sasuke mendecak kesal.

-TBC-

Wuih, cerita opo toh iki? (Wih, cerita apa sih ini?) kok gak masuk akal ya kayaknya? #plakplakplak *reader sweatdroop* maaf kalau tidak masuk akal, dan harap menutup hal tersebut demi kelancaran fic ini ya! #ditabok XO

Fic ini muncul dari mimpiku, yang entah sudah berapa bulan yang lalu. XD atau bisa disebut setahun yang lalu ya? hehehehee...

Aku akan meng update jika banyak yang review nih, tapi kalau sedikit dengan sangat terpaksa fic ini akan kuhapus saja... ToT ketimbang gak ada yang baca... #pundung

Jadi, kelanjutan fic ini tergantung dari kalian para reader dan reviewer! :D ada yang bisa bantu aku? *winkwink*

Oke, Review ya! :D

Karikazuka