"Secret Agent"

Disclaimer: One Piece Eiichiro Oda

Pairing: many more

Genre: Romance, Crime

Rated: T

Warning: OOC, typo, AU, abal, gaje and many more. Sisanya silahkan nilai sendiri. Cerita ini menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin *kok malah jadi iklan rokok?*. RnR please!

Don't Like? Don't Read!

Summary: kehidupan sebagai agen rahasia tidaklah mudah. Ditambah lagi mereka harus membasmi sebuah organisasi jahat bernama "Baraque Works". Inilah bagaimana mereka menjalani kehidupan sebagai agen rahasia.

Happy Reading!

Chapter 1

"Oke, rapat hari ini kita cukupkan dulu. Sekian" ujar sang pemimpin rapat –Hancock. Setelah berkata seperti itu, dia keluar ruangan diikuti dengan beberapa orang lainnya sampai hanya menyisakan empat orang saja.

"Ehm, membasmi Baraque Works. Pasti sulit" keluh Nami.

"Ya, aku tahu tugas seperti itu tidaklah mudah. Kami percaya pada kau, Robin dan nee-san" ujar Sandersonia atau yang biasa dipanggil Sonia –adik pertama Hancock.

"Pasti kalian adalah orang paling dipercaya oleh agen ini untuk membasmi mereka. Kami yakin kalian pasti bisa, kok!" ujar Mariegold atau Marie –adik kedua Hancock.

"Ya, kami akan berusaha" ujar Robin.

"Kami bertiga akan dan pasti menghancurkan organisasi sialan itu" ujar Hancock yang tiba-tiba muncul. Keempat orang yang hanya ada di sana hanya menatapnya heran.

"Ada berkasku yang tertinggal" ujar Hancock sambil mengambil berkasnya yang tertinggal dan segera pergi. Saat dia hendak memegang knop pintu, dia berkata, "Kuharap, kau bisa memberikan informasi yang kami butuhkan, Robin. Mengingat bahwa kau adalah mantan anggota tersebut. Setelah kau meninggalkan organisasi itu, keberadaan Baraque Works baru mulai tercium. Jadi, kau tahu apa tugasmu kan Robin?".

"Ya, tentu saja. Tapi kalian sendiri tahu kan seberapa persen informasi yang aku tahu?" ujar Robin.

"Setidaknya kau kan bisa menyampaikan kepada kami apa-apa saja yang kau tahu" ujar Nami.

"Ehm, aku akan berusaha" ujar Robin. Tepat setelah Robin berkata seperti itu, Hancock berserta kedua adiknya keluar dari ruangan.

"Pasti sangat menarik" ujar Robin sambil menyeringai. Nami yangg melihatnya hanya bergidik ngeri.

"Ka –kau mengerikan Robin" ujar Nami.

"Nami, Nami. Ayo, sekarang kita makan siang dulu" ujar Robin sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya, kau benar. Memangnya sekarang jam berapa?" tanya Nami.

"Jam dua siang"

"Pantas saja perutku lapar"

"Ha ha ha"

.

"Tugas kita kali ini sulit" ujar seseorang yang memiliki luka dibawah mata kirinya sambil menggigit daging ayam dihadapannya.

"Ya, kau benar Luffy. Setidaknya kita harus berusaha" ujar Zoro.

"Hey, apa kalian tahu. Katanya, ̶ kau tahu SIA*?- juga memiliki misi yang sama dengan kita" ujar Sanji sambil menyulut rokoknya.

"Bukankah itu lebih baik? Kita bisa berkomitmen dengan mereka dan membagi tugas" ujar Zoro.

"Kau lupa, apa? Tugas mereka sebagai agen SIA* itu lebih tebuka dibandingkan dengan kita. Kita adalah SJA* agen. Kita itu lebih tertutup dan rahasia daripada kita. Jadi mungkin akan lebih sulit jika kita harus berbagi tugas, kecuali kalau boss kita memang sudah berkomitmen dengan mereka" terang Sanji panjang lebar.

"Tenang saja Sanji, aku sudah menghubungi pimpinan mereka dan katanya mereka setuju. Yah, walaupun mungkin mereka akan menemukan kesulitan" ujar boss yang mereka maksud secara tiba-tiba. Setelah itu dia ikut berkumpul dengan mereka bertiga.

"Ace? Kau sudah makan?" tanya Luffy sambil menyodorkan satu porsi fried chicken dihadapannya.

"No thanks, aku sudah makan" ujar Ace.

"Oh, begitu. Kalau begitu aku habiskan, ya!" ujar Luffy sambil melahap makanannya dengan semangat.

