Demi menyukseskan program pemerintah wajib belajar 12 tahun, Sasuke dkk terpaksa merantau ke Konoha dan tinggal dalam satu kost-an yang sama. Masalah dimulai saat ia menemani Naruto melacur dan menjadikan rambut kebanggaannya sebagai taruhan./Humor Krenyes./
.
.
.
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairings : Sasuke - Sakura, dll
Warnings : AU, Typo/s, Sangat OOC, kosa kata campuran (baku-non baku), mungkin humor
DLDR
.
.
.
.
Kikiik kiikikk suara jangkrik yang sedang memekik terdengar mengalun indah tak kalah merdu dibandingkan dengan suara peserta kontes paduan suara yang diselenggarakan oleh stasiun TV lokal, XXX Factor Konoha Mencari Bakat, memecahkan keheningan. Sungguh suasana sore hari yang tenang di kota Konoha. Namun ketenangan itu berbanding jungkir balik dengan keadaan kos-kosan kelima pemuda tampan menawan tak terbantahkan di salah satu sudut gang sempit, samping pengkolan ojek. Tampak dua orang pemuda tanggung, yang satu berwajah tampan namun terkesan congkak bermahkotakan rambut serupa pantat unggas kesukaan dua bocah tuyul dari negeri seberang – Upin Ipin, dan satunya lagi pemuda yang tak kalah tampan berambut merah mentereng sedang adu moncong memperdepatkan siapakah yang memiliki wajah paling menawan di antara keduanya. Mereka berdua sama-sama mengaktifkan deathglare yang saling menyorot lawan bicara satu sama lain tanpa ampun. Sungguh kebocah-bocahan.
"Eeh, Sasori bangkotan, memangnya apa yang bisa kau banggakan dari wajah pantat bayimu itu !?" Sasuke tersenyum mengejek.
"Tch, bilang saja kalau kau iri padaku yang bisa terlihat tampan dan imut dalam waktu yang bersamaan, iya kan SasUKE?" balas Sasori tak mau kalah dengan sedikit seringaian dan penekanan pada kata 'uke' sambil menoel dagu Sasuke.
'Ck Kuso! Ternyata dia bisa tahu pikiranku' gumam Sasuke dalam hati membenarkan perkataan Sasori walau secara tidak langsung.
Sasuke akui kalau ia memang merasa iri tanda tak mampu terhadap Sasori yang kata orang-orang memiliki wajah imut, halus, dan lembut layaknya pantat bayi. Sedangkan Sasuke? Sungguh ia telah gagal mencopy tingkah imut Sasori yang lebih alami dan manusiawi.
"Ti-tidak, mana mungkin aku iri padamu!" dusta Sasuke. "Lagipula sudah takdirku terlahir dengan wajah tampan mengalahkan Barat Bitt dan Leonardo Diccapricorn!" lanjutnya lantang tanpa sadar akan kekhilafannya yang salah menyebutkan nama artis papan (penggilesan) atas tersebut.
"Dasar keras kepala, masih tidak mau mengaku rupanya? Kau tahu Sasuke, sepertinya aku harus berterima kasih kepada orang tuaku karena telah berhasil mencetakku dengan komposisi sempurna"
"Cih dasar pantat bayi over narsis!"
"Dari pada kau pantat ayam over protektif!" balas Sasori salah sambung.
Keduanya masih terus melakukan aksi adu argumentasi dengan hidung yang kembang kempis. Tak jarang terdengar beberapa kata-kata tak lulus sensor meluncur dari mulut keduanya yang masih diselubungi aura hitam pekat mematikan.
Sedangkan dua pemuda lainnya asyik memelototi televisi butut dengan ukuran layar kurang dari 14 inch tengah menayangkan sinetron favorit mereka, Kemilau Cinta Pitri Shippuden. Terkadang terdengar suara Gaara menjerit histeris seperti yang dilakukan Mang Oro saat menjajakan sayur keliling kampung ataupun tangisan meraung-raung dari Naruto tatkala mereka tak kuasa melihat sang tokoh utama teraniaya.
Lalu kemanakah member kos-kosan yang terakhir?
Ah ketemu! Tepat di arah jam 2 dari tempat percekcokan duo SasuSaso terlihat pemuda berambut nanas terkapar di depan kipas angin sambil terditur pulas. Pemuda yang gemar bermimpi (baca: tidur) itu tampak sama sekali tidak terganggu dengan kebisingan yang dilakukan oleh SasuSaso ataupun GaaNaru yang malah dianggapnya sebagai nyanyian penghantar tidur.
Sungguh benar orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan Maha Adil atau pribahasa 'tak ada sesuatu yang sempurna'. Kenyataannya bisa kita lihat dari kelima perjaka tong-tong tersebut, wajah tampan, keren, body seksoy, dan senyum menawan yang mampu meluluhlantakkan iman kaum hawa pun nyatanya tidak menampik kalau mereka memiliki satu kekurangan yang sama. Sama-sama berkelakuan minus.
