How Hard to Loving Someone

Disclaimer: Original Vocaloid Character by Yamaha Corporation, Original FF by ME.

Warning: Gaje, typos. Di semua FF saya selalu ada OC saya, Yamako, Mama Gakuko (dan Gakupo).

.

.

Prologue

Aku membolak-balik halaman-halaman buku sejarahku dengan rasa malas dan kantuk luar biasa. Ingin rasanya aku tidur, menjelajahi alam mimpi, bersenang-senang, dan tidak perlu menghafal sejarah seperti ini. Sayangnya, aku tidak akan bisa melakukan semua itu selama ani-chanku yang 'tercinta' ini masih duduk di hadapanku dan mengawasiku belajar dengan sangat giat. Sebenarnya dia bukan guru sejarah, dia bahkan bukan guru di sekolah tempatku. Maksudku, guru yang memegang pelajaran. Aku sendiri tidak tahu kenapa bisa, tapi, ani-chan itu guru BP di sekolahku ini, sekolah yang bisa dibilang ternama dan berkualitas paling bagus di Jepang, sekolah Kinouta.

Aku menghela nafas panjang, berusaha mengutarakan perasaanku yang sudah muak dan mual dengan sejarah, tahun Taiso, Zaman Edo, Zaman Heian, atau apapun itu. Tapi ani-chan pasti akan sangat amat tidak suka kalau aku mengatakan 'lelah' atau 'muak' apalagi 'bosan' pada pelajaran sejarah, pelajaran favoritnya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Aneh, otaknya terbuat dari apa, sih? Bagaimana caranya dia bisa menghafal seluk beluk sejarah begitu detailnya padahal dia bukan guru sejarah? Aneh. Itu selalu ada di pikiranku sejak aku mulai sadar akan sisi psikopat ani-chan. Untungnya, dia bukan psikopat dalam spesialis aslinya, bunuh-bunuhan alias yandere. Hanya berbeda dari kebanyakan orang saja. Kakakku yang satu itu sebenarnya sangat tampan, dia memiliki rambut violet yang panjang dan halus juga selalu beraroma anggur yang lembut (terkadang bercampur mint juga), iris violet tua miliknya biasanya selalu bisa membuat murid-murid perempuan di sekolahku bersemu merah dan senyum-senyum sendiri. Selain itu, kulit ani-chan yang putih itu sangat mulus dan indah, dia juga tinggi-sekitar seratus delapan puluh tujuh centimeter dan memiliki bentuk tubuh yang proposional. Dia bahkan berasumsi bahwa dia bahkan bisa membuat adik perempuannya sendiri jatuh cinta padanya. Awalnya, aku hanya mencibir dan mengejeknya. Tapi, sekarang aku mulai merenungkan kata-kata ani-chan saat itu. Akhir-akhir ini, aku tahu ada yang tidak beres denganku. Aku tidak ingin melihat wajah sedih atau kecewa ani-chan, aku selalu berdebar-debar dan wajahku memerah kalau berada terlalu dekat dengannya. Ditambah, aku ingin selalu tampil manis dan sempurna di hadapannya. Padahal, sampai musim panas tahun lalu aku masih membencinya karena psikopat-nya itu yang bikin muak dan mual setengah mati. Ini artinya, ani-chan yang salah alias gila, atau justru aku yang salah alias gila karena jatuh cinta pada orang gila? Eh, ralat. Kata 'jatuh cinta'nya hilangkan saja, aku sama sekali tidak sudi menyatakan kalau aku jatuh cinta pada si psikopat satu itu.

"Sudah selesai, Gakuko?" tanya ani-chan membuyarkan semua lamunanku dan otomatis menarikku kembali dari alam mimpi. Dia lalu menatapku dengan tajam sementara tangan kanannya menopang pipinya dengan malas. "Jangan bilang kau melamun lagi, Gakuko."

