~Idol's Love Story~
.
.
Kamichama Karin ; Kamichama Karin chu © Koge Donbo
Genre : Romance
Rated : T
Pairing : Jin Kuga X Kazusa Kujo
Chara : Jin Kuga ; Kazusa Kujo ; Kazune Kujo ; Karin Hanazono ;
Warning : GaJe ! OOC! OC! OOT! AU! Paragraf deskriptif yang kurang, terlalu banyak dialog, miss typo di sana sini, De eL eL
Spesial thanks, tentu untuk Allah SWT, Tuhan yang merajai segala alam semesta beserta isinya, yang telah memberi kesempetan agar Vea bisa menulis cerita ini, kemudian untuk Anwar-kun (Kazune), Bunga (Kazusa), Faqih dan Rahmi (Suzune dan Himeka), Rie-chan (Miyon), Sofyan, Iyan serta Rian, dan tak lupa untuk kalian semua yang mau membaca ceritaku
.
.
~Idol's Love Story~ © Invea
.
.
Entah sudah yang ke berapa kalinya pemuda berambut hitam pekat itu menatap arloji yang terpasangan di lengan kirinya. Sesekali ia menatap langit, dan merasakan dinginnya hembusan angin.
"Dia lama sekali!" keluhnya. Sudah setengah jam dia duduk di kursi taman itu.
"Maaf membuatmu menunggu," ujar seorang perempuan yang mengenakan mantel ungu muda. Rambut pirangnya tergerai memanjang lurus. Dan seperti biasa, ia selalu mengenakan kuping kelinci sebagai hiasan kepalanya.
"Kau hampir membuatku mati membeku," kata pemuda itu dengan datar. Gadis itu tertawa kecil, sedikit memamerkan barisan rapi gigi putihnya.
"Ada yang lucu? Atau kau ingin aku benar-benar mati membeku?" gertak sang pemuda. Perempuan itu kembali tertawa lembut.
"Ayolah, kau selalu melebih-lebihkan! Mana mungkin kau mati membeku hanya karena duduk menunggu selama setengah jam,"
"Di tengah musim dingin, ingat?" kata pemuda itu memotong perkataan sang gadis.
"Jangan bercanda, aku kan sudah minta maaf. Sebaiknya kita pergi sekarang," usul sang gadis.
"Baiklah, bunny girl. Kau harus mentraktirku hari ini,"
"Stop call me bunny girl!"
"Memangnya kenapa, kau kan memiliki telinga kelinci," ujar pemuda itu sembari meremas-remas telinga kelinci sang gadis (?)
"Jangan sentuh itu, atau aku adukan pada Onii-san!" ancam sang gadis. Pemuda itu kemudian terkekeh.
"Cowok cantik itu? Kau memang lucu, lebih lucu dari sang Dewi!" sahut sang pemuda. Ia masih tertawa sembari memegangi perutnya.
"Don't laugh!"
"Oke, oke, Kazusa! Aku menyerah, sekarang kita ke sana yuk!" ajak sang pemuda sembari menarik lengan gadis yang dipanggil 'Kazusa' itu menuju ke sebuah toko perhiasan.
.
.
"Hei, bunny girl, menurutmu Dewi akan menyukai ini tidak?" tanya pemuda berambut hitam itu sembari memperlihatkan sebuah kalung emas putih bermotifkan bunga mawar.
"Don't call me bunny girl!" seru Kazusa sembari menjitak kepala pemuda tersebut. Pemuda itu kemudian meringis kesakitan.
"Uh, tega sekali kau melukai seorang idola," ringisnya sembari memperlihatkan pupy eyes nya pada sang gadis.
"Idola sampah!" umpatnya.
"Cih, kau dan kakakmu sama saja," ujar sang pemuda. Kazusa hanya menatapnya datar.
"Oh ya, bagaimana kalung ini? Menurutmu Dewi akan menyukainya?" tanya pemuda itu lagi.
"Maybe. Setahuku Karin menyukai perhiasan semacam ini, Jin,"
"Great! Pelayan, tolong bungkus yang satu ini ya!" seru pria bernama Jin itu dengan riang.
"Baik, tuan. Tunggu sebentar ya," kata pelayan toko tersebut. Jin menganggukkan kepalanya. Sementara Kazusa hanya terdiam.