Kelima pejantan tangguh itu terpaksa merantau ke ibu kota meninggalkan kampung halaman nun jauh disana dalam rangka menyukseskan program pemerintah - wajib belajar 12 tahun. Maklum saja, di tanah kelahiran mereka tepatnya Kirigakure hanya terdapat sekolah dari jenjang TK sampai SMP. Lagipula jarak yang jauh antara Kirigakure dan Konoha yang memakan waktu 40 hari 40 malam dengan berlari maraton itu memaksa mereka untuk tinggal di kos-kosan yang sama kalau masih ingin mencicipi bangku SMA.
Dan karena keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan, mengingat rata-rata mata pencaharian orang tua mereka di kampung tidak jauh dari bercocok tanam ataupun beternak - kecuali Ayah Sasuke yang merupakan pengusaha kredit barang pecah belah- membuat mereka berlima harus rela bersempit-sempt ria dan berbagi oksigen di kos-kosan yang hanya memiliki satu ruang utama yang merangkap sebagai ruang tamu, ruang santai, dan dapur, satu kamar mandi dan dua kamar tidur dengan formasi NaruSasu di kamar yang sama, GaaSaso di kamar yang lainnya dan Shikamaru? Dia bisa tidur di mana saja bahkan di kolong meja sekalipun.
Sementara itu Sasuke yang sudah merasa lelah, letih, lesu, lapar(?) meladeni bacotan Sasori yang tak berkesudahan memutuskan untuk keluar sekedar cuci mata dan meninggalkan Sasori yang masih terus mengoceh absurd. Namun ayunan kakinya yang hampir menyentuh teras kos-kosan terhenti tatkala Sasori menginterupsi langkahnya.
"Hei Sasuke, mau kemana kau!"
"Laundry," jawab Sasuke ala kadarnya.
"Lha… tumben. Mau apa kau kesana?" tanya Sasori heran sambil garuk-garuk pantat.
"Cuci mata. Kenapa? Kau mau nitip otakmu yang kotor itu untuk sekalian di cuci, hn?"
Kriik
Kriik
Hening
Sunyi
Senyap
Butuh waktu tak kurang dari 60 detik bagi otak Sasori untuk mencerna ucapan Sasuke barusan. Dan ketika Sasori menyadari maksud perkataan Sasuke, pemuda bokong unggas itu telah raib ditelan angin.
.
.
.
.
Setelah hampir seperempat jam kaki-kaki Sasuke melangkah gontai layaknya pribahasa 'hidup segan mati tak mau' melawan arah angin tanpa tujuan, akhirnya ia memutuskan untuk menghempaskan bokongnya di atas bangku sebuah bangunan kecil dengan tulisan "Tamu Wajib Lapor 1 X 24 jam" di atasnya.
Sambil terduduk lesu, ingatan pahit saat dirinya di campakan oleh sang (ex) kekasih kemarin sore terus berputar-putar dengan cepat di otaknya. Shion, sang pujaan hati dengan tega memilih kekasih gelapnya dibandingkan dengan Sasuke yang terang-terangan berstatus sebagai kekasih sah Shion selama 9 bulan 10 hari hanya karena Sasuke menolak mentah-mentah permintaan Shion untuk memangkas rambutnya seperti sang artis idola, Sule Opeje.
Demi kulit kerang ajaib, Sasuke tak akan sanggup melakukkan hal se-ekstrim itu terhadap rambut kebanggaannya.
"…Jika itu maumu baiklah sekarang kita END, PUTUS, SELESAI! Kalau kau pikir aku tidak mampu mendapatkan gadis yang lebih cantik, lebih kece, lebih bohai dan lebih-lebih lainnya dibandingkan denganmu, kau SALAH BESAR! Dengar baik-baik, aku…Uchiha Sasuke yang TAMPAN dengan ini menyatakan kalau dalam waktu dua minggu aku masih jomblo, kau… kau boleh membabat habis seluruh rambutku TANPA SISA…!"
Sasuke yang pada saat itu merasa kesal dan cemburu menguras hati tanpa sadar dengan lantang melontarkan kata-kata tersebut, yang langsung di akhiri oleh ucapan "DEAL!" dari Shion.
Dengan tampang yang dimiliki Sasuke, seharusnya mendapatkan seorang bahkan selusin kekasih dalam waktu yang singkat bukanlah perkara yang sulit. Namun justru itulah masalahnya. Sasuke bukanlah tipe orang yang akan mengencani sembarang gadis walaupun hanya sebagai ajang pembuktian semata. Bagi Sasuke, setiap hubungan yang dijalaninya harus serius dan dilandasi dengan cinta yang tulus mengingat ia berpedoman pada prinsip 'Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, bagai sayur tanpa garam, dan bagai wajah lempeng Gaara tanpa alis, tato ai, dan lingkar mata yang menghiasi wajahnya' ah . . . .begitulah kata para pujangga, pikirnya.