"Tidak, tidak... Aku sedang berusaha menghafal, ani-chan," kilahku berbohong besar, sebab dari tadi pandanganku kosong melompong. Aku lalu kembali membaca buku sejarahku dan menghindari tatapan tajam dari ani-chan.

"Kau tahu, pada saat Zaman Heian ada Imayou yang berjudul..." Ani-chan mulai mengoceh tentang kehidupan lampau lagi. Aduh, padahal seharusnya 'masa lalu biarlah berlalu' itu benar-benar dipatenkan dikehidupan masyarakat, ya. Jangan hanya diucapkan di dorama-dorama saja.

"Hei!" Ani-chan menepuk pelan dahiku dengan raut muka agak kesal, "aku sedang berbicara, dengarkan dengan baik, dong!"

"Aku mendengarkan, kok," tukasku berbohong lagi. "Ani-chan, sebaiknya kau jangan membicarakan kehidupan lampau terus dong, yah... erh... aku tidak begitu suka dengan sejarah. Kalau boleh, bagaimana kalau kita istirahat dulu? Kita sudah belajar sejarah selama berjam-jam, kan? Dan lagi, ani-chan masih harus membaca dan memahami panduan untuk guru BP, ani-chan kan harus dinas lagi besok. Kalau terlalu lelah, nanti pusing lho menghadapi anak nakal." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan dan mengalihkan kegiatan ani-chan.

Ani-chan menaikkan alisnya sedikit, lalu berdiri dan membungkuk hingga wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajahku. Aku hanya bisa meundur sedikit ke belakang sementara kakiku masih tertekuk karena sedang duduk ala tradisional. "Dengar, ya, Gakuko, perhatikan kata-kataku baik-baik dan tolong camkan itu di kepalamu," kata ani-chan sedikit mengancam. "Aku bisa mengatur jadwalku sendiri, dan kau harus terus belajar sejarah hingga kau mengerti betul dengan awal mula Jepang hingga sekarang ini. Mengerti?" Jari telunjuk ani-chan menunjuk-nunjuk wajahku.

"Tapi, aku tidak bisa menerima semua pelajaran itu. Otakku tidak seperti otak ani-chan yang diciptakan untuk menghafal ribuan bahkan jutaan halaman tentang perkembangan Jepang dan negara-negara di seluruh dunia," aku membela diriku dan mencondongkan badanku ke depan dengan maksud menyuruh ani-chan menjauhkan wajahnya dari wjahaku sedikit, "aku memiliki bakat di bidang lain, dan aku sangat berharap ani-chan mengerti. Lagi pula, semua orang tidak akan suka kalau ani-chan bolak-balik membicarakan sejarah dan kehidupan lampau."

Ani-chan tidak berkutik sama sekali dan malah mendekatkan wajahnya lagi pada wajahku. Dia lalu tersenyum kesal sekaligus memaksa dan berkata, "tapi sebagai warga Jepang kau harus paham perkembangan negerimu sendiri, Gakuko. Kalau kau membandel lagi, aku tidak akan segan-segan merebut keperawanan bibir mungilmu itu. Ingat itu." Kali ini dia mengatakan itu sambil menatap dalam ke iris crimson-ku dan tersenyum nakal, jari telunjuknya menyentuh tepat di bibirku.

