Kamis, 6 Oktober 2016

.

.

.

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Love Live © Sakurako Kimino and Masaru Oda

.

.

.

MULTICHAPTER

Pairing: Naruto x Nozomi

Genre: romance/humor

Rating: T

Setting: AU (kota Konoha)

Fic request dari Okita Shinn

.

.

.

Lagu pengiring saat membuat fic ini: "Sempurna by Andra and The Backbone"

.

.

.

PERFECT

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1. Menabrak pendeta tua

.

.

.

"TEME!"

"Hn."

"TEME!"

"Hn."

"WOI, TEME!"

"Apaan, hah?"

Seorang pria berambut raven dan bermata hitam kelam, menatap tajam ke arah seorang pria berambut pirang jabrik dan bermata biru. Dia menghentikan jalannya sejenak di halaman luas sebuah gedung perkantoran media massa, tepatnya di kota Konoha.

Sang pria berambut pirang itu berhasil mengejar temannya dengan bersusah payah. Dia memiliki ciri-ciri lain seperti tiga guratan di dua pipinya dan kulitnya berwarna coklat. Bertubuh sangat tinggi dan atletis. Memakai baju kaos putih yang dilapisi jaket berwarna jingga, celana jeans panjang hitam, sepatu sporty hitam dan tidak lupa sebuah kamera digital bertali mengalungi lehernya. Dengan kata lain, dia adalah seorang wartawan. Namanya Uzumaki Naruto.

Dia tertawa cengengesan saat ditatap tajam oleh sahabat karibnya yang bernama Uchiha Sasuke. Berprofesi yang sama dengannya yaitu seorang wartawan.

"Hehehe... Jangan tatapi aku seperti itu. Kenapa sih kau kelihatan marah begitu?"

"Itu karena kau memanggil-manggilku sedari tadi di dalam kantor sampai di luar begini. Memang ada apa lagi, Dobe? Bukankah bahan berita yang kemarin, sudah aku serahkan kepada kepala redaksi? Jadi, apa maumu sekarang, hah?"

Ujar Sasuke, sambil menahan kesal di dalam hatinya.

Menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Naruto terus tertawa cengengesan.

"Kalau soal itu, aku sudah tahu kok. Ini masalah lain."

"Apaan? Katakan langsung sekarang juga."

"Kau bawa motor sekarang?"

"Iya. Terus kenapa?"

"Apa aku boleh numpang denganmu?"

"Hah?" Sasuke tercengang dengan wajah yang amat datar."Terus motormu sendiri kemana?"

"Lagi diperbaiki di bengkel karena mesinnya rusak."

"Huh... Itulah akibatnya jika kau mempunyai motor butut seperti itu."

"JANGAN MELEDEKKU! BIARPUN BUTUT, TAPI ITU PENINGGALAN SATU-SATUNYA DARI KAKEKKU! APA KAU TAHU ITU, TEME!?"

Si pria berambut pirang itu meledak-ledak karena kesal diledek oleh teman seprofesinya. Membuat beberapa orang di sana, terbengong-bengong melihatnya.

Setelah itu, si rambut raven mendengus pelan. Dia memegang erat tasnya yang tergantung di bahu kanannya.

"Huh... Ya sudahlah. Ayo, ikut aku!"

Wajah Naruto menjadi cerah seketika.

"Eh, benar nih?"

"Hn."

"Terima kasih, Teme."

"Hn."

Lantas mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menuju ke parkiran motor. Tampak motor-motor berjejeran di tempat parkiran itu. Naruto pun menelusuri pandangannya untuk mencari motor milik Sasuke.

"Teme... Mana motormu?"

"Itu."

Di ujung telunjuk Sasuke, tertancap sebuah motor sport yang berwarna merah yang sangat membara. Spontan, Naruto tersentak melihatnya.

"Motor sport merah? Motor baru ya, Teme?"

Sasuke menggeleng pelan.

"Bukan."

"Terus?"

"Di samping kanan motor sport merah itu."

Pandangan Naruto tertuju pada sebelah kanan motor sport tersebut. Dia tersentak kaget setengah mati.

JREEENG!

