SEBUAH KONTRAK, DARI AWAL HINGGA AKHIR
A KUROSHITSUJI FANFIC, CIEL PHANTOMHIVE SPECIAL TRIBUTE
BY NATE RIVER IS STILL ALIVE
KUROSHITSUJI © YANA TOBOSO
Warning: Sama dengan fic sebelumnya, tapi kali ini isinya full perjalanan hidup Ciel Phantomhive. Klo ga suka gapapa, asal mau baca fic ini. –dezigg-
Summary: Merah. Panas. Sakit. Sedih. Hancur. Hilang. Mati. Gelap. Kata-kata yang dapat mewakili masa laluku. Aku, Ciel Phantomhive, terlahir di dalam keluarga yang bahagia pada awalnya. Lalu mati dimakan seorang iblis. Ciel Tribute. Second Kuroshitsuji Fanfic. Enjoy reading.
CHAPTER 1: CIEL PHANTOMHIVE
Namaku Ciel Phantomhive. Seorang bangsawan Inggris yang terhormat. Lahir sebagai penerus keluarga Phantomhive yang sejak dahulu dinobatkan sebagai anjing pengawal Sang Ratu, Queen's Guard Dog. Di hari ulang tahunku, orang tuaku mati bersama dengan mansion Phantomhive yang terbakar. Di hari yang sama, aku dikorbankan pada sebuah organisasi misterius yang mencetak tanda ditubuhku dengan besi yang dibakar. Harga diriku dijatuhkan. Kehormatanku dinodai. Senyumku direnggut. Organisasi itu melemparku ke dasar neraka. Neraka yang paling dalam hingga aku tak mungkin dapat memanjat naik dan keluar.
Aku tak akan berakhir di sini. Aku tak akan mati. Siapa saja, tolong aku! Akan kuberikan apapun untukmu! Tidak masalah jika aku harus menjual jiwaku pada iblis sekalipun!
"Sekali seseorang telah menolak takdirnya, mustahil baginya bisa melewati gerbang surga."
"Siapa kau?"
"Aku adalah iblis."
Iblis? Haha, lucu sekali….
"Bisakah seseorang yang percaya pada Tuhan… memanggilmu?"
"Kalau begitu aku tanya satu hal. Apa kau ingin membuat kontrak?"
"Cukup! Cepat buat kontraknya dan kabulkan keinginanku!"
Kabulkan keinginanku dan lepaskanlah aku dari penghinaan ini!
"Kau sudah memanggilku. Kenyataan itu tak akan berubah. Pengorbanan yang kau buat tak akan pernah kembali. Nah, pilihlah."
"Ini perintah! Bunuh mereka semua!"
Mereka berhak mati!
"Aku akan menjadi pedangmu. Harga untuk membalaskan dendammu adalah—"
Bayaran ya?
"Jiwa? Akan kuberi sebanyak yang kau mau."
Ternyata aku benar-benar menjual jiwaku pada iblis. Tapi aku tak kan menyesal. Ini jalan yang sudah kupilih. Aku akan membalaskan dendam pada orang yang sudah membunuh kedua orang tuaku, orang yang menodai kehormatanku. Mereka semua akan kutarik ke dalam neraka!
Dengan kekuatan yang kumiliki dari seorang iblis, aku menawarkan padamu jiwaku, maka jadilah pedang bagiku untuk memusnahkan orang-orang yang sudah menghancurkan keluargaku dan jadilah perisaiku untuk melindungiku dari kematian. Hingga tujuanku tercapai, Sebastian Michaelis, kau adalah butler-ku!
"Tuan Muda, sekarang waktunya bangun."
Pagi cepat datang dan pergi. Pagi dimana Sebastian membukakan gorden kamarku, membuatkan teh untukku, dan mengganti bajuku. Lalu membuatkan sarapanku, mengatur jadwalku, dan menemaniku ketika bepergian.
Sudah tiga tahun sejak aku menyewa seorang iblis sebagai butler-ku. Dengan kerja kerasku, kemauanku yang kuat, ketidakraguanku, rasa dendam dan kebencianku yang kupatri sekuat mungkin dalam hatiku sejak hari itu, sedikit demi sedikit kudapatkan apa yang pernah hilang dariku. Tapi bisakah aku mendapatkan kembali yang sudah mati? Tentu tidak sebelum aku melalui jalan yang sama dengan mereka, sebelum aku menaiki kereta yang sama dengan mereka. Tapi aku sudah jelas berada di neraka. Akankah aku berada di tempat yang sama dengan ayah dan ibuku?