DEG! Jantungku bergejolak dan dadaku sesak, aku harap wajahku tidak memerah sedikitpun. "K-k-kau tidak bisa seenaknya, ani-chan! Jangan mentang-mentang kau lebih tua dariku empat tahun kau bisa seenaknya," aku memprotes dengan suara bergetar dan sedikit terbata-bata. Ani-chan hanya tertawa menang dan menatapku dengan... dengan.. dengan pandangan yang mengatakan; "kau itu tidak bisa apa-apa, Gakuko." Aku berusaha menenangkan diriku sementara ani-chan sudah kembali ke posisi duduknya semula. Oke, meja tamu di kamarku yang biasanya selalu digunakan ani-chan untuk mengajariku ini memang tidak lebar. Hanya sekitar setengah kali satu setengah meter. Dan sekarang aku merasa menyesal kenapa jarak lebarnya kecil sekali, sekarang jantungku berdegup dengan sangat kencang dan cepat sampai-sampai aku sempat kesulitan untuk mengambil nafas. Yeah, ani-chan sih senang-senang saja dengan hasil 'kerja'nya itu, dia kan memang berasumsi dan berniat menaklukan hatiku apapun yang terjadi. Sekarang kalian mengerti kan, apa yang kumaksud psikopat di diri ani-chan? Tepat, jalan pikirannya semraut dan kacau balau. Coba saja pikir, memangnya ada seorang kakak yang berusaha menaklukan hati adiknya agar si adik jatuh cinta pada kakak KANDUNGnya sendiri? Jangan bercanda. Aku ini salah satu 'korban' dari orang gila yang sama sekali tidak terlihat gila dari luar dan hanya terlihat gila dari sudut pandang adik perempuannya. Sekarang aku punya target baru, hilangkan dan hapus perasaan menggelikan ini dari hatimu Gakuko, kalau kau jatuh cinta pada ani-chan, itu artinya kau lebih tidak waras dari ani-chan. Setelah merasa lebih tenang, aku akhirnya kembali menatap dengan tatapan mual dan muak ke buku sejarahku ini. Aku tidak berani membantah lagi, takut ani-chan akan menodai kesucianku. Bibir ini harus bertemu dengan bibir sang takdir, tidak boleh diambil begitu saja dengan orang psikopat. Aku menguap dan kelopak mataku semakin berat. Kulirik ani-chan, hanya berjaga-jaga. ... Ukh. Dugaanku tepat, dia menatapku dengan tatapan tajam mengancam yang mengatakan lewat telepati; "Oh, kau mau membandel lagi, ya?" Aku berusaha menahan rasa kantukku sebisa mungkin dan membalas tatapan tajam dari ani-chan.

"Mengantuk itu bukan kehendakku, ani-chan. Aku berusaha tidak mengantuk tapi pelajaran sejarah selalu seperti cerita pengantar tidur buatku," kataku hati-hati, takut ada kata-kata yang membuat ani-chan marah atau tersinggung. Atau kesal.

"Sekali lagi kau menguap, lihat saja, Gakuko," ancam ani-chan dengan tatapan mendeliknya yang... Cukup membuat bulu kudukku berdiri semua. Ani-chan lalu melipat tangannya dan duduk persis seperti Inuyasha. Ah, kalian pasti pernah (seharusnya) melihat cara Inuyasha duduk dan menatap seseorang, kan? Nah, seperti itulah gaya ani-chan sekarang. Hanya saja, kesannya jauh lebih mengerikan ani-chan.

"Hei, sudah kubilang, mengantuk itu bukan kehendakku. Kau pikir aku Tuhan, bisa mengatur tubuhku? Tubuhku perlu istirahat, ani-chan. Dan aku akan berdo'a pada Tuhan terus agar kau cepat 'sembuh'," erangku sambil merenggangkan tubuhku ke belakang. Aku lalu menatap ani-chan yang masih terdiam, dan saat-saat ani-chan tidak bereaksi dengan apa yang kukatakan itu, biasanya, adalah saat-saat dia bisa berubah menjadi 'serigala'. Atau 'cheetah'. Mengendap-endap, mengawasi, mengamati, mencari titik kelemahan lawan, kemudian baru menyerang dan membekuk lawan hingga tidak berdaya. Dan aku sudah cukup main cheetah-cheetah-an dengan ani-chan saat aku masih SMP. Bisa dibilang, saat SMP hampir setiap hari ani-chan mencari gara-gara denganku. Makanya, sebenarnya aku agak bingung dengan perasaan menggelikan ini. Muncul dari mana, ya? Yang bagus dari ani-chan hanyalah hafalannya yang kuat dan postur tubuh, wajah, dan suaranya saja yang levelnya bisa dibilang lebih tinggi dari bintang idola berambut biru dan kuning itu, Shion Kaito dan Kagamine Len. Mereka itu anggota grup band yang bernama Vocaloid. Katanya sih, grup band Vocaloid itu sangat besar, pemiliknya Yamaha Corporation. Kaito termasuk anggota Vocaloid satu dan Len anggota Vocaloid dua dalam bagian Vocaloid Character Series. Ada juga Vocaloid dua, Vocaloid Append, dan Vocaloid tiga. Dan lagi, ada pecahan dari Vocaloid juga, mereka itu Boukaloid dan Voyakiloid. Vocaloid itu grup band yang sangat terkenal dan lagu-lagunya populer sekali di Jepang dan di seluruh dunia. Nah, kembali lagi ke topik utama. Kalau Vocaloid sebenarnya tidak usah kujelaskan kalian semua pasti juga tahu.

