Disclaimer : Semua cast di fanfic ini milik tuhan dan diri mereka sendiri

Pairing : Yunjae feat Changkyu slight Kyumin

Warning : Boys Love, maybeOOCandGajeness, MissTypo

.

Hope by Carylin Lyzie

Chapter 1

.

/Tokyo, Japan/

"Kenapa kau senang sekali memberi harapan pada Yunjae Shipper?"

Jaejoong merasa jantungnya berhenti berdetak. Dengan gerakan kaku dia menurunkan ponsel yang sudah siap untuk mengambil potret dirinya. Setelah menelan ludah dengan susah payah, namja cantik bermata doe itu menoleh ke samping secara perlahan—gerakan yang terlalu lambat.

Keterkejutannya begitu besar ketika melihat Jung Yunho berada di sampingnya dengan posisi mencondongkan tubuh ke arahnya. Wajah mereka dapat dikatakan dekat. Dan Jaejoong bersumpah demi apapunjika dia dapat merasakan hembusan nafas Yunho yang menurutnya terlalu cepat.

"Yu-Yunho?" suara Jaejoong serak, dia memundurkan kepalanya, memberi lebih banyak jarak bagi wajahnya dan wajah Yunho. Jantungnya kembali berdetak dengan sangat tidak normal. Itu menyesakan dan menyakitkan.

"Lama tidak bertemu," Yunho melempar senyum tipis ke arah wajah frustasi Jaejoong.

Saat Yunho menegakan tubuh dan mengambil langkah, Jaejoong berharap jika Yunho meninggalkannya. Itu lebih baik. Jaejoong berjanji pada dirinya sendiri akan bertingkah seolah tak pernah melihat Jung Yunho. Sungguh.

Sayangnya, takdir berkata lain. Namja tampan dengan mata musang itu justru duduk di kursi tepat di hadapannya dan melepaskan mantel tebal yang dikenakannya—menunjukan jika Yunho akan berada di sana untuk waktu yang tak sebentar. Ini mengerikan. Sangat mengerikan!

Mereka sudah berpuluh bulan tak bertemu atau melakukan segala jenis kontak yang ada. Lalu sekarang, di sore bersalju ini, mereka justru berhadap-hadapan di sudut café yang jarang dilirik orang. Sekarang apa yang akan mereka lakukan? Mengobrol?

Jangan bercanda!

Namja cantik yang tertangkap basah sedang berselca dengan kamera ponselnya ditemani boneka beruang kecil yang ada di meja itu sadar jika hubungan mereka tak seperti dulu, saat dia masih menyandang gelar member DBSK. Sekarang mereka berada dalam jalur musik dengan kapal berbeda.

Berbicara mengenai boneka, Jaejoong menyadari sesuatu.

Payah. Bodoh. Idiot. Kenapa dia bisa lupa menyembunyikan boneka beruang manisnya dan membiarkan benda yang selalu dia bawa itu menjadi barang tontonan Jung Yunho? Astaga, kenapa dia bisa seteledor ini? Ah. Sekarang masih sempat untuk menarik boneka manisnya ke bawah meja dan memasukannya ke dalam tas.

Sreet.

Tapi kenapa lagi-lagi keinginannya tak terkabul?

Mimpi apa dia semalam hingga melihat dengan mata kepalanya sendiri boneka beruang manis itu berpindah tangan ke arah Yunho. Dan namja bermata musang itu bahkan memainkan boneka manisnya. Aish setelah sekian lama Jaejoong masih tak bisa menandingi kecepatan tangan Yunho.

"Aku identik dengan beruang,"

Beruang manis berbulu coklat milik Jaejoong—yang entah bagaimana warnanya hampir senada dengan warna rambut leader TVXQ—berada di genggaman Yunho. Namja itu sempat mengelus dan memutar-mutar beruang manis itu seolah mencari sesuatu atau memperhatikan bentuknya dengan teliti. "Ne,"

Yunho meletakan beruang manis itu di meja. Namun Jaejoong sedang tak berniat untuk menyelamatkannya. "Bagaimana kabarmu?" tanya Yunho dengan suara yang sangat dirindukan bagian paling dalam hati seorang Kim Jaejoong yang memilih memandang keluar jendela.

Pecundang. Persetan dengan tittle itu—Jaejoong tak peduli. Untuk saat ini—dan mungkin seterusnya hingga nafas terakhir, Jaejoong tak akan mampu melihat wajah Yunho terlalu lama tanpa melakukan hal yang memalukan.

"Baik. Bagaimana denganmu?"