Tampaklah motor keluaran lama. Vespa butut berwarna polkadot hitam putih yang mengingatkan pada warna seekor sapi. Berdesain klasik dan sangat antik.

SIIING!

Hening.

Naruto membeku dan berhenti berjalan sebentar. Sasuke dengan santai terus berjalan untuk menghampiri vespa polkadot itu.

Beberapa detik kemudian, keheningan dipecahkan oleh suara tawa Naruto yang meledak bagaikan bom atom.

"Wu... AHAHAHA... HAHAHA... HAHAHA!"

Pria berambut pirang yang berumur 22 tahun itu, tertawa terpingkal-pingkal. Membuat Sasuke keheranan, berbalik badan dan melihatnya.

"Hei, kenapa kau malah ketawa, hah?"

"Hahaha... Ha-Habisnya kau pakai vespa polkadot hitam putih seperti warna sapi. Apa-apaan itu? Kau juga pakai motor butut, kan? Makanya jangan meledekku, tahu."

"Huh... Dasar Dobe payah! Aku terpaksa memakainya karena motor yang biasa kupakai itu, dipinjam sama Itachi-aniki. Itachi-Aniki menyuruhku memakai vespa milik ayah untuk beberapa hari ini."

"Oh... Begitu. Hahaha... Tapi, ini lucu sekali, Teme. Lelaki tampan bawa motor polkadot seperti sapi begitu!? Hahaha... Hahaha... Hahaha..."

"ARGH! SIALAN KAU, DOBE!"

Sang Uchiha mulai emosi dan membelit leher Naruto dengan tangannya lalu menyeret Naruto begitu saja.

"A-Aduh... Aduduh... Teme... Maaf, lepaskan aku!"

"Aku tidak akan melepaskanmu!"

"Maaf."

"Kalau begitu, kau saja yang bawa motor ini. Aku yang duduk di belakang. Mengerti?"

"Baiklah, mengerti."

"Baguslah."

Maka Sasuke melepaskan belitan tangannya dari leher Naruto. Naruto bisa bernapas lega kembali dan bersyukur karena bisa terlepas dari cekikan maut sang bungsu Uchiha itu.

Lalu mereka berdua pun menaiki vespa polkadot itu. Mereka memakai helm untuk menutupi kepala mereka agar selamat dalam perjalanan. Saatnya untuk pulang kembali ke rumah pada sore hari ini.

.

.

.

Sementara di tempat lain yaitu kuil yang bernama "Aiko."

Sebuah kuil yang terdapat di kawasan perumahan yang berada di pusat kota Konoha. Kawasan yang cukup ramai dan banyak kendaraan yang lewat di jalanan besar, di mana kuil itu berada. Kuil yang dijaga oleh keluarga Toujou dari zaman dahulu kala dan merupakan kuil yang sangat terkenal karena kuil ini bisa mendatangkan jodoh bagi siapa saja yang berdoa untuk mendapatkan jodoh di sana. Alhasil, orang yang telah berdoa di kuil itu akan menikah keesokan harinya. Begitulah kejadian nyata yang dialami orang-orang yang pernah berdoa di kuil tersebut.

Di kuil tersebut, ditinggali oleh seorang pria tua dan satu anak perempuannya. Seorang pria tua yang berprofesi sebagai pendeta penjaga kuil, dipanggil Toujou-san oleh warga-warga sekitar. Sedangkan anak perempuannya, bernama Toujou Nozomi. Ia lahir pada tanggal 9 Juni. Ia berambut ungu diikat kuncir ke bawah dan mata berwarna pirus. Warna utamanya adalah ungu. Ia memiliki tinggi badan 159 centimeter dan golongan darah O. Berumur 19 tahun. Selalu memakai pakaian pendeta serba putih dan ungu. Tugasnya adalah membersihkan kuil dan menjaga kuil saat ayahnya bepergian keluar untuk melakukan sesuatu yang penting.