Count Phantomhive, adalah namaku dalam pergaulan keluarga kelas atas. Aku membangun komunikasi dengan penduduk kota London hingga kudapatkan kembali kedudukanku dalam masyarakat. Aku membangun kembali mansion Phantomhive yang pernah hancur menjadi saksi bisu kematian kedua orang tuaku. Aku mendirikan pabrik mainan dan permen yang populer di kota ini dan bahkan di seluruh Eropa, Funtom Company. Aku memiliki beberapa keluarga dan kerabat. Tapi aku tidak pernah merasakan senang sekalipun dengan apa yang kumiliki sekarang ini.
Bagiku, keluarga dan kerabat itu hanyalah pion-pion catur yang kugerakkan dan kuberi perintah demi mewujudkan keinginan dan melindungi raja. Aku tidak menginginkan cinta dari mereka. Aku cukup bisa bertahan hidup dari sakitnya rasa dendam dan kebencian. Aku tak butuh kesenangan selain melihat orang-orang yang menghancurkan keluargaku tewas. Aku sudah lupa apa itu kesenangan. Segala hal yang kulakukan saat ini semata-mata karena keinginanku mengirimkan penderitaan yang sama bagi orang yang telah membunuh orang tuaku maupun yang terlibat didalamnya.
Aku tetap setia pada Ratu sebagai Queen's Guard Dog bukan karena keinginanku. Ini hanya tugas yang harus aku pikul sebagai anak yang terlahir dari keluarga Phantomhive yang terkutuk karena ditakdirkan untuk terus mengabdi padanya. Dan juga sebagai keluarga bangsawan yang menjaga kehormatannya, aku harus dan akan terus mempertanggungjawabkan tugasku, tentunya sambil menjalankan misiku.
Perintah dari Ratu kali ini membuatku kehilangan lagi keluargaku dalam kasus Jack The Ripper. Madam Red, dia dikendalikan oleh makhluk serba merah karena dendam yang terus terakumulasi dalam hatinya. Dendam membuatnya bisa membunuh orang lain tanpa ampun. Tapi hanya dalam satu kondisi, ketika dia tidak ragu untuk melakukannya. Dia terbunuh ketika ragu untuk membunuhku. Kesalahan fatal. Rasa ragu membuatnya terbunuh. Karena itulah aku tak akan ragu! Aku tak akan berhenti berjalan maju. Aku tak akan menyesali langkah yang sudah kuambil. Karena itulah, Sebastian, aku mempekerjakanmu. Jangan pernah mengkhianatiku dan jangan pernah pergi dari sisiku! Apapun yang terjadi!
"Yes, My Lord."
Kotor. Tak murni. Kelam. Yang ada dalam tubuhku hanyalah kebencian, dendam, dan kekotoran. Akulah manusia paling kotor hingga semua iblis pun menginginkanku dan semua malaikat ingin membunuhku.
Aku dipaksa merasakan penghinaan dan kesakitan dengan diperlihatkannya mansion-ku yang terbakar, keluargaku yang terbunuh, dan diriku yang diperlakukan lebih rendah dari pada binatang ternak. Dulu, aku adalah anak yang lemah. Tapi aku kembali untuk melimpahkan seluruh penghinaan pada orang yang dulu menyiksaku. Orang tuaku menjadi penghalang bagi orang-orang yang membunuh mereka. Kalau Phantomhive adalah musuh bagi mereka, dan kalau aku melanjutkan untuk memimpin mansion ini, mungkin mereka akan kembali mengincarku. Aku menunggu mereka datang padaku dan membunuhku.