Sebelum Yunho menjawab pertanyaan Jaejoong, pelayan datang dan membawa pesanan Yunho. Jaejoong melirik ke arah meja, sedikit penasaran.

Secangkir kopi panas dan sepotong cake tiramisu membuat Jaejoong menaikan sebelah alisnya. Terlebih ketika Yunho meneguk cairan mengepul itu dengan cepat. Jaejoong jadi berpikir jika Yunho kehausan. Tapi tetap saja itu tidak baik.

"Hentikan!"

Sial.

"Hn?"

Jaejoong menelan ludahnya dan memandang keluar jendela. Butiran salju yang turun semakin banyak, tapi Jaejoong tak merasa apa yang orang Jepang biasa sebut 'dinginnya musim dingin'. Tubuhnya panas. Anehnya, di café ini tak terpasang penghangat ruangan. "Tidak apa-apa,"

Kedua sudut bibir Yunho terangkat tepat ketika dia menyadari sesuatu dan menghentikan acara minum panasnya itu. Dia mengerti. Sangat. Sudah lebih dari sepuluh tahun Yunho mengenal Jaejoong. Waktu yang cukup untuk menyadari dan mengerti jalan pikiran namja itu.

"Aku baik baik saja," rona wajah Jaejoong berubah tanpa dia sadari. "Kau tadi balik bertanya mengenai kabarku bukan?" Jaejoong mengangguk tanpa menoleh sedikitpun pada Yunho. Selanjutnya, keheningan tercipta diantara kedua namja itu.

Disaat Yunho memakan makanannya dalam diam dan sesekali meneguk minuman, Jaejoong mulai hanyut dalam pikirannya. Tempat ini bukan merupakan tempat terkenal karena cake yang enak atau kopi yang lezat. Bukan pula karena pelayan yang cantik dan sexy. Café ini hanyalah sebuah café tua.

Lantainya berwarna coklat kusam dengan tembok warna biru muda yang sudah pudar. Meja yang dia tempati saat ini tak lebih dari meja kayu bundar dan hiasan pot kecil. Di pojok ruangan ada sebuah gitar dan celo. Dan tak ada pengunjung lain selain dirinya dan Yunho.

Kesimpulannya, café ini hanyalah café tua yang beruntung karena masih dapat berdiri.

Sehingga, jangan salahkan Jaejoong merasa sedikit curiga. Bagaimana bisa Yunho berada di tempat seperti ini sedangkan agency-nya telah menyediakan tempat yang menyenangkan—setidaknya itulah yang dipikirkan Jaejoong saat ini. Dan hei! Bukankah Jaejoong yang berada di café ini juga merupakan sebuah kejanggalan?

"Kau tidak memakan cakemu?"

Jaejoong mendongak, matanya bersitubrukan dengan mata musang Yunho tanpa disengaja. Ada sesuatu yang berdesir di hatinya. Jaejoong tak mengerti apa itu, yang pasti itu sangat menganggu, "Ne," namja bermata doe itu segera mengalihkan pandangannya.

Rasanya gatal. Jaejoong sangat ingin pergi dari tempat ini dan tak akan kembali lagi. Sialnya, dia tak bisa melakukan hal itu. Entah kenapa ada pemikiran aneh mengenai Yunho dalam otaknya. Yeah. Jaejoong yakin Yuhno akan…

"Lapar,"

"M-mwo?"

Jaejoong menoleh dan lagi-lagi matanya bersitubrukan dengan Yunho. Kali ini dia melihat sorot kesedihan di sana. Itu membuat Jaejoong membeku selama beberapa detik. Dia seolah terseret kembali pada kejadian yang lalu—saat memutuskan untuk keluar dari group.

Saat itu, dia telah membicarakan semuanya dengan Yunho. Itu adalah pembicaraan terakhir mereka. Dan semuanya tak berjalan lancar. Yunho marah. Dia sangat menakutkan saat itu. Namun di tengah kemarahannya, Jaejoong melihat sorot kesedihan yang samar—sangat mirip dengan apa yang dia lihat sekarang.

Kemudian ada yang menekan paru-paru Jaejoong hingga membuat yang bersangkutan merasa sesak. "La-lapar?" tanya Jaejoong tak mengerti. Suaranya sedikit serak, ada yang menganjal di tenggorokannya, sesuatu yang dingin dan hampir meleleh.

Di sisi lain, Yunho mengangguk kecil. Tangannya kembali memotong cake dan memasukannya ke dalam mulut, "Aku lapar, cake ini hanya bisa mengganjal perutku selama beberapa saat," ujar Yunho sembari menunjukan senyumannya.