Sore hari yang cerah ini, terlihat Nozomi sedang menyapu halaman kuil yang sangat luas. Dipenuhi dengan daun-daun kering berwarna keemasan yang didapatkan dari pohon-pohon rindang yang berdiri di halaman kuil. Berserakan di mana-mana. Apalagi angin bertiup lembut sehingga menyapu daun-daun ini menjadi sangat sulit. Namun, Nozomi tidak pernah mengeluh ataupun merasa capek. Justru dia sangat menikmati pekerjaannya ini.

"Aaaaah... Capek juga...," kata Nozomi mengelap bulir-bulir keringat yang mulai menetes dari sela-sela rambutnya."Hari inipun terasa sangat panas."

Pandangannya teralihkan pada langit yang sangat cerah. Di mana awan-awan putih membentuk suatu rupa tertentu. Begitu indahnya. Sungguh mempesona.

Senyuman simpul muncul di wajahnya yang manis. Dia pun bergumam pelan.

"Ingin... Rasanya... Aku cepat-cepat menikah... Sekarang. Itu sudah menjadi impianku sejak dulu. Apalagi selama ini aku tidak pernah berpacaran ataupun mempunyai teman laki-laki. Aaaah... Teman perempuan pun tidak punya. Semua waktuku selalu kuhabiskan untuk menjaga kuil bersama Tousan. Ya... Kami-sama, aku ingin merasakan namanya cinta itu dan dicintai oleh orang yang aku cintai. Pasti sangat menyenangkan."

Kedua pipinya merona merah dan membayangkan sosok lelaki yang akan melamarnya nanti. Dia tidak sabar menanti hari itu datang. Hingga perhatiannya pun ditujukannya untuk menyapu halaman kuil lagi dengan perasaan yang sangat senang.

.

.

.

Di jalanan, tak jauh dari kuil Aiko tadi.

Vespa polkadot seperti warna sapi dikendarai oleh Naruto dan Sasuke duduk di belakangnya. Motor itu berjalan dengan bunyi yang sangat halus.

KLETEK! KLETEK! KLETEK!

Begitulah kira-kira bunyinya.

Kecepatannya setara dengan jalan kura-kura. Bahkan sebuah sepeda saja dapat mengejarnya. Hal ini membuat beberapa orang di jalanan, menertawai mereka berdua. Naruto tetap santai mengendarai motor itu. Sedangkan Sasuke sudah mati-matian menahan rasa malunya dengan cara mencekik leher Naruto.

Hingga tak lama kemudian, perjalanan mereka sampai ke dekat kuil Aiko tadi. Jalan vespa yang dinaiki Naruto dan Sasuke masih mulus, namun tiba-tiba terbatuk-batuk alias jalannya tersendat-sendat. Sehingga vespa itu tidak dapat dikendalikan oleh Naruto.

Otomatis membuat Naruto panik setengah mati. Wajahnya menjadi pucat sekali.

"Eh? Eh? Eh? Kenapa ini? Motornya tidak bisa dikendalikan begini, Teme!?"

"Eh? Masa?"

"AKU TIDAK BOHONG, TAHU!" bentak Naruto sekeras mungkin."APA YANG HARUS KITA LAKUKAN SEKARANG!? WUAAAAAAAAAAAAH!"

WHUUUUUUUSH!

Bersamaan mereka menemukan jalan yang menurun. Akibatnya motor itu berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Naruto tidak dapat mengendalikannya. Sedangkan Sasuke membelalakkan kedua matanya sambil merangkul perut Naruto dari belakang dan berteriak sekeras-kerasnya bersama Naruto yang juga berteriak.

"WUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!"

WHUUUUSH!

Vespa itu menurun dengan tajam tanpa dikendalikan sama sekali oleh Naruto. Apalagi remnya tidak berfungsi.

HUP!

Begitu tiba di bawah jalan yang menurun, vespa itu masih berjalan sendiri dengan kecepatan yang sangat kilat. Bersamaan muncullah pria tua yang datang dari arah kuil Aiko, hendak menyeberang jalan, dan menyadari bahaya yang akan datang ke arahnya.

Vespa itu berjalan ke arah pria tua berpakaian pendeta itu. Dua laki-laki muda itu masih saja berteriak dan...

"AWAAAAAAS!"

"WUAAAAAAAAAAAAAH!"

"AAAAAAAAAAAAAAAH!"