"Baiklah, sepertinya kau benar-benar mengantuk, bukan mengada-ada," kata ani-chan sambil mengangguk-angguk pelan, seolah dia mengerti. Padahal, kenyataannya seratus delapan puluh derajat. "Kau istirahat saja, aku mau membaca panduan untuk guru BP. Kuputar lagu E.T versi Vocaloid, mau?"

"Terserah..." desahku yang sudah sangat lemas dan kakiku mati rasa sekarang. Aku berjalan menuju ranjang dengan teratih-atih dan langsung menjatuhkan diri di atas ranjangku. Sebentar saja, mataku langsung terpejam dengan rapat. Tapi aku masih setengah sadar, aku masih bisa mendengar lagu E.T yang dinyanyikan oleh Megurine Luka-chan. Suaranya bagus sekali, coba suaraku seperti suaranya. Tapi aku tidak pernah berharap untuk bertemu dengannya.

Musik terus mengalun dengan merdu, dan ketika sampai ke bagian reff, kudengar ani-chan tertawa kecil. Aku tidak mempedulikannya, melakukan hal aneh sudah menjadi ruintitas ani-chan. Aku lalu berusaha untuk tidur terlelap hingga tidak usah mendengar atau mengetahui tindak tanduk ani-chan yang super tidak jelas. Aku mengambil posisi miring dan menghadap tembok-membelakangi ani-chan. Sayup-sayup, aku masih bisa juga mendengar alunan lagu dan tawa kecil ani-chan. Ketika aku hendak mengacuhkannya lagi, ani-chan tertawa agak lebih keras dari sebelumnya. Baru kusadari, dari tadi dia mengulang di bagian reff selama beberapa kali. Aneh, sepertinya satu CD itu isinya lagu E.T semua. Dan ada satu track yang hanya berisi reff-nya saja. Ampun, deh, kenapa sih ani-chan ini anehnya luar biasa. Oke, aku tahu. Tuhan memang adil. Tidak ada mahluk ciptaannya yang sempurna, termasuk ani-chan dan aku. Padahal kalau ani-chan tidak psikopat, dia pasti lebih menyenangkan.

"Hei, kau belum tidur kan, Gakuko," panggil ani-chan, entah dia hanya menerka, atau tahu pasti, yang jelas, tebakannya itu benar.

"Kenapa?"

"Reff lagu ini, kalau kau yang menyanyikan pasti bagus sekali hasilnya. Dan akan menyenangkanku," katanya lagi. Dia masih belum berhenti tersenyum lebar, kali ini dia menoleh ke arahku. "Coba saja kau nyanyikan," katanya lagi sambil tersenyum lembut.