"Hah, aku bingung denganmu. Bisa makan sampai sepuluh porsi sekali makan, tapi tetap tak ada perubahan pada tubuhmu, apalagi otakmu itu" ujar Sanji.

"Habis, dia kan makan apa saja" ujar Zoro.

"Tapi ngomong-ngomong, Kepolisian Jepang sudah tahu-menahu soal ini?" tanya Sanji.

"Entahlah, tapi sepertinya, belum dan memang itu tidak boleh" jawab Ace.

"Apakah mereka akan segera diberitahu?" tanya Zoro.

"Tidak, tidak ada yang boleh tahu soal ini. Termasuk Kepolisian Jepang" jawab Ace.

"Kalau kita?" tanya Zoro.

"Kemungkinan mereka akan memberitahu. Tapi entahlah. Justru dengan begitu akan mempermudah jalus akses mereka bukan?" ujar Ace.

"Ya, kau benar" ujar Sanji.

"Tolong ramennya satu porsi lagi, ya!" teriak Luffy sampai-sampai semua orang yang ada di kantin itu sontak melihatnya.

"Baik" jawab pelayan tersebut sambil menyungginggkan senyum manisnya. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan obrolan mereka tadi.

"Hey, kalian aku ingin bertanya sesuatu" ujar Luffy.

"Kau mau tanya apa?" tanya Ace.

"Memangnya apa sih perbedaan kita dan dengan mereka? Daritadi aku perhatikan kalian serius sekali membicarakan mereka" tanya Luffy polos.

Gubrak!

Alhasil mereka bertiga yang mendengarkan pertanyaan Luffy pun sukses terjatuh dari bangkunya masing-masing.

"Masa begitu saja kau tidak tahu, hah? Kau ini agen rahasia, kan?" ujar Zoro mencoba sabar.

"Luffy, Luffy. Kau ini bodoh sekali sih!" seru Sanji sambil menggelengkan kepalanya.

"Ehm, jadi begini, ya" ujar Ace, "perbedaannya tadi sudah disebutkan sedikit oleh Sanji. Kita itu sedikit lebih tertutup dan rahasia dibandingkan mereka. Sedangkan mereka, walaupun sama-sama dalam pemerintahan Jepang, mereka itu setidaknya lebuih terbuka. Dan lagi, daftar agen-agen kita kan yang tahu hanya pemerintahan saja, kalau mereka ada beberapa petinggi di Kepolisian Pusat yang tahu. Kurang lebih begitu"

"Mengerti kau Luffy?" tanya Zoro. Luffy memasang pose seperti orang berpikir. Sedetik kemudian dia menjawab.

"Nggak" jawab Luffy polos. Mereka pun terjatuh untuk kedua kalinya hari ini.

"Dasar bodoh!" ujar mereka bertiga.

"Shishishi"

.

"Baroque Works, Crocodile, sang boss" ujar Hancock sambil membolak-balikkan berkas yang ada di tangannya. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan menampilkan dua orang wanita cantik. Satu berambut orange, dan satu lagi berambut raven.

"Ada apa kau memanggil kami Hancock?" tanya Nami.

"Silahkan duduk dulu" tawar Hancock sambil memutar kursinya. Setelah itu mereka bertiga duduk di sofa yang Hancock tunjuk tadi.

"Aku ingin mengetahui informasi lebih lanjut soal..." ujar Hancock yang segera dipotong oleh Robin.

"Baraque Works?" tebak Robin tepat sasaran.

"Ya, benar" ujar Hancock.

"Kalau begitu mulai dari mana?" tanya Robin.

"Dari dirimu. Selama ini, setelah kau masuk FBI, kita belum pernah berbicara serius. Makanya aku sangat mengharapkan bahwa kita bisa sinkron satu sama lain" ujar Hancock.

"Baiklah. Aku hanyalah seorang ilmuwan dan seorang arkeolog malang karena ibunya dibunuh oleh Crocodile. Ruang kerjaku hanya sebuah laboratorium dan perpustakaan. Ruang lingkupku sangat terbatas dan dibatasi" ujar Robin.

"Hanya segitu tentangmu?" tanya Hancock.

"Iya. Sekarang juga aku bisa menjelaskan mengenai organisasi tersebut" ujar Robin sambil menghela nafas sebelum melanjutkan, "kalian pasti sudah tahu mereka itu siapa, kan? Diketuai oleh Crocodile. Ada beberapa anggotanya –yang aku tahu- yang ahli menyamar, ahli membuat bahan peledak, ahli menembak, dan ahli memakai pedang. Jumlah anggotanya tak kuketahui secara pasti. Wilayah operasi mereka berpindah-pindah dan aku tidak tahu mana wilayah pusat mereka. tapi terakhir kali mereka beroperasi di wilayah Shibuya. Hanya segitulah informasi yang kuketahui tentang mereka" jelas Robin. Nami dan Hancock hanya manggut-manggut mengerti.