BRAAAAAAAK! GEDUBRAAAAAAK!

Terjadilah peristiwa yang tidak disangka-sangka. Pendeta tua tadi tertabrak oleh vespa yang dikendarai oleh Naruto dan Sasuke. Dia terkapar di jalanan beraspal dengan keadaan luka yang cukup parah dan masih sadar.

Lalu vespa yang menabraknya tadi, terus berjalan dan mendadak berbelok sehingga terperosok ke dalam parit besar yang dalam, bersama dua penunggangnya. Naruto dan Sasuke tercebur dalam kubangan parit yang berair hitam dan berbau busuk.

"Aduuuh... Mataku berkunang-kunang...," Naruto merasakan kedua matanya berputar-putar. Dirinya dihimpit oleh vespa butut tersebut.

"Sial... Aku benar-benar sial sekarang...," Sasuke mengeluh sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Dirinya juga ditindih oleh vespa butut itu.

Keadaan dua lelaki tadi, tidak mengalami luka apapun. Mereka tidak apa-apa, cuma sedikit merasa pusing.

DRAP! DRAP! DRAP!

Muncul seorang gadis yang berlari dari arah pintu gerbang kuil. Ia berteriak keras memanggil ayahnya yang sudah terkapar di tepi jalanan beraspal.

"TOUSAN! TOUSAN!"

Dia menghampiri ayahnya dan berlutut di dekat ayahnya. Memeriksa keadaan ayahnya yang terluka cukup parah.

"No-Nozomi..."

"To-Tousan... Tidak apa-apa, kan?"

"Tidak..."

"Siapa yang telah menabrak Tousan?"

"Entahlah... Tousan hanya bisa melihat sekilas kalau yang menabrak itu adalah vespa hitam putih yang dikendarai oleh dua anak lelaki."

"Vespa hitam putih?"

"Ya?"

Lantas Nozomi mengedarkan pandangannya ke segala arah. Suasana di jalanan terlihat sepi. Tidak ada kendaraan yang lewat. Hingga tatapannya tertancap pada vespa hitam putih yang terperosok ke dalam parit besar, di dekat tembok pagar kuil tersebut.

Seketika kedua matanya menajam. Wajahnya sangat sewot.

"Tousan... Tunggu sebentar... Aku akan menemui dua orang yang telah menabrak Tousan itu."

Ayahnya cuma mengangguk lemah dan menahan sakit yang dideritanya ini. Lalu Nozomi berjalan cepat untuk menghampiri Naruto dan Sasuke yang sudah berhasil bangkit dari acara terperosok ke dalam parit tersebut.

"KALIAN BERDUA!" hardik Nozomi sambil menunjuk ke arah Naruto dan Sasuke."KALIAN HARUS BERTANGGUNG JAWAB SEKARANG JUGA KARENA KALIAN BERDUA SUDAH MENABRAK AYAHKU! POKOKNYA AYAHKU SECEPATNYA DIBAWA KE RUMAH SAKIT! KALAU TIDAK, AKU AKAN MELAPORKAN KALIAN KE POLISI!"

Mendengar ancaman Nozomi, Naruto menjadi sangat panik. Sasuke dengan tenang menghadapinya.

"Tidak usah cemas. Kami akan bertanggung jawab atas kecelakaan yang telah kami timbulkan. Aku adalah Uchiha Sasuke, wartawan dari kantor Konoha Express."

Sasuke menunjukkan bukti identitasnya sebagai wartawan yaitu sebuah kartu pengenal wartawannya.

Naruto pun menunjukkan kartu wartawannya pada Nozomi.

"Ah... Aku juga wartawan lho dari kantor Konoha Express. Namaku Uzumaki Naruto."

Nozomi memperhatikan dua kartu wartawan yang ditunjukkan oleh dua lelaki itu. Namun, wajahnya kembali sewot dan menatap mereka berdua dengan tajam.

"Bukan waktunya untuk berkenalan. Aku tidak peduli apapun pekerjaan kalian. Pokoknya bawa dulu ayahku ke rumah sakit. Setelah itu, kita akan membicarakan hal ini lagi."

"Benar juga. Baiklah..."