Aku menghela nafas singkat dan hanya menurutinya, aku malas berdebat dengan orang psikopat satu ini. Kutunggu sampai benar-benar bagian reff awal dan kutarik nafasku, dan bersiap-siap. "Kiss me, ki-ki-kiss me, infect me with your loving, fill me with your poison. Take me, ta-ta-take me, wanna be your victim, ready for abduction. Boy, you're an alien, your touch so foreign. It's supernatural, extra terestrial..." Aku mengakhiri nyanyianku dan melirik ke arah ani-chan yang masih tersenyum aneh dan misterius. Agak mengerikan sebenarnya. Dia memandangiku seolah aku ini kelinci percobaan yang sedang melakukan sebuah eksperimen berbahaya, benar-benar jahat deh tatapannya. Atau... Gimana ya jelasinnya? Susah deh, pokoknya 'mengerikan', itu saja. Aku lalu kembali tidur dan membelakangi ani-chan lagi, aku benar-benar lelah sekarang. Dan lagi-lagi, ketika aku hampir terlelap, ani-chan kembali memanggilku. Aku mengabaikannya dan pura-pura sudah tidur, tapi dia tetap berbicara sendiri dan ketika dia berhenti sejenak, aku sudah mulai curiga dengan tindak tanduknya. Biasanya, kalau ani-chan sudah bicara, memanggil namaku beberapa kali dalam pembicaraannya itu, menghela nafas sebentar, kemudian berhenti sejenak dan berdehem dua kali, itu artinya dia akan melakukan sesuatu yang jelas sangat mengerikan buatku. Bisa kurasakan jantungku yang mulai berdegup lebih kencang karena waspada dan seluruh tubuhku terasa kecut. Tidak, Gakuko, tidak. Jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu, pasti semua itu hanya perasaanmu, batin diriku yang seorang lagi. Ya, memang hanya perasaanku, tapi perasaanku selalu benar, batinku lagi. Tubuhku jadi agak gemetar sekarang. Tuhan, tolong lindungilah aku, amin.

"Kau gemetaran, ya?" tanya ani-chan terdengar santai, sangat santai malahan.

Aku memilih untuk tidak menjawab dan tetap pura-pura tidur, tapi hal itu sangat sulit. Meskipun aku sudah selimutan seperti kepompong begini, tubuhku tetap saja menggigil dan gemetaran. Aku memejamkan mataku semakin rapat dan berusaha mengabaikan musik maupun suara ani-chan yang tidak bosan-bosannya menggangguku, dan hal itu... entah kenapa terasa sangat sulit. Tuhan, apakah dunia dan hidup ini begini sulit? Tuhan, kalau aku boleh berharap, tolong sembuhkanlah penyakit psikopat dalam diri ani-chan agar aku tidak perlu ketakutan begini, Amin. Aku lalu mengubah posisi tidurku dan memunggungi tembok, diam-diam aku membuka kelopak mataku sedikit untuk melihat apa yang sedang dilakukan ani-chan. Pelan tapi pasti, lambat namun nyata, ani-chan duduk dengan layaknya (maksudnya normal, nggak bergaya ala mafia lagi). Dia juga membaca buku dengan serius, padahal biasanya dia selalu baca buku sambil senyum-senyum atau nyengir-nyengir tidak jelas. Satu detik, dua detik, tiga detik, begitu seterusnya sampai satu menit. Entah mataku yang salah, tapi ani-chan benar-benar normal. Bahkan dia nggak terlihat seperti orang psikopat sedikitpun, di mataku sekalipun. Untuk pertama kalinya, maksudku... Pertama kali semenjak aku berusia lima tahun, aku mengagumi ani-chan. Tidak salah lagi, sepertinya ani-chan hanya berpura-pura psikopat di hadapanku, ya, pasti begitu. Itu sebabnya tidak ada yang percaya dan mereka semua hanya menganggapku bergurau kalau aku mengeluh tentang sikap ani-chan. Dia hanya psikopat di hadapanku. Dia sebenarnya normal. Dia menyembunyikan sesuatu dariku. Tidak, ini semua salah. Kenapa dia melakukan semua ini? Kenapa?

Tuhan, apa yang ani-chan sembunyikan dariku?

Prologue/ End