"Aaarghh… apa yang harus kulakukan!?" teriaknya sambil mengobrak-abrik rambutnya frustasi hingga menyebabkan beberapa makhluk super imut yang mengontrak di dalamnya merasakan bumi gonjang-ganjing dengan dahsyatnya.
.
.
.
Jam dinding yang tergantung agak miring di sudut ruangan telah menunjuk tepat pukul 22.00 WKT – Waktu Konoha Tenggara, menandakan bahwa tiba saatnya bagi para member kos-kosan untuk berlayar ke pulau kapuk. Tidur.
"Hei Shikamaru, malam ini kau tidur sekamar dengan kami atau bersama pasangan nista itu?" tanya Gaara seraya menunjuk ke arah pintu kamar yang bertuliskan "NaruSasu's Room Sweet Room" dengan gambar seekor rubah dan ayam jago sedang berpelukan dihiasi dengan pita berwarna menyilaukan hasil karya Uzumaki Naruto.
"Hoaaam… aku tidak mau tidur dengan siapapun, terakhir kali berbagi kasur dengan kalian badanku serasa remuk. Tch aku tidak tahan dengan kebiasaan tidur kalian yang ganas," jawab Shikamaru sambil membawa sebuah guling dan kain sarung lalu merebahkan tubuhnya ke atas sofa jumbo size usang pemberian Engkong Jiraya, sang pemilik kos-kosan yang (se) baik (nya harus berhati) hati (karena sedikit mesum).
'Khukhukhu… baguslah kalau begitu, aku juga tidak sudi harus berbagi kasur denganmu!' inner Gaara berteriak kegirangan. Sekarang tinggal mencari siasat untuk menggulingkan(?) Sasori agar dia bisa menggeriyangi seluruh permukaan kasur sendirian, batinnya yang telah didominasi oleh pikiran syaitonirrojim.
.
.
.
"Teme, teme jangan tidur dulu!" Naruto mengguncang tubuh telentang Sasuke dengan kekuatan 5,9 skala ritcher namun Sasuke tidak bereaksi sedikitpun.
"Teme aku tahu kalu belum tidur! Dengarkan aku sebentar, ada hal penting yang ingin aku bicarakan menyangkut statusku sebagai seorang lelaki sejati yang mulai dipertanyakan, ayolah My lovely Teme…" bujuk Naruto dengan sedikit rayuan gembel yang sungguh mengerikan. Setidaknya begitulah menurut Sasuke.
"Hn. Katakan saja, aku mendengarmu," ujar Sasuke dengan mata tertutup tanpa ada pergerakan yang berarti.
"Sebenarnya aku…aku, ingin melacur denganmu Te-"
"Muaapaaa!?" pekik Sasuke dengan mata melotot dan tiba-tiba bangkit dari tidurnya selayaknya orang yang terbagun karena mimpi buruk. "Na-naruto dobe, sejak kapan kau berubah haluan dan memilih pekerjaan nista itu!? Tapi maaf, aku lelaki JANTAN normal yang masih mencintai wanita apalagi yang cantik dan berehem-ehem besar!" lanjut Sasuke dengan napas putus nyambung sambil meletakkan kedua tangannya membentuk posisi menyilang tepat di depan dadanya.
"Teme baka! Kau meragukan kejantananku sebagai seorang lelaki?"
"…" Sasuke masih terdiam dalam posisi mempertahankan diri.
"Dengar dulu, aku itu mau MELAkukan CURhat denganmu tentang masalah errr… ahh, aku jadi malu… sebenarnya aku ingin mengakui kalau aku sedang jatuh 'gedubrak' dengan Hinata, anak kelas sebelah," ujar Naruto dengan efek merona di kedua pipinya yang merambat hingga ke jidat, leher, telinga dan bahkan giginya pun memerah dikarenakan kulit cabai sisa makan malam yang masih bertengger dengan manis di sela-sela giginya.
"Oo… makanya jangan berbelit-belit. Lalu, apa masalahmu?" Sasuke kini duduk di hadapan Naruto sambil bersender di ujung ranjang namun menjaga jarak dengan Naruto. Ia masih tetap waspada terhadap gerak gerik yang dilakukan oleh Naruto, takut terjadi sesuatu yang menjurus kepada hal-hal 'uh ah yeah'.
"Jadi begini ceritanya…"
.
.
.
Dan malam yang panjang pun menjadi malam yang lebih panjang lagi bagi Sasuke.
.
.
.
.