Naruto memasukkan kartu pengenalnya ke dalam saku jaketnya. Sasuke juga begitu. Mereka saling pandang sebentar.

"Bagaimana, Teme?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Kita harus membawa ayah gadis ini ke rumah sakit. Tapi, vespamu rusak parah sekarang."

"Panggil saja taksi. Apa susahnya sih?"

"Kau saja yang menelepon taksinya."

"Kau saja, Dobe. Kaukan yang menabrak ayah gadis itu. Aku tidak mau ikut campur dalam urusan ini."

"APA KATAMU!? JUSTRU KAU JUGA TERLIBAT, TAHU! VESPA ITUKAN MILIKMU, TEME!"

"Yang mengendarainya siapa?"

"AKU!"

"Ya, kaulah yang harus bertanggung jawab dan membayar semua biaya perawatan ayah gadis ini di rumah sakit. Aku hanya bertanggung jawab sebagai saksinya."

"AAAARGH! TEME SIALAN! KAU INI TEMAN ATAU MUSUHKU SIH!? KENAPA KAU MENYUDUTKU SEBAGAI PELAKU DALAM KECELAKAAN INI, HAH!?"

"Dua-duanya. Ya, kau adalah pelaku yang sebenarnya."

"DASAR! KAU MENYEBALKAN, TEME!" Naruto naik pitam dan menarik kerah jaket Sasuke."POKOKNYA KAU JUGA TERSERET JUGA DALAM KECELAKAAN INI! KITA PATUNGAN UNTUK MEMBAYAR SEMUA BIAYA RUMAH SAKIT PAMAN YANG KITA TABRAK ITU! KAU PAHAM, KAN!?"

"Tidak."

"A-APA!? SEENAKNYA SAJA KAU BILANG TIDAK! KUCEKIK KAU SEKARANG!"

"HEI, HENTIKAN!"

Nozomi berteriak sangat keras sehingga membuat Naruto dan Sasuke berhenti bertengkar. Mereka menoleh ke arah Nozomi dan mendapati Nozomi yang telah meneteskan air matanya.

"Eh?" kedua lelaki itu tercengang.

"Hen-Hentikan... Kumohon... Jangan bertengkar...," Nozomi menangis tersedu-sedu."To-Tolonglah ayahku... Tolong, bawa dia ke rumah sakit sekarang... Aku mohon pada kalian berdua... Hiks... Hiks... Hiks..."

Kedua pria itu terdiam. Terutama Naruto, dia memasang wajah iba saat melihat Nozomi menangis. Melepaskan cengkeraman tangannya dari kerah jaket Sasuke, merogoh ponsel yang berada di dalam saku jaketnya dan menelepon perusahaan taksi langganannya.

Sedetik kemudian, Naruto berbicara dengan seseorang melalui komunikasi ponsel tersebut.

"Halo... Perusahaan taksi Rock Spirit... Ya... Aku ingin meminta satu taksi segera menuju ke kawasan kota Konoha blok D. Ya, ini sangat darurat. Tolong, cepat ya!"

Seseorang yang ditelepon oleh Naruto, mengangguk setuju dengan semangat masa mudanya yang sangat membara, dari tempat yang lain. Naruto mengucapkan terima kasih padanya dan mematikan panggilan pada ponselnya. Kemudian melirik ke arah Nozomi yang masih menangis.

"Kamu tenang saja. Tidak usah menangis lagi. Aku sudah memanggil taksi untuk menuju ke tempat ini. Tidak lama lagi, taksi itu akan datang. Kami akan mengantarkan ayahmu sampai ke rumah sakit. Kami juga bertanggung jawab atas dengan apa yang kami lakukan sekarang. Jadi, apa kamu sudah merasa sedikit lega sekarang?"

Nozomi menatap Naruto. Naruto sedikit tersenyum. Nozomi mengangguk sambil menghapus air bening yang terus mengalir di kedua pipinya dengan tangan kanannya seraya berkata.