Untuk apa duduk berdiam diri, bersedih, dan berduka? Hanya orang mati yang diam saja. Namun aku hidup dan berdiri dengan kedua kakiku sendiri. Kalau aku ingin mati suatu hari nanti, aku memilih melakukannya tanpa penyesalan. Lalu mengapa aku ingin membalas dendam? Semua itu hanya agar aku merasa lebih baik. Ini adalah permainan antara mereka dan aku untuk melihat siapa pemenangnya di akhir nanti. Karena seiring berjalannya waktu, rasa sakit terobati. Tapi aku tak ingin waktu yang mengobati segalanya. Walaupun jika kita ingin melarikan diri dari rasa sakit itu dan melupakan segalanya, apa yang menanti kita selanjutnya adalah rintangan yang menghalangi kita untuk terus maju ke depan.
Walaupun aku dilempar hingga ke dasar keputusasaan, jika ada benang laba-laba sehelai pun yang bisa kugunakan untuk memanjat naik, aku akan menangkapnya dan tak akan menyerah.
Lepaskan semua masa lalu yang cerah dan gelapmu disini.
Murnikan dosa yang kau bawa sejak lahir disini.
"A, apa?"
"Ciel… Ciel Phantomhive…"
Ada apa ini? Aku berulang kali melihat pemandangan yang sama. Di hari istimewa, dimana seharusnya aku dibacakan cerita oleh ibuku hingga aku tertidur di kamarnya, dimana seharusnya aku mendapat belaian lembut dan dekapan hangat seorang ayah, aku menyaksikan mereka terbakar di depan mataku! Dibelakang mereka, siapa? Makhluk bersayap berlumuran darah. Apa dia yang membunuh orang tuaku?
"Ka-kau?"
Hah? Ayah dan ibu… Kenapa wajah ibuku dan ayahku bisa bersatu seperti itu? Ukh! Menjijikkan!
.
"Sudah sadar ya?"
"Ternyata memang kau… Angela! Kau yang membunuh orang tuaku, 'kan?"
"Bukan, aku hanya orang yang terlibat dalam kematian orang tuamu. Bukankah Sebastian, bukan, kau yang membunuh orang tuamu sekali lagi?"
Pendeta di altar itu! Yang mengatakan kalimat yang sama dengan ibuku dan membelaiku dengan tangannya yang selembut milik ayah. Kurang ajar!
"Kau…"
"Ciel, kau sudah tercemar. Biar aku mengubah masa lalumu yang kotor dan menyedihkan. Agar yang akan muncul setelahnya adalah terang benderang."
Jangan! Kumohon jangan, jangan pemandangan itu lagi. Ayah, ibu….
"Tidak apa-apa, Ciel…"
Siapa yang bicara? Ayah dan ibu? Kalian berdiri tegak dan tersenyum dihadapanku?
"Tak perlu kau sesali kematian kami," Ayah….
"Ya, Ciel. Kami tak ingin melihatmu menderita," Ibu…. Tidak mungkin!
"Kalian bohong! Ayah dan Ibu waktu itu—"
"Kami waktu itu melihat cahaya," Cahaya?
"Cahaya yang terang, lembut, dan damai. Berkat kematian, ayahmu dan aku menjadi satu."
"Ya, kami bersatu. Kami bisa merangkul segalamu, tubuh dan jiwamu. Ciel, kami mencintaimu."
Ah… Ayah, Ibu….
"Nah, Ciel, datanglah. Kami tak membenci siapapun."
"Benar, Ciel. Jangan mengutuk dirimu sendiri dengan perasaan bodoh itu. Buanglah rasa benci dan balas dendammu. Kebencian itu kotor."
Kotor!
Benci!
Tidak.
Kebencian dan dendam itu kotor, ya itulah aku.
Meskipun Ayah dan Ibu tak membenci siapapun, itu tak ada hubungannya dengan balas dendamku. Aku mencintai kalian, karena itulah rasanya menyakitkan. Tapi yang ada dalam diriku sekarang hanya kebencian.
"Karena itu buanglah."
Tak akan! Jangan murnikan aku! Aku tak mau berubah! Jangan suruh aku membuang perasaan benci dan dendam ini! Karena aku kembali ke dunia ini dengan menjadi orang yang membenci dan mendendam, itulah aku. Jangan suruh aku membuang perasaan ini! Karena kalau bukan seperti ini maka aku yang bertekad untuk terlahir kembali tak akan pernah ada! Karena kalau aku membuang rasa benciku ini, berarti "aku" sejak hari itu tak pernah ada! Itu bukan aku!