"Aku ingin tahu. Kenapa kau keluar dari organisasi itu" tanya Nami. Robin pun kaget. Tapi, kemudian dia menjelaskannya.

"Aku baru tahu bahwa selama ini yang membunuh ibuku adalah mereka –adalah Crocodile-. Aku kira mereka adalah orang baik yang menolongku saat aku masih kecil. Setelah itu, aku dipungut dan dibesarkan oleh mereka. Tapi, enam bulan lalu aku baru mengetahui fakta itu. Fakta bahwa ibuku dibunuh oleh Crocodile. Aku yang baru mengetahui hal itu pun langsung kabur dari organisasi itu dan mereka semua mencariku. Tapi, aku tetap bersembunyi di tempat persembunyianku. Kurang lebih sekitar satu bulan kemudian, pergerakan Baraque Works terdengar oleh SJA. Aku pun sempat ditawari Program Perlindungan Saksi. Tapi, aku menolak. Aku tak mau lari dari kenyataan. Sebagai gantinya, aku memohon agar diizinkan masuk dalam agen ini. Dan permohonanku diterima. Nami lah yang menjadi teman pertamaku di sini. Kisah hidup seorang Nico Robin, tamat" terang Robin. Hancock dan Nami hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Kisah hidupmu tak jauh beda denganku kisah hidupku" lirih Hancock.

"Hancock!" pekik Nami, "ok, jangan mulai. Kisah hidupmu itu jika diceritakan hanya akan membuatmu bersedih".

"Iya". Sedetik kemudian Hancock tersenyum.

"Oh, ya Robin. Tadi kau bilang wilayah operasi mereka yang terakhir adalah Shibuya, ya?" tanya Nami.

"Iya benar. Memangnya kenapa?" tanya Robin balik.

"Ah, tidak. Bukan apa-apa" ujar Nami. Tapi Robin melihat wajah Nami berubah menjadi –sedih?

"Aku mau ke ruang Boss. Kalian mau ikut?" tawar Hancock.

"Untuk?" tanya Nami dan Robin bersamaan.

"Tentang persiapan" ujar Hancock.

"Hm, baiklah" ujar Nami dan Robin bersamaan –lagi.

.

"Aku minta lebih baik kalian selidiki dulu anak yang bernama 'Nefertari Vivi' di Grand Line High School" ujar 'Boss' tersebut.

"Hm, baiklah. Lalu?" tanya Hancock.

"Selain itu, apa tugas kami?" tanya Nami.

"Hancock, kau menyamar di Grand Line High School sebagai guru Bahasa Inggris. Robin, aku ingin kau menyamar menjadi pelanggan tetap di pusat pelatihan pedang. Jarak antara kedua tempat itu tidak cukup jauh. Nami, aku mau kau melamar penjadi pelayan di cafe bar yang tidak cukup jauh dari tempat Robin. Khusus untuk Hancock, kau bisa langsung mulai esok hari" ujar Franky.

"Ada lagi?" tanya Nami.

"Sisanya akan kupikirkan nanti. Lebih baik kalian istirahat, besok kita harus sudah mulai" ujar Franky.

"Roger!" seru mereka bertiga kompak. Setelah itu, mereka bertiga pergi menuju kamar masing-masing dan segera beristirahat. Karena besok pasti adalah hari yang melelahkan.

Tsuzuku

SJA: Spionase Japan Agent. Bertugas memata-matai suatu kelompok/ orang yang dianggap membahayakan Jepang. Berada di bawah pemerintahan Jepang. Bersifat sangat tertutup dan sangat rahasia

SIA: Sphinx Inteligent Agent. Sama dengan SJA, tetapi mereka lebih terbuka

Ehm, gaje sangat, ya? Gomen. Soalnya aku bingung nentuin akhirnya. Kalo diterusin malah kepanjangan. Mengerti, ya? *Readers: ga bakal pernah ngertiin!* #pundung di pojokan sambil garuk-garuk tembok. Plot ceritanya juga ngaco bener. Di sini ceritanya kedudukan Hancock di atas Robin dan Nami dan lagi, para agen ini tinggal di satu gedung apartement, jadi ga kepisah-kepisah. Gomen, kalo ada yang bingung. Awalnya aku bikin mereka ini agen FBI dan CIA, karena takut ngeplagiat Conan sama menimbulkan salah paham, jadi aku ganti aja. Ini sudah diedit dan sudah saya perbaiki kesalahan saya atas saran eleamaya-san

Ga usah basa-basi, lagi

Mind to review?