"Terima kasih. Syukurlah jika kalian mau bertanggung jawab. Dengan begini, aku sedikit lega karena ayahku tertolong...," kemudian kedua mata Nozomi menajam lagi."Tapi, jika terjadi sesuatu yang buruk pada ayahku, aku tidak akan memaafkan kalian berdua begitu saja. Aku tidak akan membiarkan kalian bebas. Kalau perlu, aku akan memanggil polisi untuk menangkap kalian dan kalian akan dijebloskan ke penjara. Kalian akan dihukum berat selama-lamanya di sana."

DOEEENG!

Mendengar itu, Naruto kaget setengah mati. Sasuke tidak kaget sama sekali, bersikap santai dan cuek.

"A-APA!? JANGAN PANGGIL POLISI DONG!" seru Naruto sangat panik."A-Aku menjamin tidak akan ada apa-apa yang terjadi pada ayahmu. Ayahmu pasti selamat. Percayalah padaku. Kalau perlu, aku dan temanku ini akan menunggu ayahmu sampai sembuh di rumah sakit. Bagaimana?"

"Aku setuju. Aku pegang kata-katamu itu, Uzumaki-san."

"Setuju."

Naruto mengangguk cepat sembari tersenyum. Nozomi yang masih menatapnya tajam. Sedangkan Sasuke hanya mendengus pelan sambil bergumam 'merepotkan.'

Tak lama kemudian, taksi yang dipanggil oleh Naruto itu pun datang. Pengemudinya adalah pria berambut hitam model bob dan bermata bulat hitam. Berpakaian serba hijau. Taksinya juga berwarna hijau. Namanya Rock Lee. Teman Naruto dan Sasuke juga.

Tanpa banyak bicara lagi, mereka langsung memasukkan ayah Nozomi ke dalam kabin belakang taksi. Nozomi duduk di belakang bersama Naruto. Sedangkan Sasuke duduk di samping Lee.

"Sudah siap semuanya?" tanya Lee yang siap untuk menghidupkan taksinya.

"Sudah," Naruto yang menjawab.

"Baiklah, mari kita pergi sekarang!"

Dengan gesit, Lee menghidupkan taksinya. Dalam kedipan satu mata, taksi hijau itu pun melesat bagaikan kilat dan meninggalkan tempat kejadian perkara itu.

WHUUUUUSH!

Semua orang yang menumpang di taksi itu, kewalahan dan ketakutan akan aksi Lee yang terlalu bersemangat mengendarai taksi itu. Sampai-sampai ayah Nozomi juga ikut berteriak keras saking paniknya.

"WUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!" teriak para pria kecuali Lee.

"KYAAAAAAAAAAAAAAA!" pekik Nozomi yang melengking melebihi suara tiga pria yang berteriak tadi.

"YOOOOOO! DEMI MASA MUDA YANG SANGAT MEMBARA! TAMBAH KECEPATAN LAGI! YAAAAAAOOOOOOOOO!" Lee sangat kegirangan dan mengendarai taksinya bagaikan pembalap mobil profesional.

WHUUUUUUUSH!

Taksi hijau itu melesat, mengelak, melompat-lompat, terbang dan mendahului kendaraan-kendaraan yang sedang berjalan di jalanan raya di kota Konoha. Beberapa orang menyumpah, memaki, dan memarahi taksi hijau itu karena sudah melanggar batas-batas kecepatan di jalanan raya. Bahkan mobil polisi mulai mengejarnya karena dianggap sudah melanggar peraturan lalu lintas. Hal ini membuat suasana semakin memanas saja di sore hari ini.

NGUING! NGUING! NGUING!

Sirine mobil polisi berbunyi nyaring dan memekakkan telinga bagi siapa yang lewat di jalan raya itu. Mereka mengejar taksi hijau itu dengan bersusah payah.

"Kecepatan taksi hijau itu sangat mengerikan."

"Kita tidak bisa mengejarnya."

"Pokoknya kita akan segera menangkapnya."

"Ya."

Terjadilah aksi kejar-kejaran liar di jalanan raya itu antara taksi dan mobil polisi.

Ada-ada saja.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Fic request buat Okita Shinn update!

Terima kasih atas perhatian kalian yang sudah membaca dan mereview fic ini.

Sekian...

Jumat, 7 Oktober 2016