"WAAAAAAAA!"
Aku tak akan pernah membuangnya! Tak akan! Aku tak akan pernah membuang kebencian ini!
"Huh, jiwa yang kotor memang menyedihkan. Rapuh, busuk, kelam. Seharusnya aku tak mengasihanimu! Kau lebih baik mati."
Aku memang berniat begitu. Tapi bukan untuk mati di tanganmu, tapi mati sebagai makanan orang itu. Yang sudah kujanjikan jiwaku padanya sebagai harga pembalasan dendam. Mati sia-sia atau dibunuh bukanlah rencanaku. Aku hanya ingin mati di tangan Sebastian.
Sekarang, biara dan organisasi itu sudah hancur. Orang-orang yang ingin menenggelamkanku ke dalam kegelapan sekarang sudah lenyap. Dendamku sudah tersampaikan. Berarti inilah saat terakhirku.
"Sebastian, kontrak sudah sempurna, bukan? Ambillah bayaranmu."
Dia tidak mengambil nyawaku? Kenapa? Mungkinkah masih ada orang lain yang menyebabkan kematian orang tuaku? Tentu, kalau bukan begitu, mengapa aku masih berdiri disini? Hidup.
"Lama tak jumpa, Ciel."
"Anda, Sang Ratu!"
"Lihatlah pemandangan diluar dari sini. Sebelum dimulainya era baru, Eropa akan berubah. Tapi… disana ada kekotoran, disana ada air yang tercemar, dan disini ada anak yang kotor."
Ucapannya tertuju padaku, aku… anak yang kotor, Ratu berkata seperti itu padaku!
"Aku harus membasmi semuanya. Tanpa pemusnahan, tak akan ada penciptaan. Jadi, untuk menciptakan era baru yang 'bersih', aku harus memurnikan keluarga Phantomhive tempat segala kebusukan dan keburukan negaraku."
Tidak mungkin! Ratu berkata seperti itu. Sama saja mengakui perbuatannya sendiri. Huh, tapi ternyata, disini, aku sudah menemukan orang yang kucari. Sekarang aku tahu siapa yang membuatku mengalami segala penghinaan ini. Aku tahu siapa yang harus aku bunuh. Selama ini aku selalu bersikap patuh pada orang ini demi reputasiku. Meskipun dia Sang Ratu, aku tak akan membiarkan orang yang sudah mempermalukanku hidup diatas penderitaanku.
Akhirnya aku tahu yang sebenarnya tentang keluargaku. Keluargaku adalah sumber kekotoran, kekacauan, dan ketidakmurnian yang sangat tidak diinginkan oleh Sang Ratu yang ingin membangun negeri yang putih bersih dari kekotoran. Maka dia memusnahkan keluarga Phantomhive yang bahkan sudah loyal padanya sejak kepemimpinan kakek buyutku! Tapi sayangnya dia menyisakan anak kecil ini. Tak tahukah dia bahwa aku akan memberinya penghinaan yang sama dengan yang kau berikan pada orang tuaku?
Garis akhir sudah di depan mata, aku tahu aku harus membunuhnya. Sudah kuberikan kalimat sakral, perintah untuk membunuh Ratu dan butler-nya. Namun lalu kuberikan perintah pembatalan, karena pertarungannya dengan Ash, butler Sang Ratu, telah membuat panik masyarakat. Lalu aku melihatnya! Sayap seorang malaikat! Dari punggung butler serba putih. Mengapa bisa ada seorang malaikat disamping Ratu?
Aku tahu semuanya. Dia sama saja sepertiku yang memilki tekad kuat untuk melakukan sesuatu. Kami sama-sama meminta bantuan siapapun untuk mewujudkannya. Bedanya ada pada keinginan yang ingin kami lakukan. Aku menolak kematian dan ingin membalaskan dendam pada orang yang menghancurkan keluargaku, sedangkan dia, Sang Ratu, ingin hidup abadi bersama belahan jiwanya dan memimpin negeri ini menjadi dunia yang bersih dan cerah tanpa kekotoran. Karena itulah, yang datang padaku adalah iblis sedangkan yang datang padanya adalah malaikat. Tapi semua itu omong kosong! Sesuci dan semulia apapun keinginannya hingga malaikat pun rela mengulurkan tangannya, dia melakukan dengan merenggut nyawa orang lain, nyawa orang tuaku, sama saja dengan keinginanku untuk membunuhnya. Tangan iblis ataupun malaikat sama saja! Tangan yang berlumuran darah.