Jaejoong membulatkan matanya. Senyuman Yunho manis sekali. Dan Jaejoong menyadari satu hal, Jung Yunho semakin terlihat tampan dengan senyumannya itu. "N-ne," jawab Jaejoong bingung.

"Hanya itu?"

Sepasang mata doe itu kembali berkedip—dua kali, "Ne?"

Yunho menghela nafas panjang kemudian membuang pandangannya ke arah lain, "Kupikir, kau kasihan padaku," Jaejoong semakin tak mengerti dengan apa yang keluar dari mulut Yunho, "Aku benar-benar kelaparan saat ini," Jaejoong menaikan sebelah alisnya, "Dan aku tak terbiasa dengan masakan jepang,"

Oh, Jaejoong mulai mengerti arah pembicaraan Yunho. Sayangnya, dia ingin berpura-pura polos.

Kali ini saja.

—dan Jaejoong yakin, Yunho tak akan sakit hati.

"Aku bisa menunjukan restoran korea di dekat sini,"

Desahan itu meluncur begitu saja dari mulut Yunho. Namja itu sama sekali tak mengerti dengan Jaejoong yang memasang wajah innoncent di hadapannya. Sungguh. Dia sudah mengatakan frase yang cukup eksplisit untuk mengungkapkan keinginannya. Tapi kenapa Jaejoong masih tak mengerti?

"Jae,"

"Hn?"

Hening. Untuk beberapa saat, Yunho memutar otaknya. Dia ingin mengatakan sesuatu. Namun dia membutuhkan kalimat yang tepat. Sebuah kalimat yang bisa membuat Jaejoong paham apa keinginannya. "Jae aku…" Yunho menelan ludah, "… lupa membawa dompet."

Dzinggg….

Nginggg….

Saat ini, Yunho ingin sekali membunuh dirinya di tempat. Astaga. Bukan kalimat memalukan itu yang ingin dia katakan pada Jaejoong. Dia ingin mengatakan sebuah kalimat yang berbobot dibandingkan dengan pengakuan palsu tentang dompet yang tertinggal. Aigoo….

"Maksudku…" Yunho tak meneruskan kalimatnya saat melihat Jaejoong yang mengedipkan matanya. Itu lucu sekali. Namja cantik itu sangat menggemaskan saat ini. Yunho jadi ingin menerjangnya detik ini juga. Oke, itu terlalu vulgar. Yunho ingin mengecup Jaejoong—terdengar manis bukan?

.

.

/Seoul, Korea/

Changmin berguling-guling di atas karpet ruang tengah apartemennya. Kyuhyun yang sudah bosan melihat hal itu melempar sebuah kamus tebal ke arah Changmin. Beruntung maknae TVXQ itu berhasil menghindar karena refleknya yang bagus.

"Ya! Cho Kyuhyun, kau ingin membuat wajah namjachingumu ini lebam eoh?"

Kyuhyun mendengus kemudian melempar bantal ke arah Changmin. Dan kali ini, namja jakung itu tak menghindar dan membiarkan wajah tampannya menjadi korban. "Sialan. Aku bukan namjachingumu. Harus kuingatkan berapa kali, aku sudah punya kekasih!"

Tawa renyah meluncur dari bibir Changmin, "Benarkah?" Kyuhyun mengangguk mantap namun Changmin masih tetap tertawa, "Tapi kenyataannya kau lebih senang menghabiskan waktumu di apartemenku dibandingkan dengan dorm Suju bersama kelincimu," ujar Changmin kemudian menyeringai kecil.

Wajah Kyuhyun merona. Tentu saja. Dia sudah banyak menghabiskan malam di apartemen Changmin beberapa bulan belakangan. Namun, Kyuhyun mempunyai alasan tersendiri—meskipun terkadang dia tak yakin akan alasannya itu, seperti saat ini.

"I-itu karena…"

"Karena…" Changmin tersenyum kecil saat melihat wajah Kyuhyun. Senang sekali rasanya bisa membuat wajah namja evil itu merona seperti sekarang. Manis. Kyuhyun terlihat begitu manis di mata Changmin hingga membuat yang bersangkutan merasa suntikan libido, "Karena apa, Kyunie?"

"Ka-karena…"

.

TBC

.

Note : #Nangisdibawahshower #abaikan. Saya sama sekali nggak pernah nyangka bisa ngebuat fanfic dengan couple Yunjae #abaikan. Yang pasti, saya berharap reader yang sudah membaca ff ini bersedia meluangkan waktunya untuk mereview ff yunjae perdana saya~ gomawo~