Sasuke melangkah gontai menyusuri koridor sekolah. Meskipun terlihat tenang, nyatanya puluhan bahkan ratusan sumpah-serapah dan makian terus ia lafalkan dengan lancer, menantul-mantul di dalam benaknya. Rentetan kesialan yang menghantamnya bertubi-tubi benar-benar menghancurkan mood sang Uchiha bontot kali ini.
Semuanya dimulai dari Sasuke yang bangun kesiangan karena menemani Naruto melacur sampai subuh – salahkan ShikaSasoGaa yang dengan segaja tidak membangunkan mereka, membuat mereka menjadi atlet lari dadakan demi sampai ke sekolah tepat waktu namun apa mau dikata, keberuntungan belum berpihak kepada Naruto dan Sasuke. Setelah divonis telat 30 detik oleh Pak Kun, guru terkiller seantero sekolah, mau tak mau mereka harus menerima hukuman ; mencabuti rumput di kebun sekolah yang luasnya hampir satu hektar. Sungguh ter-la-lu.
TAP
TAP
TAP
BRUUK
Seketika Sasuke menghentikan langkahnya saat Naruto yang tengah berlari tiba-tiba menabraknya dari arah barat.
"Aw..! Baka dobe, Apa yang kau lakukan!?" teriak Sasuke sambil membelai mesra pantatnya yang tadi sempat mencium lantai.
"Sori, dari tadi aku mencarimu keseantero sekolahan bahkan sampai ke toilet wanita. Bukankah semalam kau bilang akan membantuku pedekate sama Hinata?" Naruto terus menghujani Sasuke dengan pandangan harap-harap cemas. "Dan kau juga bilang akan mengeyahkan gadis gila – teman Hinata - yang selalu menghalangiku proses pedekateku…" kali ini Naruto mulai memasang wajah ratapan anak tiri, meniru salah satu adegan dari sinetron yang sering ditontonnya bersama Gaara.
Sasuke yang awalnya menolak mentah-mentah permintaan Naruto akhirnya luluh juga. Bukan, bukan karena kasihan ataupun rasa setia kawanannya melainkan karena penasaran dengan sosok gadis gila yang diceritakan oleh Naruto.
"Hn, tunjukkan aku dimana mereka" Sasuke berkata sambil memamerkan seringaian seksoynya yang sanggup membumihanguskan iman para ladies.
TeBeCe
.
.
.
.
Scene Dibuang Sayang
Di sudut SMA Konoha tampak dua makhluk sesama jenis sedang mojok di bawah pohon beringin.
"Gaara"
"Iya"
"Ada yang baru nih"
"Apa?"
Sreettt… Sasori tampak meronggoh kantung celana seragamnya dan mengeluarkan sebuah buku bersampul oranye dengan tulisan Icha-Icha terpampang nyata di sampulnya.
"Gaar, ini adalah buku edisi terbaru! Tadi aku tidak sengaja mengambilnya secara diam-diam dari meja Pak Kakashi," kata Sasori dengan bangganya. "Nah mumpung sepi, kita baca di sini saja tapi jangan berisik."
"Iya, ayo cepat dibuka!" ucap Gaara memancarkan binar-binar kebahagiaan.
Kemudian dimulailah acara membuka helai demi helai buku nista tersebut. Sesekali terdengar suara kikikan tertahan dari bibir mereka. Gaara bahkan senyam-senyum najong sambil membayangkan kalau tokoh yang ada di buku itu adalah dirinya. Wajah mereka bahkan sudah memerah dan entah kenapa hawa di sekitar mereka menjadi lebih panas.
Tenggg-toonggg kringggg tulalit tulalit!
"Yah… sudah bel masuk, kan lagi asyik baca bagian lemonnya," Gaara mendesah lemas. Padahal dia masih ingin membaca buku itu karena penasaran dengan ceritanya yang menurut Gaara sangat menarik. Buku tersebut mengisahkan tentang Icha, seorang gadis yang berpetualang di kebun lemon bersama dengan kera kesayangannya yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang sehingga dikutuk menjadi butiran debu.
"Tenang. Nanti kita lanjut lagi fufufu…." Sasori menyeret Gaara yang masih ogah-ogahan beranjak dari tempatnya sambil memasukkan buku dengan judul lengkap Icha-Icha The Explorer ke dalam sakunya.
Sementara itu dari atas pohon terdengar suara, "Hoaam . . . merepotkan."
A.N: Mencoba menulis (mengetik) fic humor yang kadar ke-humoran-nya pun masih dipertanyakan. Biarpun banyak pairing lainnya tapi fokus utama tetap SasuSaku. Jadi jangan heran kalau porsi mereka lebih banyak, maklum mereka rakus *ngelantur*.
Eumm, saya tak pandai berbasa-basi jadi langsung saja, bagi yang ingin memberi saran, kritik atau apapun bisa ditinggalkan di kolom review.
Salam
FM