Aku bermimpi. Seseorang yang sudah mati datang padaku dan memberikan beberapa kata penyemangat untukku. Aku punya kesempatan untuk meraih masa depanku sekali lagi jika aku mengabaikan gelarku sebagai anjing penjaga Sang Ratu dan membuang kebencian dalam hatiku. Aberlain, kau berkata begitu padahal kau tak tahu apapun. Sejak hari itu aku tahu aku tak akan pernah memiliki masa depan lagi. Apa yang menantiku di sana adalah kematian setelah dendamku terbalaskan. Itulah harga yang harus aku bayar untuk kekuatan seorang iblis.
"Lupakan semuanya. Semoga mimpimu indah."
Dan kata-katanya malam itu… aneh. Tak mungkin dia memikirkan keadaanku, memberi do'a untuk kebahagiaanku. Lalu terjadilah pagi ini, dia seharusnya membangunkanku seperti pagi-pagi biasanya dan melakukan tugasnya sebagai butler. Aku tak mengerti, segel itu masih terukir di mataku, tetapi kata-kata itu –Lupakan semuanya– adalah sebuah perpisahan! Dan kenyataannya saat ini dia tak ada disampingku. Apa yang kau pikirkan, Sebastian! Yang bisa kulakukan saat ini adalah melakukan segalanya sendiri, tanpamu, aku pun bisa.
Aku akan berlari. Meskipun ini London yang merah terbakar. Aku akan berlari. Demi tujuan apapun, aku akan berlari. Demi jiwa yang orang itu inginkan, demi akhir dari diriku.
England in Red. Inggris diselimuti api yang merah membara. Mayat para manusia bergelimpangan memenuhi jalanan hingga lorong di kota. Teriakan para manusia. Tangisan para manusia. Apa ini… neraka?
Rencana pembalasan dendamku berjalan lebih cepat dari pada yang aku perkirakan. Seluruh Inggris terbakar habis. Ratu yang seharusnya kubunuh pun sudah mati di tangan malaikat pembunuh itu. Dengan aku yang dijebak dan dituduh menjadi pelakunya. Kini yang bisa kulakukan hanya berlari karena aku akan mati sebentar lagi, seperti kata Undertaker. Kalau pun aku harus mati, aku ingin mati sebagai jiwa yang diidamkannya. Demi meraih kembali martabat yang dulu pernah kubuang.
Dimana kau, Sebastian? Bukankah tugasmu melindungiku agar tidak terluka? Balas dendamku belum selesai dan aku tidak ingin mati kehabisan darah gara-gara lubang senapan di perutku. Aku tak mungkin mati sekarang! Sejak perjanjian itu, hanya kau yang akan memberikan kematianku dan hanya kau yang akan mengambil jiwaku, kan? Jangan bercanda! Ini belum berakhir!
"Kau sudah bangun, Tuan Muda?"
Sebastian.
"Seperti yang Tuan Muda katakan, Anda tak akan berakhir disini."
"Sebastian, ini perintah! Bawa aku ke tempat malaikat pembunuh massal itu!"
Aku tak peduli apa yang maksud Sebastian meniggalkanku sendirian di Paris ataupun apa yang dia lakukan selama itu. Yang penting sekarang dia sudah ada disini dan di hadapanku berdiri makhluk yang harus aku bunuh. Demi pembalasan dendamku. Maka sudah pasti inilah tugas Sebastian untuk menghabisinya. Sebastian, lakukanlah apapun untuk mengakhiri hidupnya!
Sebastian memperlihatkan kekuatannya yang sesungguhnya. Inilah akhir yang kuinginkan. Balas dendamku sudah sempurna, akulah yang menang, kalian semua kalah karena lemah dan tak bisa bertahan hidup. Aku menang dan itulah kenyataannya.
Semuanya sudah berakhir, kali ini benar-benar berakhir.
Suara percik air? Aku berada di atas perahu, ya? Dan Sebastian mendayungnya.