'Sampai kapan kau akan mengejar Karin, Jin?' tanyanya dalam hati. Sejujurnya ia salut pada ketulusan dan semangat cinta Jin yang berkobar-kobar. Walaupun ia seorang artis dan banyak penggemar, ia sama sekali tidak pernah mencintai wanita lain selain Karin. Meskipun Karin selalu bersama Kazune, Jin tetap tidak menyerah. Ia selalu berusaha melakukan apapun untuk membuat Karin berpaling padanya.
"Ini tuan,"
"Ah, terima kasih, ini uangnya. Ambil saja kembaliannya," kata Jin sembari tersenyum ramah pada pelayan toko yang sepertinya telah berusia 40 tahunan itu.
"Terima kasih, tuan,"
Jin kemudian menarik lengan Kazusa meninggalkan toko tersebut. Salju putih turun hari itu, membuat suasana terasa lebih dingin saat itu juga. Kazusa terlihat merekatkan syal nya.
"Hei, kita ke café itu dulu ya!" ajak Jin. Kazusa mengangguk pertanda mengiyakan. Menikmati secangkir cokelat hangat di café bukanlah hal yang buruk kan?
Mereka berdua kemudian memasuki Diamond Café. Café itu kini dalam keadaan sepi pengunjung, hanya terdapat sekitar 5 orang di sana. Mereka kemudian memutuskan untuk duduk di dekat jendela. Dari sana mereka dapat melihat aktivitas orang-orang di jalanan Tokyo yang cukup padat.
"Kau mau pesan apa? Aku yang traktir," kata Jin menawarkan jasa.
"Hei, bukankah aku yang seharusnya mentraktirmu?"
"No! No! No! Aku yang traktir, sebagai ucapan terima kasih telah menemaniku hari ini. Dan kau, karena telat jadi kau yang traktir aku lunch!" terang sang idola.
"Ugh, aku lebih baik mentraktir minum daripada mentraktir makan," keluh Kazusa. Pemuda itu kembali terkekeh.
"Seharusnya aku mengikuti saran Onii-san untuk tidak menemanimu hari ini,"
"Oke, oke, oke… Kau yang mentraktir minum, aku yang traktir kau makan siang. Puas?" Pemuda itu mengalah.
"Yay! Setuju!"
Mereka kemudian memesan secangkir cokelat panas dan capucino.
.
.
"Tubuhku terasa hangat sekarang," seru Kazusa setelah ia menghabiskan secangkir cokelat panas yang ia pesan.
"Kalau begitu kita makan siang sekarang ya," usul Jin. Kazusa mengangguk. Setelah membayar ke kasir, mereka kemudian pergi menuju restaurant bintang 5.
.
.
"Kazusa, terima kasih ya untuk hari ini. Jangan lupa sampaikan pada Dewi kalau aku akan datang ke rumahnya saat tahun baru nanti,"
"A… Ba… Baiklah," jawab Kazusa sedikit ragu. Ia tak yakin mampu menyampaikannya pada Karin. Bukan karena cemburu atau apa, hanya saja ia tak ingin mengganggu hubungan Karin dengan kakaknya.
Kazusa terlihat menyembunyikan sesuatu di saku mantelnya. Sebenarnya ia ingin menyerahkan benda itu pada Jin saat itu juga, tapi ia tak tega. Ia tak mau membuat Jin terluka. Jin kemudian melambaikan tangannya dan menaiki limosin hitamnya.
Kazusa tertunduk begitu mobil Jin telah pergi, jauh meninggalkannya. Ia kemudian mengeluarkan benda yang tadi ia sembunyikan. Rupanya itu sebuah kertas undangan, undangan sebuah pernikahan tepatnya. K dan K, adalah inisial nama yang tertulis di halaman depan undangan tersebut. Sebenarnya, Kazune telah melamar Karin pada malam tanggal 24 Desember, mereka kemudian memutuskan untuk menikah pada tanggal 1 Januari.
Karin sebenarnya menitipkan undangan untuk Jin pada Kazusa, karena Kazusa akhir-akhir ini selalu bersama dengan Jin. Tapi, Kazusa tak sampai hati memperlihatkan undangan itu pada Jin. Ia tahu beratnya bertepuk sebelah tangan dan ia tak ingin Jin terluka karena kehilangan harapan.
Kazusa kemudian mulai melangkahkan kakinya meninggalkan taman tempat tadi dia berpisah dengan Jin.
.
.
To be Continued
.
.
Review please ?