"Anda sudah bangun?"
"Ini dimana?"
"Anda ingin tahu?"
"Aku bertanya karena aku ingin tahu. Tidak. Sekalipun aku tak tahu, aku merasa… nyaman. Rasanya aku sudah tidur begitu lama. Ini—" potongan adegan-adegan diriku terpantul diatas air!
"Cinematic Record Tuan Muda, ya 'kan? Semuanya mengalir kemari."
"Begitu. Jadi ini… hidup yang kujalani hingga sekarang. Aku… sudah mati."
"Belum. Akulah yang akan menawarkan kematianmu. Ini adalah tugasku, sebagai pelayanmu yang setia."
Iblis yang setia demi jiwa majikannya, mungkin?
"Semuanya…"
"Semuanya?"
"Tidak, jika kita bicara 'semuanya', maka… ini hanya terasa begitu cepat."
Ya, cepat sekali kematian menghampiri. Rasanya semua terjadi dalam satu kedipan mata. Kehidupan di dunia ini… secepat satu kedipan mata.
"Cahaya ini?"
"Cahaya ini adalah perasaan untuk Tuan Muda."
"Perasaan untukku? Indahnya."
"Indah?"
"Ya. Aku tak merasa kesepian ataupun sedih. Hanya, indah saja…"
Sebastian memberiku buku catatan yang ditulis oleh Tanaka. Apa yang disuratkan disana, Sang Ratu ingin mengubur keluarga Phantomhive dalam kegelapan. Orang tuaku memang tidak membenci Sang Ratu tapi mereka ingin aku terus setia pada Sang Ratu. Tak ada yang bisa didapatkan dari kebencian. Orang-orang yang seharusnya menjadi tempat pembalasan dendamku semuanya sudah tiada. Bahkan aku pun sudah menghilang. Aku sekarang, Ciel Phantomhive. Ya, hanya Ciel Phantomhive.
Di Isle of Death kami akan menyempurnakan kontrak. Sebastian akan segera menerima bayarannya. Apa yang akan terjadi dengan orang-orang yang kutinggalkan? Ah, mereka hanya pion caturku. Semoga kalian tidak menangis dan meratapi manusia kotor seperti aku. Bukan salah kalian aku memilih jalan ini, aku yang ingin. Sebentar lagi aku akan mati.
"Apakah ini tempat terakhirnya?"
"Ya."
"Yang tersisa dari jiwaku sekarang adalah milikmu."
"Seperti yang kuharapkan darimu, Tuan Muda. Anda sangat baik."
"Apakah akan sakit?"
"Ya, sedikit."
"Tapi aku akan melakukannya selembut mungkin…"
"Jangan. Buatlah sesakit mungkin. Pahatlah penderitaan dalam hidupku di dalam jiwaku."
"Yes, My Lord."
Dia terlihat terkejut. Ya tapi, lebih baik seperti ini. Bukti bahwa aku sudah melewati fase hidup di dunia ini dengan begitu berat. Begitu menyakitkan…
"Nah, Tuan Muda…"
.TBC.
Special Thanks buat Oh-chan is Nanda yg nge-beta -lagi-, jadi kalo masi ada misstypo salahin dy :PP
Nah, Minna-san, bagaimana ceritanya? Membosankan? Tidak menarik? Pokonya makasih lah udah baca, apalagi kalo mw review, lebih makasih lagi. XDDD
Ini baru dr sudut pandangnya Ciel, saia masih ada satu lagi dr sudut pandang Sebastian. Gmn mnurut Minna-san? –tingting-
Terus ini kan bru yg season I, klo saia bikin yg season II gmn? Dr sudut pandang Ciel n Sebas. Ehehe, kasih saran ya~
Oya, baca jg fic saia sblm ini y. Pemeran utamanya Alois, yg suka Alois ayo baca, yg g suka? Pasti jd suka pas udah baca –pede-
Douzo~: http:/ www. fanfiction. net/ s/ 6631915/ 1/ Everything_and_Everyone_Completely_Happy (ilangin spasinya)
Makasih banyak buat yg dah bc fic Alois saia tp gak login XD
Arigatou gozaimasu dayo!
Salam manis,
Nate.
